Industri pariwisata adalah salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi negara. Industri ini juga menjadi pemain inti dalam pertukaran budaya. Namun seperti industri lainnya, industri pariwisata juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang tentunya harus diatasi agar pertumbuhannya dapat terus berjalan.
Contohnya saja saat musim liburan tiba, tingkat kunjungan wisatawan umumnya meroket dan hal ini memicu munculnya beberapa masalah, terutama yang berkaitan dengan lingkungan. Namun, peran teknologi dalam industri pariwisata dapat menjadi salah satu kunci utama untuk mengatasi tantangan tersebut.
Berikut ini sejumlah tantangan yang dihadapi oleh sektor pariwisata saat musim liburan:
Pariwisata berlebihan atau biasa juga dikenal dengan sebutan over-tourism merupakan fenomena yang menunjukkan terlalu tingginya tingkat kunjungan wisatawan di sejumlah destinasi populer. Hal ini jelas berkonotasi negatif karena dapat menyebabkan dampak yang cukup signifikan. Adapun dampak yang dimaksud antara lain kerusakan lingkungan, kemacetan, hingga potensi konflik dengan penduduk setempat.
Dari kerusakan lingkungan hingga konflik sosial, semuanya memerlukan pendekatan holistik agar teratasi. Beberapa solusi yang mungkin bisa diterapkan adalah membatasi kunjungan harian dan pengalihan ke objek wisata alternatif.
Musim liburan sering kali menyebabkan kerusakan lingkungan dalam bentuk polusi udara, kerusakan ekosistem, dan peningkatan limbah. Bila hal ini dibiarkan, lingkungan di kawasan pariwisata akan rusak dan bahkan menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan penduduk lokal maupun wisatawan.
Untuk mengatasi tantangan ini diperlukan konsep pariwisata berkelanjutan dengan fokus pada pengelolaan limbah dan edukasi lingkungan, khususnya bagi para wisatawan. Tujuannya adalah agar mereka juga ikut berkontribusi pada pelestarian alam saat berlibur.
Dampak buruk terhadap lingkungan, khususnya lingkungan sosial, saat musim liburan ternyata juga didorong oleh kemajuan teknologi. Di satu sisi, teknologi membantu meningkatkan exposure suatu objek wisata sehingga menjadi lebih terkenal. Namun di sisi lain, teknologi juga tak selalu bisa diadopsi oleh masyarakat, terutama mereka yang kurang literasi digital.
Solusi untuk permasalahan tersebut adalah pengelola wisata maupun masyarakat di sekitarnya yang menawarkan bisnis pariwisata harus mau merangkul teknologi. Dengan memasarkan bisnis pariwisata melalui media sosial atau jenis pemasaran online lainnya, maka bisnis tersebut akan makin mendapatkan exposure yang pada akhirnya dapat meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan.
Perubahan kondisi ekonomi dan geopolitik berdampak secara signifikan terhadap minat para wisatawan untuk bepergian. Bila angka wisatawan menurun, otomatis pendapatan masyarakat di ranah bisnis pariwisata juga menurun sehingga menimbulkan masalah sosial.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, diversifikasi pasar sangat diperlukan guna menekan risiko fluktuasi ekonomi. Strategi diversifikasi yang bisa diterapkan antara lain dengan membangun daya tarik destinasi wisata secara universal dan menawarkan pengalaman wisata yang lebih beragam sehingga pariwisata dapat bertahan dalam menghadapi fluktuasi ekonomi dan geopolitik.
Kurangnya keterampilan dan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi salah satu masalah serius dalam bisnis pariwisata, terutama pada musim-musim liburan. Tak sedikit pekerja di objek pariwisata yang masih kurang berkualitas sehingga menimbulkan sejumlah permasalahan, seperti pengelolaan bisnis tidak optimal.
Sebagai solusi, pelaku bisnis pariwisata perlu meningkatkan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Kegiatan ini bisa dilakukan melalui kemitraan dengan program pelatihan dan lembaga pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Teknologi dapat menjadi salah satu kunci utama dalam mengatasi tantangan lingkungan dan sosial yang dihadapi oleh industri pariwisata saat musim liburan. Berikut adalah beberapa peran teknologi yang cukup signifikan:
Big data memainkan peran penting di era industri 4.0 ini. Secara garis besar, big data membantu individu untuk melakukan pertimbangan penting sehingga dapat membuat keputusan yang tepat. Namun, big data juga diterapkan dalam ranah pemerintahan dan industri, seperti pariwisata.
Dengan melakukan analisis big data, maka pelaku bisnis pariwisata mendapatkan wawasan mendalam terkait pola kunjungan wisatawan. Pebisnis bisa memanfaatkan data tersebut untuk memahami area mana yang rentan terhadap over-tourism, mengukur tingkat beban lalu lintas wisata, dan mengoptimalkan distribusi kunjungan.
Aplikasi referensi pariwisata berkelanjutan memungkinkan wisatawan yang memiliki literasi digital tinggi untuk membuat keputusan yang lebih bijak terkait rencana liburan mereka. Dengan menyediakan informasi tentang destinasi dan layanan yang menerapkan prinsip dan praktik ramah lingkungan, wisatawan bisa menyusun rencana perjalanan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan.
Industri pariwisata, seperti tempat penginapan, bisa mengadopsi teknologi untuk menerapkan praktik energi terbarukan. Teknologi yang dimaksud adalah pemanfaatan panel surya yang dapat membantu mengurangi penggunaan energi secara masif.
Teknologi blockchain memang belum begitu masif diterapkan di Indonesia, apalagi dalam industri pariwisata. Namun, teknologi ini dapat menciptakan sistem manajemen destinasi pariwisata yang terdesentralisasi dan transparan.
Penggunaan blockchain memungkinkan terjadinya kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pengelola destinasi, pemerintah, dan masyarakat lokal. Dengan begitu, pengelolaan kunjungan wisatawan menjadi lebih efisien dan adil sehingga tantangan pariwisata seperti over-tourism dan lingkungan rusak dapat diatasi.
Perkembangan dalam transportasi berkelanjutan, seperti scooter atau sepeda listrik dapat mengurangi dampak negatif dari padatnya transportasi di kawasan pariwisata saat musim liburan. Destinasi pariwisata juga dapat mendorong penggunaan transportasi berkelanjutan dengan menyediakan fasilitas penyewaan sepeda atau scooter listrik sehingga wisatawan pun juga ikut berkomitmen terhadap keberlanjutan lingkungan.
Teknologi VR (Virtual Reality) dan AR (Augmented Reality) membuka peluang untuk memperkenalkan destinasi kepada wisatawan tanpa harus datang langsung ke lokasi. Hal ini dapat mengurangi tekanan pada destinasi yang cenderung rentan terhadap over-tourism. Memang, pengalaman yang diberikan tidak senyata bila datang langsung, tetapi bisa menjadi pilihan terutama bagi yang memiliki masalah mobilitas.
Jadi, industri pariwisata, khususnya saat musim liburan, memerlukan perhatian khusus terhadap tantangan lingkungan dan sosial yang cukup kompleks ini. Melalui pendekatan holistik, termasuk mengadopsi inovasi-inovasi teknologi terbaru, masa depan pariwisata tak hanya memberikan keuntungan dari segi ekonomi tetapi juga melindungi keindahan alam dan komunitas lokal.