Generasi Z atau yang biasa disebut gen Z adalah generasi yang saat ini kerap mendapatkan stigma buruk dari generasi-generasi sebelumnya. Generasi ini bahkan kerap dianggap sebagai generasi yang sulit mengatur keuangan, cenderung boros, dan bahkan diprediksi tidak mampu mewujudkan kemerdekaan finansial.
Sebenarnya, ada beberapa fenomena yang membuat generasi Z cenderung sulit untuk mengatur keuangan mereka. Fenomena-fenomena tersebut antara lain adalah YOLO, FOMO, dan FOPO. Ketiganya tak hanya memengaruhi cara berpikir kamu tetapi juga cara bagaimana kamu mengelola uang.
Jika tidak berhati-hati atau bahkan menahan diri, kebiasaan tersebut bisa membuat gen Z mengalami kerugian finansial yang cukup signifikan. Untuk itu, mari kita bahas lebih lanjut agar kamu bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan terkait keuangan.
Patut untuk diakui bahwa generasi Z adalah generasi yang sangat melek terhadap teknologi. Generasi ini menjadi generasi selain milenial yang aktif menggunakan produk-produk teknologi seperti platform belanja online hingga layanan keuangan digital.
Sayangnya, adaptasi yang cepat ini kerap kali tidak disertai dengan literasi keuangan yang memadai. Bahkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan generasi Z hanya mencapai 44,04% atau sekitar 3,94% lebih rendah dari generasi milenial. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan gen Z merupakan individu yang konsumtif dan kerap membuat keputusan finansial yang tidak terencana.
Terlebih, gen Z hidup di era digital yang penuh dengan tekanan, seperti tekanan sosial dari konten-konten di media sosial. Tekanan ini kerap kali mendorong seseorang untuk mengikuti tren maupun gaya hidup tertentu demi sebuah pengakuan. Inilah yang menjadi akar dari tiga fenomena di kalangan generasi Z, yakni YOLO, FOMO, dan FOPO.
Berikut tiga fenomena sosial yang membuat generasi Z rentan terhadap permasalahan finansial:
YOLO (You Only Live Once) atau secara harfiah berarti “kamu hanya hidup sekali” kerap kali dijadikan alasan para generasi muda untuk melakukan hal-hal yang impulsif, termasuk dalam mengelola keuangan pribadi mereka.
Dengan adanya pemikiran bahwa hidup hanya sekali, banyak pemuda yang merasa seolah-olah harus memaksimalkan pengalaman tanpa mempertimbangkan adanya konsekuensi jangka panjang.
Sebagai contoh, kamu tergoda untuk membeli barang mahal yang sedang viral atau pergi liburan demi feed di Instagram karena menurutmu itu salah satu cara untuk menikmati hidup. Memang, hidup itu harus dinikmati, tetapi apabila tidak diimbangi dengan perencanaan keuangan yang matang, maka kamu akan merasakan akibatnya sendiri.
Di sisi lain, pengeluaran yang dilakukan secara impulsif kerap kali menjadi salah satu penyebab seseorang kehabisan uang bulanan bahkan sebelum gajian berikutnya. Parahnya lagi, impulsivitas ini juga membuat seseorang rentan terjebak utang.
Untuk mengatasi YOLO, kamu bisa melakukan beberapa tips berikut ini:
FOMO (Fear of Missing Out) adalah rasa takut ketinggalan sesuatu yang sedang dianggap penting oleh suatu komunitas. Fenomena ini juga menjadi pemicu generasi Z cenderung sulit mengatur keuangan.
Kamu sendiri mungkin pernah merasa seolah kamu harus mengikuti tren tertentu atau membeli sesuatu hanya karena komunitasmu melakukannya. Dalam konteks finansial. FOMO kerap membuat seseorang menghabiskan uang untuk hal-hal yang pada dasarnya tidak mereka butuhkan.
FOMO umumnya juga dipicu oleh konten-konten di media sosial. Saat kamu melihat orang lain seperti influencer yang terlihat memiliki kehidupan yang sempurna, seperti kerap menggunakan barang branded atau liburan, kamu mungkin merasa perlu melakukan hal yang sama agar tidak dianggap ketinggalan zaman.
Namun, pada kenyataannya, apa yang kamu lihat dari seseorang di media sosial hanyalah sisi terbaiknya, bukan keseluruhan cerita hidupnya. Apabila kamu memutuskan untuk terus mengikuti arus ini, maka kamu akan mengalami kesulitan untuk mengatur keuangan pribadi.
Untuk mengatasi FOMO, kamu bisa menerapkan tips seperti:
FOPO (Fear of Other People’s Opinions) adalah rasa takut terhadap pendapat atau opini orang lain. Fenomena ini mungkin jarang kamu dengar sebagai salah satu penyebab gen Z sulit mengatur keuangan. Namun perlu dipahami bahwa FOPO merupakan salah satu penyebab seseorang mengambil keputusan hanya pada apa yang dipikirkan oleh orang lain, bukan karena kebutuhan atau prioritas diri sendiri.
Sebagai contoh, kamu mungkin merasa harus membeli banyak pakaian dengan model yang sedang ngetren agar dianggap tidak ketinggalan zaman oleh teman-temanmu. Padahal, kamu memiliki banyak pakaian yang masih trendy dan kondisi finansialmu sedang tidak baik. Jadi, FOPO ini akan membuat kamu mengabaikan apa yang benar-benar penting bagi kamu hanya demi membuat orang lain terkesan.
Untuk mengatasi FOPO, kamu bisa melakukan hal-hal seperti:
Jadi, ketiga fenomena ini, yakni YOLO, FOMO, dan FOPO, saling berkaitan dan sangat memengaruhi cara kamu dalam mengambil keputusan keuangan. Jika dibiarkan, ketiga kebiasaan ini akan membuat kamu terjebak dalam masalah finansial jangka panjang. Namun, dengan terus meningkatkan literasi keuangan dan kesadaran diri, kamu bisa menghindari ketiga fenomena tersebut. Bahkan pada akhirnya, kamu akan bisa mewujudkan kesejahteraan finansial di masa depan.