Perkembangan teknologi telah membawa dampak yang cukup signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, tak terkecuali dalam praktik keagamaan. Perkembangan tersebut selaras dengan hikmah dari peristiwa penting dalam perkembangan sejarah Islam, yakni Isra Mi’raj.
Dalam konteks ini, inovasi teknologi membantu umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah mereka, khususnya dalam melakukan salat lima waktu. Untuk lebih memahami kaitan antara keduanya, simak terus penjelasan di bawah ini.
Sebelum membahas kaitan antara keutamaan Isra Mi’raj dan perkembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas ibadah umat Islam, mari simak terlebih dahulu sejarah peristiwa bersejarah tersebut.
Isra Mi’raj yang terjadi pada tanggal 27 bulan Rajab, adalah peristiwa penting dalam sejarah perkembangan agama Islam. Peristiwa tersebut menandai perjalanan spiritual yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram (Mekah) ke Masjidil Aqsa (Yerusalem) ke Shidratul Muntaha (langit ketujuh).
Secara garis besar, Isra Mi’raj merupakan peristiwa di mana Rasulullah menerima perintah langsung dari Allah SWT untuk menjalankan salat lima waktu dalam sehari di langit ketujuh. Bila dipahami, hal tersebut merupakan sebuah perintah yang menegaskan betapa pentingnya ibadah salat dalam kehidupan setiap umat Islam.
Selama melakukan perjalanan spiritual tersebut, Nabi Muhammad SAW juga diperlihatkan beragam tanda kebesaran Allah SWT. Salah satunya adalah pengalaman-pengalaman mistis saat beliau naik ke langit ketujuh untuk menerima wahyu ilahi yang hingga kini menjadi bagian penting dalam ajaran Islam.
Lebih lanjut, Isra Mi’raj tak hanya diperingati sebagai peristiwa sejarah yang penting bagi seluruh umat Islam di dunia. Momentum tersebut juga memberikan teladan tentang pentingnya ketaatan kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Selain itu juga sebagai pelajaran bagi setiap muslim untuk meningkatkan hubungan spiritual mereka dengan Yang Maha Kuasa.
Salah satu poin penting dari peristiwa Isra Mi’raj adalah perintah untuk menunaikan ibadah salat lima waktu dalam sehari sebagai bentuk kedekatan spiritual seorang hamba terhadap Sang Pencipta. Jauh sebelum ada perkembangan teknologi, praktik-praktik keagamaan dalam Islam masih dilakukan secara manual. Namun, begitu teknologi berkembang dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, banyak praktik-praktik keagamaan menjadi lebih efisien.
Contohnya saja ibadah haji yang bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan karena pada saat itu belum ada pesawat terbang dan masih menggunakan kapal laut. Namun, kini hanya butuh waktu sekitar 8 jam saja dari Indonesia menuju Saudi. Ini menjadi salah satu bukti bahwa kemajuan teknologi dapat meningkatkan kualitas ibadah seorang muslim.
Belum lagi setelah munculnya teknologi internet dan media sosial. Umat Islam mendapatkan kemudahan dalam mengakses konten-konten agama dari sumber yang tepercaya. Melalui internet, aplikasi mobile, dan platform digital lainnya, setiap muslim yang taat dapat dengan mudah mengakses Al-Qur’an, tafsir, hadis, dan konten-konten keagamaan lainnya. Dengan begitu, umat Islam bisa memperdalam pemahaman mereka terkait ajaran-ajaran Islam tanpa harus terlalu bergantung pada buku-buku fisik.
Tak hanya sampai di situ saja, perkembangan teknologi juga melahirkan berbagai jenis aplikasi mobile yang dirancang khusus untuk membantu para umat Islam dalam menjalankan ibadah sehari-hari. Contohnya adalah aplikasi pengingat waktu salat, panduan arah kiblat, aplikasi bacaan-bacaan kitab suci Al-Qur’an, aplikasi untuk mempelajari tata cara ibadah, dan masih banyak lagi. Aplikasi-aplikasi tersebut adalah bukti bahwa teknologi tak bisa dipisahkan dari kehidupan umat Islam modern.
Selain aplikasi, media sosial juga memainkan peran penting dalam proses penyebaran pesan-pesan keagamaan. Melalui platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Tiktok, para ulama, pendakwah, dan umat muslim secara umum dapat saling berbagi kutipan-kutipan Al-Qur’an, ceramah keagamaan, dan pengalaman spiritual mereka. Dengan demikian, media sosial memungkinkan umat Islam untuk saling berbagi ilmu dengan umat Islam lainnya.
Jadi, peristiwa Isra Mi’raj dapat dipahami secara lebih mendalam sebagai suatu inspirasi bagi umat Islam untuk memanfaatkan perkembangan teknologi dalam meningkatkan kualitas ibadah mereka. Dengan menggunakan teknologi pula, umat Islam bisa menjalankan praktik-praktik keagamaan dengan lebih efisien.
Teknologi tak selalu berdampak positif terhadap kehidupan manusia, khususnya terkait dengan peningkatan praktik-praktik keagamaan. Dalam kondisi di mana semua bisa dijalankan secara lebih efisien, tetapi ternyata tak sedikit umat Islam yang justru menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak produktif. Bahkan juga tidak digunakan untuk beribadah sesuai dengan anjuran Rasulullah, terutama soal salat lima waktu.
Banyak umat Islam yang cenderung menghabiskan waktu hingga berjam-jam setiap harinya untuk berselancar di internet, menyaksikan atau melakukan hal-hal yang kurang produktif. Akibatnya, muncul penyakit fear of missing out (FOMO), yakni kondisi di mana seseorang takut ketinggalan hal-hal terbaru di media sosial. Hal ini membuat orang menjadi lebih agresif dalam bertindak di media sosial dan parahnya mengakibatkan kondisi mental.
Padahal, bila teknologi digunakan untuk hal-hal yang positif, jelas banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan. Contohnya seperti yang sudah disebutkan di atas, teknologi dapat digunakan untuk mempermudah praktik-praktik keagamaan. Di sisi lain, bila umat Islam tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, kemungkinan besar mereka hanya akan menggunakan teknologi untuk hal-hal yang tidak produktif dan bahkan berpotensi menimbulkan perpecahan umat.
Untuk itu, gunakanlah teknologi untuk hal-hal yang membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Contohnya adalah untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan dalam keagamaan, mendorong aksi sosial untuk membantu mereka yang membutuhkan, mempermudah praktik-praktik keagamaan seperti salat lima waktu, dan lain sebagainya.
Dengan begitu, umat Islam bisa dibilang telah melaksanakan keutamaan-keutamaan dalam Isra Mi’raj dengan bantuan teknologi.