Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran masyarakat terhadap dampak buruk dari konsumsi daging, baik terhadap kesehatan tubuh maupun lingkungan, kian mengalami peningkatan. Sejalan dengan itu, muncul berbagai kampanye guna mendorong perubahan gaya hidup dan pola makan yang lebih ramah untuk lingkungan, salah satunya adalah kampanye Meatless Monday.
Secara umum, kampanye ini ditujukan untuk mendorong masyarakat dalam mengurangi konsumsi daging setidaknya satu hari dalam 7 hari, khususnya setiap hari Senin. Dengan mengganti daging dengan protein nabati maupun protein lainnya selain daging, kampanye ini diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi manusia dan juga lingkungan.
Meatless Monday merupakan suatu gerakan global yang pertama kali dicetuskan oleh Sid Lerner dan John Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat pada tahun 2003.
Tujuan utama dari gerakan ini adalah mendorong masyarakat agar lebih sadar akan konsumsi daging yang berlebihan dan memberikan pilihan alternatif berupa protein nabati yang jauh lebih ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan.
Gerakan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dan diadopsi oleh banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Meatless Monday diperkenalkan secara resmi di Tanah Air pada akhir tahun 2021. Sesuai dengan namanya, gerakan ini menganjurkan masyarakat untuk mengurangi atau bahkan menghindari konsumsi daging dan produk hewani lainnya setiap hari Senin.
Namun, perlu diketahui bahwa gerakan ini tidak mendorong masyarakat untuk mengubah gaya hidup mereka menjadi vegetarian maupun vegan, melainkan lebih ke arah fleksitarian. Fleksitarian merupakan pola makan yang masih mengonsumsi produk hewani, tetapi dalam jumlah yang sudah dibatasi.
Di Indonesia, kampanye ini memiliki ciri khas yang cukup unik. Mengingat negara Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, otomatis masyarakat memiliki berbagai macam pilihan protein nabati yang bisa dikonsumsi sebagai alternatif daging dan produk hewani lainnya.
Mulai dari kacang-kacangan, tempe, tahu, jamur, hingga berbagai olahan sayur, semuanya bisa dijadikan sumber protein yang sehat dan mudah diakses oleh masyarakat.
Lantas, mengapa gerakan Meatless Monday harus hari Senin? Menurut penelitian dari John Hopkins, Senin dianggap sebagai hari yang paling tepat untuk memulai suatu kebiasaan baru. Pasalnya, setelah akhir pekan, orang cenderung lebih bersemangat dalam menjalani hidup sehat.
Meatless Monday sendiri dianggap sebagai suatu resolusi kecil yang bisa diterapkan setiap pekan. Dengan begitu, masyarakat memiliki kesempatan untuk mengubah pola makan mereka dan memulai minggu yang baru dengan langkah yang lebih sehat.
Tujuan utama dari kampanye Meatless Monday adalah untuk mengurangi konsumsi daging. Akan tetapi, sebenarnya bukan hanya itu saja, masih banyak alasan lain mengapa Meatless Monday perlu terus dilakukan.
Salah satu tujuan utama dari kampanye satu ini adalah untuk mengurangi konsumsi daging yang berlebihan. Banyak riset menunjukkan bahwa konsumsi daging, khususnya daging merah dan olahan, bisa meningkatkan risiko penyakit degeneratif, antara lain hipertensi, diabetes, hingga penyakit jantung. Oleh sebab itu, dengan mengurangi jumlah konsumsi daging setidaknya satu hari dalam seminggu, masyarakat bisa mengurangi risiko-risiko tersebut secara signifikan.
Profesor Ali Khomsan, seorang ahli pangan dan gizi dari Institut Pertanian Bogor, menyarankan bahwa konsumsi daging secara berlebihan, khususnya daging merah bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan meningkatnya kadar kolesterol dalam tubuh. Dengan mengganti konsumsi daging pada setiap hari Senin dengan olahan protein nabati, seperti tahu, tempe, atau kacang-kacangan, masyarakat bisa menyeimbangkan asupan nutrisi mereka sekaligus menjaga kesehatan jantung.
Selain manfaat kesehatan tubuh, gerakan Meatless Monday juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan sekitar. Perlu diketahui bahwa produksi daging, terutama daging sapi, memiliki dampak lingkungan yang bisa dibilang sangat besar. Hal ini karena proses peternakan membutuhkan lahan yang luas, air dalam jumlah besar, dan menghasilkan emisi karbon yang cukup tinggi.
Dengan mengurangi konsumsi daging, maka masyarakat dapat berkontribusi untuk mengurangi jejak karbon dan menjaga kelestarian alam sekitar agar tetap nyaman untuk ditinggali oleh manusia.
Di Indonesia, gerakan Meatless Monday ini juga menekankan pentingnya memanfaatkan sumber pangan lokal yang jauh lebih ramah lingkungan. Produksi protein nabati seperti kacang-kacangan dan sayuran tidak memerlukan banyak sumber daya alam bila dibandingkan dengan produksi daging.
Di samping itu, mengonsumsi produk pangan lokal juga dapat membantu mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari proses distribusi bahan makanan impor.
Generasi muda, khususnya mereka yang berusia 18–45 tahun, menjadi salah satu sasaran utama dari gerakan Meatless Monday di Indonesia. Kampanye ini lebih menekankan pentingnya peran anak muda sebagai agen perubahan dalam mempromosikan gaya hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Meatless Monday tak hanya sekadar kampanye untuk mengurangi tingkat konsumsi daging, tetapi juga menjadi wadah bagi para generasi muda untuk bisa menyuarakan kepedulian mereka terhadap isu-isu kesehatan dan lingkungan yang dapat membahayakan keberlangsungan makhluk hidup, tak terkecuali manusia.
Seperti yang disampaikan sebelumnya, Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan pangan yang dapat dijadikan alternatif pengganti daging dan olahan hewani lainnya. Melalui gerakan Meatless Monday, masyarakat diajak untuk lebih mengenal dan memanfaatkan potensi pangan dalam negeri. Protein nabati seperti tahu, tempe, kacang-kacangan, dan olahan sayur lainnya bisa menjadi sumber protein yang tak kalah baik dari daging.
Gerakan ini juga mendorong masyarakat untuk bisa lebih kreatif dalam mengolah makanan sehari-hari dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar dan cenderung lebih murah serta sehat. Sebagai contoh, menggunakan jamur sebagai pengganti daging dalam masakan atau mencampurkan kacang-kacangan dalam menu harian untuk menambah asupan protein.
Jadi, Meatless Monday bukan sekadar kampanye sosial untuk mengurangi konsumsi daging, tetapi juga sebuah gerakan untuk mempromosikan gaya hidup yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
Namun, gerakan ini tidak mendorong masyarakat untuk menjadi vegetarian dan vegan, melainkan mempromosikan gaya hidup yang lebih fleksibel dan tidak melulu bergantung pada menu-menu dari daging dan olahan hewani lainnya yang berisiko pada kesehatan tubuh dan lingkungan.