Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menghadapi banyak gejolak ekonomi. Mulai dari efek pandemi COVID-19, perang dagang, konflik geopolitik, hingga efek kebijakan resiprokal. Semua ini membuat pasar keuangan global mengalami fluktuasi ekstrem dan menimbulkan keraguan bagi banyak orang, khususnya para investor.
Banyak investor ragu apakah sekarang waktu yang tepat untuk berinvestasi atau tunggu sampai situasinya stabil terlebih dahulu. Faktanya, ketidakpastian ekonomi global justru membuka peluang bagi investor yang bijak.
Perlu diakui bahwa ketidakpastian ekonomi global yang terjadi sepanjang tahun 2025 adalah benar adanya. Banyak sekali faktor yang memicu terjadinya gejolak di pasar, di antaranya konflik geopolitik, kebijakan tarif agresif Presiden AS Donald Trump, serta kebijakan moneter dari The Fed yang membuat dolar AS makin menguat. Situasi ini otomatis memicu terjadinya inflasi global, mengganggu rantai pasok, dan bahkan mengurangi volume perdagangan dunia.
Di samping itu, indeks volatilitas (VIX) sempat melonjak hingga ke level 22 saat konflik Iran-Israel pada Juli 2025 makin memanas dan ini menandakan meningkatnya kecemasan pasar. Kendati sempat menurun ke kisaran 19, kondisi ini masih menunjukkan rapuhnya sentimen global. Sementara itu bagi para investor, kondisi semacam ini bisa berarti risiko sekaligus peluang, tergantung strategi mereka.
Namun kondisi ini juga membuat strategi investor yang konservatif bisa mendapatkan peluang emas. Instrumen-instrumen seperti emas, obligasi pemerintah, hingga reksa dana pasar uang umumnya lebih stabil sehingga banyak diminati. Hanya saja, bagi investor berpengalaman, justru peluang untuk membeli saham berkualitas hanya akan muncul ketika pasar terkoreksi.
Dampak ketidakpastian ekonomi global jelas dialami oleh Indonesia. Dinamika seperti geopolitik, proteksionisme yang diterapkan oleh AS, hingga volatilitas pasar keuangan internasional menjadi tekanan pada nilai tukar rupiah, jumlah ekspor, hingga daya beli masyarakat.
Menurut ekonom UGM Muhammad Edhie Purnawan, tiga sektor yang paling rentan justru adalah manufaktur berbasis ekspor, komoditas primer, dan perbankan. Untuk perbankan, sektor ini menghadapi tekanan likuiditas sebagai imbas dari arus modal keluar. Sementara itu, sektor keuangan lainnya seperti fintech justru makin agresif menggerus pangsa pasar.
Kendati demikian, ekonomi Indonesia masih bisa dibilang dalam kondisi bertahan. Bank Indonesia sendiri menjaga suku bunga acuan di 5,50% untuk menstabilkan nilai rupiah. Sementara itu, pemerintah aktif mendorong digitalisasi UMKM dan diversifikasi ekspor ke negara-negara di Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah. Data historis juga menunjukkan bahwa pasar saham bisa pulih setelah krisis, seperti yang terjadi pada 2008, 2013, dan 2020.
Dengan kata lain, meskipun ketidakpastian ekonomi global menjadi kendala yang perlu diperhatikan, tetap ada peluang bagi investor yang mampu membaca arah pasar dan menyusun strategi yang sesuai.
Agar kamu tidak salah langkah, berikut ini sudah ada beberapa tips investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dilansir dari berbagai sumber.
Sebelum menaruh uang di produk investasi apa pun, pastikan kamu tahu apa tujuan investasimu ini. Apakah untuk dana darurat, pendidikan anak, atau mungkin pensiun? Dengan memiliki tujuan yang jelas, maka kamu bisa memilih instrumen yang sesuai dengan tingkat toleransi risiko kamu.
Buat pemula, pilihlah produk investasi yang paling aman. Produk ini memiliki risiko yang rendah, imbal hasil lebih tinggi dari deposito, dan cocok untuk jangka pendek. Jika sudah nyaman atau terbiasa, gantilah dengan instrumen lain yang cocok untuk jangka menengah.
Jangan pernah meletakkan uang di satu instrumen saja. Gabungan beberapa aset yang defensif, seperti emas atau obligasi dengan saham dari sektor-sektor potensial. Cara ini bisa melindungi portofolio kamu dari fluktuasi yang terjadi secara mendadak di satu sektor.
Melansir laman BCA, salah satu strategi investasi di tengah gejolak global adalah melakukan dollar-cost averaging. Jadi, alih-alih menunggu waktu terbaik, investasikan jumlah yang sama secara rutin, misalnya setiap bulan. Cara ini membantumu untuk bisa membeli di harga rendah dan juga tinggi. Dengan begitu, rata-rata biaya investasinya akan lebih stabil.
Pasar yang mengalami fluktuasi hebat bisa berpengaruh terhadap komposisi portofolio investasi kamu. Untuk itu, lakukan rebalancing secara berkala, setidaknya setiap 6-12 bulan. Ini agar portofolio kamu sesuai dengan tujuan awal dan tingkat toleransi risikomu.
Dalam 15 tahun terakhir, rata-rata return emas adalah 15% per tahun. Hingga saat ini, emas terbukti menjadi instrumen yang paling bagus untuk melindungi nilai uang saat krisis. Jadi, cocok untuk investasi jangka panjang.
Ketidakpastian kondisi ekonomi bisa datang kapan saja. Untuk itu, pastikan kamu tetap punya tabungan tunai senilai 3-6 bulan pengeluaran bulanan kamu. Dana ini akan melindungimu dari godaan untuk menjual aset investasi di saat yang tidak tepat.
Jadi, ketidakpastian ekonomi global memang sangat menantang. Namun di tengah kondisi ini justru masih ada peluang yang bisa kamu ambil asalkan kamu bijak dalam menyusun strategi.
Dengan memahami kondisi global dan ekonomi dalam negeri, mampu menentukan tujuan, serta disiplin menerapkan beberapa tips investasi di tengah ketidakpastian ekonomi, maka kamu bisa membangun portofolio yang tahan terhadap gejolak dan bahkan tetap tumbuh untuk jangka panjang.