Teknologi terus mengalami perkembangan dan faktanya, perkembangan teknologi tak dapat dibendung. Seperti teknologi Virtual Reality (VR) misalnya, awalnya VR hanya digunakan pada industri hiburan dan game. Namun kini, VR sudah merambah ke sektor lain, salah satunya adalah properti, lebih khususnya pada bidang pemasaran properti melalui tur virtual.
Virtual Reality (VR) merupakan dua kosa kata dalam bahasa Inggris, yakni virtual yang berarti dunia maya sedangkan reality berarti realitas atau hal-hal nyata dalam kehidupan. Jadi, VR adalah teknologi yang dapat membawa penggunanya merasakan dunia maya atau virtual atau digital secara nyata.
Virtual Reality (VR) juga dapat didefinisikan sebagai teknologi yang mampu menciptakan simulasi mirip seperti dunia nyata. Dengan menggunakan perangkat khusus, yakni headset VR, pengguna bisa merasakan suasana kota, bahkan bisa melihat dan berjalan-jalan di dalamnya tanpa harus keluar rumah.
Ya, benar, teknologi VR tak hanya memberikan pengguna pengalaman dari layar saja, melainkan juga bisa berinteraksi di dalamnya. Sebab, teknologi ini mensimulasikan banyak panca indera, seperti penglihatan dan pendengaran. Bahkan headset VR yang paling mutakhir pun bisa mensimulasikan indera penciuman dan sentuhan.
Seperti yang disinggung di atas, teknologi VR sudah digunakan dalam berbagai sektor industri, salah satunya adalah properti. Dalam industri properti, VR umumnya digunakan untuk menarik calon konsumen. Dengan VR, agen atau pengembang properti bisa menciptakan tur virtual yang memungkinkan calon konsumen untuk menjelajahi properti tanpa harus datang langsung ke lokasi.
Pada dasarnya properti merupakan salah satu sektor bisnis dengan tingkat potensi investasi yang menggiurkan. Sebab itu, banyak sekali individu yang ingin meraup keuntungan dalam bisnis properti. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan mendasar manusia, yakni tempat tinggal, industri properti akan terus berkembang.
Bagi para pelaku industri properti, seperti agen pemasaran, penggunaan alat pemasaran biasa seperti brosur, iklan di media sosial, dan banner sudah sangat lazim. Namun untuk menggaet lebih banyak konsumen potensial, teknologi Virtual Reality (VR) bisa menjadi solusi yang efektif.
VR menjadi teknologi yang telah membuka peluang baru bagi para agen pemasaran properti untuk meningkatkan strategi bisnis mereka. Teknologi ini mampu menyajikan gambar properti yang dijual secara lebih nyata. Dengan begitu, calon konsumen bisa melakukan tur virtual secara lebih atraktif tanpa harus datang ke lokasi langsung. Calon konsumen bisa menjelajahi setiap jengkal area properti, mulai dari area interior hingga eksterior.
Untuk mulai menggunakan VR dalam promosi properti, agen maupun pengembang properti harus mengintegrasikannya dengan situs web dan media online atau offline. Caranya adalah dengan menempatkan barcode pada media cetak, seperti brosur atau banner. Bisa juga barcode ditempatkan pada iklan di media sosial.
Jadi, calon konsumen yang melihat iklan tersebut bisa langsung memindai barcode dan merasakan tur virtual dengan VR melalui gadget mereka. Strategi pemasaran ini cukup menarik untuk diterapkan karena bisa menggaet pasar yang lebih luas, khususnya mereka yang tidak memiliki waktu luang untuk datang langsung ke pameran-pameran properti.
Tak hanya pada promosi properti yang dijual saja, teknologi VR juga dapat digunakan untuk memasarkan akomodasi penginapan. Calon pengunjung bisa melakukan tur virtual di tempat penginapan yang mau mereka sewa dan melihat fasilitas apa saja yang disediakan. Semuanya dilakukan dengan cara yang interaktif melalui gadget mereka. Dengan begitu, minat calon pengunjung untuk menginap di tempat tersebut akan makin meningkat.
Jadi, fungsi teknologi VR tak hanya pada game atau hiburan semata. Bagi para pelaku bisnis properti, teknologi ini bisa menjadi alat yang inovatif untuk meningkatkan penjualan karena calon konsumen mendapatkan pengalaman tur virtual yang menarik.
Di Indonesia, tren penggunaan teknologi Virtual Reality (VR) dalam industri properti makin berkembang dengan pesat. Hal ini tercermin dengan jelas dalam hasil riset Rumah.com dengan tajuk Consumer Sentiment Study H1-2020. Berdasarkan hasil penelitian, portal properti online menjadi instrumen utama bagi mereka yang melek teknologi dan ingin mencari hunian.
Riset tersebut juga mencantumkan data bahwa sekitar 77% partisipan lebih memilih menggunakan portal online untuk mencari properti. Lebih lanjut, penggunaan teknologi VR dalam tur virtual properti juga mulai menjadi tren yang cukup signifikan di dalam negeri. Alasan utamanya karena VR mampu memberikan pengalaman yang lebih komprehensif kepada calon konsumen sebelum membuat keputusan sewa atau pembelian properti.
Data dari studi yang sama juga menunjukkan bahwa mayoritas pengguna portal properti online adalah kaum milenial dan generasi Z dengan rentang usia 22 hingga 38 tahun. Fakta ini menyoroti penggunaan VR yang lebih tinggi di kalangan generasi muda yang akrab dengan perkembangan teknologi.
Keberhasilan VR dalam menciptakan tur virtual yang lebih menarik membantu calon konsumen untuk lebih memahami properti yang mereka pertimbangkan. Sementara bagi agen atau pengembang, VR mampu membantu mereka meningkatkan jangkauan pasar yang berujung pada peningkatan penjualan.
Namun perlu ditekankan bahwa penggunaan VR dalam sektor properti bukan hanya sekadar tren, tetapi sebuah perubahan dalam pemasaran properti yang berujung pada revolusi lanskap properti secara keseluruhan.
Jadi, seperti yang sudah dijelaskan, VR adalah teknologi yang tak hanya digunakan dalam industri game dan hiburan. Teknologi ini sudah merambah ke berbagai sektor, termasuk properti. Dalam sektor properti, VR membawa kontribusi yang positif terhadap efisiensi pembeli maupun agen atau pengembang properti.
Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi akan terus berkembang, pun begitu dengan teknologi VR dalam industri properti. Tinggal bagaimana pelaku industri properti mengadopsi perkembangan VR dan bagaimana calon konsumen beradaptasi dengan perkembangan yang ada.