Atasi Bau Badan, Ini Awal Mula Munculnya Deodoran

Bau badan adalah masalah umum yang kerap dialami oleh sejumlah orang. Meskipun bukan menjadi masalah kesehatan yang sangat serius, bau badan bisa menjadi salah satu penyebab terganggunya kehidupan sosial. Untungnya, solusi untuk masalah satu ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu melalui penggunaan deodoran.

Penyebab Timbulnya Bau Badan

Deodoran

Melansir laman Halodoc, bau badan pada dasarnya tidak berasal dari keringat itu sendiri, melainkan dari interaksi antara keringat dan bakteri di permukaan kulit. Tubuh manusia memiliki dua jenis kelenjar keringat, yakni kelenjar apokrin dan ekrin.

Kelenjar apokrin cenderung menghasilkan keringat yang kental dan kaya protein. Sementara itu, kelenjar ekrin bertanggung jawab untuk mengatur tinggi rendahnya suhu tubuh melalui produksi keringat yang cenderung lebih cair. 

Keringat dari kelenjar apokrin banyak ditemukan di area tubuh seperti selangkangan dan ketiak serta tidak berbau. Namun, saat bakteri yang ada pada kulit memecah protein yang terkandung dalam keringat tersebut, maka terjadi pembentukan molekul. Nah, molekul inilah yang menyebabkan bau tidak sedap dan menjadi penyebab utama munculnya bau badan.

Selain karena bakteri, ada beberapa faktor lain yang juga bisa memicu timbulnya bau badan, seperti kondisi kesehatan tertentu, stres, dan jenis makanan yang dikonsumsi. Misalnya penderita diabetes, bisa mengalami peningkatan bau badan akibat produksi keton saat kadar gula darah sulit terkendali. Stres bahkan bisa menjadi salah satu penyebab munculnya keringat berlebih, terutama dari kelenjar apokrin.

Deodoran untuk Menghilangkan Bau Badan

Deodoran

Untuk mengatasi bau badan, salah satu solusi yang paling umum digunakan adalah deodoran. Cara kerja deodoran adalah dengan menghilangkan bau yang disebabkan oleh bakteri di permukaan kulit. Selain deodoran, ada juga antiperspiran yang berfungsi mengurangi produksi keringat. Kombinasi antara keduanya sering kali digunakan dalam produk yang bisa ditemukan dengan mudah di pasaran.

Deodoran umumnya dibuat menggunakan bahan-bahan yang bisa membunuh bakteri penyebab bau, seperti senyawa antibakteri atau alkohol. Sementara itu, antiperspiran mengandung bahan seperti aluminium klorida yang bisa menyumbat pori-pori keringat sehingga dapat menurunkan produksi keringat dari tubuh.

Penggunaan deodoran sendiri sudah menjadi bagian penting dari rutinitas kebersihan tubuh bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang selalu ingin tampil rapi, wangi, dan percaya diri. Namun, tahukah kamu bagaimana deodoran pertama kali ditemukan?

Sejarah Munculnya Deodoran

Deodoran

Sejarah deodoran dimulai pada sekitar akhir abad ke-19, tepatnya di Amerika Serikat. Sebelum deodoran ditemukan, masalah bau badan yang dialami oleh masyarakat pada saat itu hanya diatasi dengan mandi atau menggunakan parfum. Padahal, parfum tidak cukup untuk menutupi bau tak sedap dan kurang efektif untuk mengatasi bau yang dihasilkan oleh bakteri pada kulit.

Penemuan deodoran komersial pertama terjadi pada sekitar tahun 1888 di Philadelphia oleh seorang penemu yang juga menciptakan produk bermerek “Mum”. Produk ini merupakan deodoran berbentuk krim yang dibuat untuk menghilang bau badan.

“Mum” kemudian dipasarkan sebagai solusi bagi orang-orang yang ingin menghilangkan bau tidak sedap pada tubuh akibat bakteri pada keringat. Hanya saja, produk ini masih memiliki kekurangan karena kerap meninggalkan residu berupa minyak dan menempel pada pakaian.

Tak lama setelah itu, tepatnya pada tahun 1903, diperkenalkanlah produk antiperspiran pertama dengan merek Everdry. Everdry terbuat dari bahan aluminium klorida yang berfungsi untuk menyumbat pori-pori dan menurunkan produksi keringat pada tubuh. Namun, karena formulanya yang cenderung asam, produk ini berdampak buruk terhadap pakaian dan kulit. Bagian ketiak pada pakaian mudah rusak dan terjadi sensasi terbakar pada kulit.

Kemudian pada awal abad ke-20, muncul salah satu tonggak penting dalam sejarah deodoran, yakni ditemukannya produk antiperspiran komersial bermerek Odo-Ro-No oleh Dr. Abraham D. Murphey, seorang ahli bedah asal Cincinnati.

Dr. Murphey awalnya menciptakan produk tersebut untuk menjaga tangannya agar tetap kering saat melakukan operasi. Oleh putrinya, Edna Murphey, produk tersebut kemudian dikembangkan dan sukses dipasarkan secara luas pada tahun 1912 dengan bantuan promosi iklan besar-besaran.

Iklan deodoran Odo-Ro-No menyoroti bagaimana masalah keringat bisa mengganggu aktivitas dan merupakan gangguan medis yang bisa diatasi. Iklan tersebut juga menyasar ke kaum perempuan yang ingin senantiasa menjaga kebersihan dan kepercayaan diri mereka.

Iklan tersebut sukses besar hingga penjualan Odo-Ro-No mengalami lonjakan mencapai 65.000 dolar AS dalam setahun. Saking larisnya, produk tersebut mulai diekspor ke luar negeri, seperti Inggris dan Kuba. Dengan cepat, banyak manufaktur mulai memproduksi deodoran dan antiperspiran dan produk ini menjadi kebutuhan sehari-hari bagi banyak orang.

Kemudian pada tahun 1930-an, deodoran telah menjadi salah satu produk perawatan tubuh yang paling umum digunakan di Amerika Serikat dan terus berkembang menjadi industri yang menguntungkan. Berkat inovasi dalam teknologi dan formula, produk deodoran yang ada saat ini hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari roll-on, stik, hingga semprotan.

Kesimpulan

Bau badan adalah masalah yang sudah ada sejak zaman dahulu dan menjadi perhatian banyak orang. Untungnya, dengen perkembangan teknologi dan formula, muncul produk kombinasi deodoran dan antiperspiran sehingga masalah bau badan bisa diatasi dengan lebih mudah.

Sejarah munculnya deodoran juga menunjukkan betapa pentingnya inovasi dalam menjaga kesehatan dan kebersihan tubuh. Kini, deodoran tak hanya digunakan sebagai penangkal bau, tetapi juga sebagai bagian penting dari rutinitas kebersihan tubuh harian agar tetap nyaman dan percaya diri.

Jadi, buat kamu yang punya masalah bau badan dan ingin tampil wangi setiap hari, pastikan untuk selalu memakai deodoran. Jangan hanya memakai parfum, sebab parfum tidak cukup untuk mengatasi bau badan akibat bakteri!

Leave a Reply