Umat Islam di seluruh dunia baru saja merayakan peringatan hari Isra Mi’raj. Bagi muslim yang taat, Isra Mi’raj merupakan peristiwa yang sangat luar biasa dalam sejarah perkembangan Islam. Sebab, tak ada satu pun manusia biasa yang bisa mengalaminya, kecuali Nabi Muhammad SAW. Namun, peristiwa tersebut tak hanya memiliki relevansi ajaran Islam tetapi juga terdapat implikasi yang cukup kuat dalam perkembangan teknologi dan masyarakat modern.
Isra Mi’raj merupakan sebuah perjalanan spiritual yang luar biasa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Sesampainya di Masjidil Aqsa, Rasulullah kemudian melanjutkan perjalannya ke Shidratul Muntaha atau langit ketujuh.
Dalam perjalanan ini, Nabi Muhammad SAW tidak hanya mengalami fenomena yang sungguh luar biasa dan mungkin sulit untuk dipahami oleh manusia biasa. Beliau juga juga menerima wahyu ilahi langsung dari Sang Pencipta, Allah SWT tanpa perantara malaikat Jibril. Wahyu-wahyu tersebut berisi petunjuk-petunjuk penting yang hingga kini menjadi bagian integral dari praktik-praktik agama Islam.
Keistimewaan dari Isra Mi’raj ini sendiri tak hanya terletak pada perjalanan fisik Nabi Muhammad SAW dalam melintasi ruang dan waktu, tetapi juga pada kedalaman makna spiritual yang terkandung di dalam peristiwa ini. Pada dasarnya, perjalanan ini menegaskan status Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT sekaligus menunjukkan kebesaran-Nya dalam memilih Rasulullah sebagai pembawa risalah terakhir bagi seluruh umat manusia.
Sementara itu bagi umat Islam saat ini, Isra Mi’raj lebih dari sekadar peristiwa sejarah yang penting tetapi juga sebagai sumber inspirasi sekaligus kekuatan spiritual. Sebab, Isra Mi’raj dapat menjadi pengingat bagi umat Islam akan pentingnya ketaatan, kepatuhan, dan spiritualitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan lebih memahami perjalanan Rasulullah tersebut, seluruh umat Islam di dunia diharapkan bisa lebih memperdalam hubungan mereka dengan Allah SWT dan juga mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW agar bisa menjalani kehidupan yang bermakna.
Sebagai salah satu peristiwa luar biasa yang terjadi dalam sejarah perkembangan Islam, Isra Mi’raj tak hanya memiliki keutamaan terkait spiritualitas tetapi juga dapat mendorong timbulnya gagasan-gagasan tentang teknologi. Lebih utamanya tentang dimensi-dimensi yang tak terlihat.
Meskipun peristiwa Isra Mi’raj terjadi pada sekitar 1.400 tahun yang lalu di mana belum ada kemajuan teknologi seperti sekarang, konsep perjalanan Rasulullah yang melampaui batas-batas pemikiran manusia biasa telah menarik banyak minat para ilmuwan untuk membahas tentang potensi adanya dimensi di luar pemahaman manusia.
Menurut guru besar Universitas Ahmad Dahlan Prof. Drs. Agus Purwanto, M.Si, M.Sc., D.Sc., Isra Mi’raj tak bisa dijelaskan hanya dengan menggunakan Teori Relativitas Khusus. Namun beliau berpendapatan bahwa peristiwa tersebut dapat dijelaskan menggunakan Teori Relativitas Umum. Secara garis besar, teori tersebut membahas tentang ruang dimensi atau ruang immaterial di sekeliling kita.
Rektor Universitas Islam Malam, Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M.Si, juga menyampaikan bahwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra Mi’raj juga telah dikaji oleh banyak ilmuwan dari lintas bidang, seperti fisika, astronomi, hingga teknologi. Beliau menyampaikan bahwa kecepatan perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram hingga ke Shidratul Muntaha dapat dijadikan pedoman bagi umat manusia untuk berani merangkul teknologi.
Sebab, melihat kondisi perkembangan teknologi sekarang, tak sedikit masyarakat yang mendapatkan kemudahan dalam hidup berkat teknologi. Prof. Maskuri juga menyampaikan bahwa orang yang menjadi pemenang adalah mereka yang mampu menguasai teknologi dan juga media.
Dalam era di mana teknologi sudah masuk ke setiap aspek kehidupan manusia, pemahaman terkait Isra Mi’raj dan perjalanan spiritual di luar nalar manusia menawarkan perspektif yang cukup menarik. Utamanya, perspektif terkait bagaimana manusia modern memahami dan berinteraksi dengan dimensi yang tak kasat mata. Teknologi juga bisa menjadi sarana bagi manusia, khususnya umat Islam, untuk memperluas pemahaman terkait konsep-konsep keagamaan dan spiritual yang mungkin masih sulit dipahami oleh mereka.
Terkait perkembangan masyarakat, peristiwa Isra Mi’raj memegang peran penting sebagai patokan nilai-nilai moral dalam kehidupan manusia. Peristiwa ini tidak hanya menjadi bagian penting dari warisan spiritual umat muslim tetapi juga memberikan ajaran-ajaran yang relevan dalam menghadapi kehidupan sosial seperti sekarang ini. Lebih lanjut, Isra Mi’raj mengajarkan umat Islam tentang pentingnya ketaatan dan keimanan sebagai fondasi utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang makin cepat dan menggerus sebagian nilai-nilai tradisional, keutamaan dalam Isra Mi’raj menjadi makin penting. Nilai-nilai moral dan spiritual dari peristiwa ini dapat dijadikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan masyarakat yang lebih beradab dan bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam menggunakan inovasi teknologi di mana setiap pengguna harus menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku.
Selain itu, Isra Mi’raj juga mengajarkan umat Islam tentang pentingnya edukasi dalam mengembangkan masyarakat yang lebih maju dan berbudaya. Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT tak hanya mendapatkan wahyu ilahi tetapi juga pengetahuan yang luas untuk disebarkan kepada seluruh umat manusia pada saat itu.
Dalam konteks tersebut, Isra Mi’raj seharusnya dapat menjadi pengingat bagi umat Islam akan pentingnya memperluas wawasan dan pengetahuan, baik wawasan dalam hal agama maupun ilmu pengetahuan umum. Tujuannya adalah untuk menciptakan masyarakat yang memanfaatkan segala bentuk perkembangan zaman secara bermoral.
Jadi, itulah relevansi Isra Mi’raj dalam perkembangan teknologi dan masyarakat modern. Sebagai umat Islam, penting sekali untuk bisa menjalani kehidupan sesuai dengan zaman sambil memanfaatkan segala bentuk kemajuan teknologi. Namun dalam penerapannya tak boleh melupakan nilai-nilai moral yang diajarkan dalam Islam agar pemanfaatan teknologi dan lain sebagainya membawa kemslahatan bagi seluruh umat.