Generasi Z, atau yang sering disebut sebagai gen Z, merupakan mereka yang lahir antara tahun 1997-2012. Gen Z bisa dibilang sebagai generasi yang tumbuh di era digital dengan akses informasi yang jauh lebih mudah bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Meski gen Z mendapatkan banyak kemudahan, ada salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh generasi ini yakni pengelolaan keuangan. Gaya hidup yang serba cepat dan kerap kali impulsif membuat banyak gen Z mengalami kesulitan dalam menyisihkan uang untuk ditabung atau mengelola keuangan dengan bijak.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada 2020, jumlah Gen Z mencapai sekitar 75,49 juta jiwa di Indonesia, atau setara dengan 27,94% dari total populasi Indonesia. Namun, berdasarkan survei yang dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), justru tingkat literasi keuangan generasi ini masih cukup rendah, yakni hanya sekitar 44,04%, jauh lebih rendah dari generasi milenial. Data ini menunjukkan bahwa masih banyak sekali gen Z yang memerlukan pemahaman lebih baik terkait pengelolaan keuangan.
Mengatur keuangan bukan hanya penting bagi generasi sebelum gen Z, tetapi juga sangat relevan bagi gen Z. Terlebih, generasi Z terkenal dengan budaya doom spending, yakni istilah yang merujuk pada kebiasaan untuk berbelanja tanpa berpikir terlebih dahulu, khususnya berpikir tentang ekonomi dan masa depan keuangan mereka.
Sebenarnya, bukan hanya gen Z saja yang mengalami fenomena doom spending. Kondisi ini juga dialami oleh milenial muda kelahiran tahun 1990-1996. Para generasi muda ini melakukan banyak pengeluaran yang didadasari oleh keinginan impulsif. Akibatnya, kondisi keuangan mereka terganggu dan bahkan sulit untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer, salah satunya adalah memiliki hunian pribadi.
Dengan menyadari kondisi keuangan pribadi, maka gen Z bisa mulai mengelola keuangan pribadi untuk mewujudkan kesejahteraan finansial di masa depan, terutama mengingat tantangan ekonomi beberapa tahun terakhir. Di bawah ini adalah beberapa alasan mengapa pengelolaan keuangan sangat penting bagi generasi Z:
Gen Z yang baru mulai bekerja kerap kali mendapatkan penghasilan yang masih rendah atau rata-rata UMR. Kendati demikian, membiasakan diri untuk mulai menabung sejak dini bisa membantu mereka untuk mempersiapkan masa depan yang lebih stabil. Sebab, uang yang ditabung bisa digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan seperti membeli rumah, memulai bisnis, atau bahkan melakukan investasi.
Seperti yang dijelaskan, gen Z terkenal dengan kebiasaan “doom spending” atau berbelanja secara impulsif guna mengatasi stres dan kecemasan terkait masa depan. Gaya hidup konsumtif ini bisa menjadi dampak buruk pada kondisi finansial jangka panjang. Oleh sebab itu, dengan memahami pentingnya pengelolaan uang, maka genZ bisa menghindari perilaku tersebut dan bahkan belajar untuk memprioritaskan kebutuhan alih-alih keinginan.
Di era globalisasi, ketidakpastian ekonomi menjadi salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh generasi ini. Mulai dari masalah inflasi, resesi, hingga ketidakpastian kondisi pekerjaan, semua faktor ini mengharuskan gen Z untuk memiliki fondasi keuangan yang kuat agar bisa bertahan dalam kondisi ekonomi yang fluktuatif.
Untuk membantu para generasi muda, khususnya gen Z, agar lebih cerdas dalam mengelola uang, di bawah ini ada beberapa tips yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:
1. Menyusun anggaran bulanan
Langkah pertama dalam mengelola keuangan pribadi adalah dengan menyusun anggaran bulanan. Dengan memiliki anggaran, gen Z bisa memahami berapa banyak uang yang mereka miliki, apa saja kebutuhan yang harus diutamakan, dan berapa banyak yang bisa mereka simpan atau alokasikan untuk keperluanhiburan. Gen Z bisa menggunakan metode penganggaran 50/30/20, yakni 50% untuk kebutuhan dasar, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk kebutuhan tabungan atau investasi.
Membuat skala prioritas keuangan sangat penting, terlebih bila pendapatan terbatas. Prioritas seperti membayar utang, menabung untuk masa depan, dan memastikan kebutuhan dasar terpenuhi harus diutamakan. Gen Z juga perlu belajar untuk memprioritaskan mana yang termasuk pengeluaran penting dan mana yang bukan untuk mengurangi pengeluaran bulanan.
Sebagai generasi yang lahir dan tumbuh di era teknologi, gen Z bisa dibilang memiliki kelebihan dalam hal mengakses informasi dan penggunaan produk teknologi. Saat ini, ada banyak sekali aplikasi keuangan yang bisa digunakan untuk membantu mengatur anggaran, melacak pengeluaran, dan bahkan memberikan tips-tips keuangan, seperti melakukan investasi. Dengan menggunakan aplikasi ini secara rutin, maka bisa membantu gen Z untuk lebih disiplin dalam mengelola uang mereka.
Seperti yang dijelaskan, doom spending adalah kebiasaan berbelanja yang kerap dilakukan oleh generasi muda saat ini, khususnya gen Z dan milenial. Meskipun berbelanja bisa memberikan kepuasan sesaat, perilaku ini justru dapat menimbulkan masalah keuangan di kemudian hari. Salah satu cara untuk menghindari kebiasaan ini adalah dengan membatasi akses terhadap platform belanja online dan membuat proses pembelian menjadi lebih sulit, misalnya dengan hanya menggunakan uang tunai.
Pada dasarnya, tak ada yang sempurna dan kesalahan finansial bisa terjadi pada siapa saja, tak terkecuali gen Z. Penting sekali bagi generasi muda ini untuk belajar dari kesalahan tersebut dan tidak menyerah begitu saja dalam proses mengelola keuangan. Pasalnya, setiap kesalahan bisa menjadi pelajaran yang berharga dan bisa membantu mereka mengambil keputusan yang lebih baik dan bermanfaat untuk kondisi keuangan di masa depan.
Mengelola keuangan bagi gen Z bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan strategi yang tepat, disiplin dan komitmen tinggi, hal ini bisa dilakukan secara efektif. Lagi pula, gen Z adalah generasi yang melek teknologi dan memiliki banyak potensi. Mereka bahkan memiliki banyak alat bantu yang bisa digunakan untuk membangun kebiasaan keuangan yang baik guna mewujudkan masa depan yang lebih sejahtera secara finansial.