Live Commerce: Game Changer di Industri E-Commerce

Beberapa tahun terakhir live commerce memang sedang naik daun. Tren ini ibarat game changer di industri e-commerce karena gebrakan yang dibawanya.
Sumber : Envato

Pernahkah kamu menonton orang yang jualan produk secara online menggunakan fitur live di TikTok atau Shopee dan kamu membeli produk yang mereka tawarkan? Kalau pernah, berarti kamu sudah terpikat dengan pesona live commerce

Fenomena perdagangan daring ini bukan hanya tren sesaat, tetapi sudah menjadi fenomena yang mengubah cara kita dalam berbelanja online. Live commerce atau belanja langsung via siaran video langsung telah menjadi salah satu ujung tombak baru dalam dunia e-commerce

Berawal dari Cina, tren ini langsung berkembang pesat ke berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Platform seperti TikTop Shop, Shopee Live, dan Tokopedia Play menjadi saksi bagaimana interaksi real-time antara penjual dan pembeli bisa menggantikan katalog statis yang dulu mampu mendominasi ranah belanja online.

Menurut laporan McKinsey & Company (2021), live commerce diprediksi mampu menyumbang 10-20% dari total penjualan e-commerce global pada 2026. Jadi, buat kamu para pebisnis online, sudahkah kamu mengikuti tren ini?

Kenapa Live Commerce Cepat Populer?

live commerce
Sumber : Envato

Live commerce berkembang dengan cukup pesat karena mampu memahami apa yang tidak ditawarkan oleh e-commerce konvensional, yakni interaksi langsung antara penjual dan calon pembeli serta kepercayaan. 

Dalam siaran langsung, kamu bisa melihat langsung bagaimana produk digunakan, mendengar penjelasan host terkait produk, dan bahkan bertanya langsung ke host sebelum memutuskan untuk membeli. Semua ini menciptakan pengalaman belanja online seperti belanja offline.

Berbeda dengan e-commerce konvensional di mana pengguna hanya melihat foto atau membaca deskripsi produk, live commerce mampu menawarkan pengalaman belanja yang lebih personal dan imersif. Kamu bisa menyaksikan bagaimana produk ditunjukkan, cara penggunaannya, cara perawatannya, dan lain sebagainya, layaknya penjual di pasar. Menariknya lagi, penjual umumnya menawarkan promo terbatas selama live berlangsung.

Menurut laporan dari McKinsey, berjualan secara live mampu meningkatkan konversi penjualan mencapai 30% dibanding metode e-commerce konvensional. Hal ini karena adanya unsur urgensi dan kepercayaan yang timbul ketika calon pembeli berinteraksi dengan penjual atau influencer melalui siaran langsung.

Di Indonesia sendiri, fenomena ini makin populer dan bahkan mampu membuka peluang kerja baru, yakni sebagai host live. Hal ini juga didukung oleh tingginya jumlah pengguna internet di Indonesia.

Transformasi E-Commerce Berkat Live Streaming

Live commerce sendiri bukan sekadar strategi pemasaran baru, melainkan tren yang membawa perubahan pada cara kerja industri e-commerce.

Jika dulu toko online saling berkompetisi dalam kualitas foto dan promo besar-besaran, kini konten interaktif menjadi kunci utamanya. Banyak pelaku usaha rela merogoh kocek untuk membuat studio mini, merekrut host, bahkan mendirikan tim kreatif khusus untuk menggarap sesi live agar menarik. Tak sedikit pula brand besar yang menggandeng influencer untuk menjangkau target pasar yang lebih luas.

Tentunya, keberhasilan live commerce dipengaruhi oleh beberapa pilar utama, yakni:

  • Konten autentik: Alih-alih melakukan promosi secara berlebihan, host bisa membangun interaksi yang jujur dengan penonton.
  • Interaksi dua arah: Penonton bisa langsung bertanya dan host menjawab pertanyaan penonton untuk menciptakan interaksi yang imersif.
  • Gamifikasi: Banyak platform e-commerce menggunakan elemen permainan seperti level, poin, atau hadiah dalam fitur live commerce mereka. Hal ini turut mendorong para penjual untuk lebih aktif melakukan live. Di sisi lain, mekanisme ini juga meningkatkan pengalaman belanja pelanggan.

Selain itu, dengan algoritma platform, maka penonton bisa mendapatkan rekomendasi live commerce yang sesuai dengan produk yang mereka cari. Bagi penonton, hal ini bisa membuat pengalaman belanja mereka menjadi lebih personal. Sementara bagi penjual, live commerce mereka akan direkomendasikan oleh algoritma platform sehingga makin banyak yang menonton.

Tantangan di Balik Tren Live Commerce

live commerce
Sumber : Envato

Tentu saja, setiap perubahan ada tantangannya sendiri. Meskipun live commerce tampak menjanjikan, bukan berarti semua brand bisa langsung sukses menerapkannya.

Salah satu tantangan utama dari tren e-commerce ini adalah kualitas siaran langsung. Tidak semua pelaku usaha memiliki sumber daya yang memadai untuk membuat produksi live yang menarik. Host yang kurang komunikatif, kualitas gambar yang buruk, atau mungkin koneksi internet lambat bisa membuat penonton langsung kabur.

Bukan hanya itu saja, kredibilitas informasi juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Biasanya, penjual menawarkan barang dengan cara yang terlalu meyakinkan. Meskipun kesannya positif, tetapi hal ini bisa membuat konsumen kecewa karena ekspektasi mereka tidak sesuai dengan apa yang ditawarkan oleh penjual. Akibatnya, tingkat kepercayaan terhadap bisnis bisa menurun dan bahkan memicu ulasan negatif di media sosial.

Terakhir, live commerce harus menghadapi tantangan berupa sustainability. Artinya adalah penjual harus mampu mempertahankan perhatian konsumen dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, konten live harus terus berkembang dan menarik secara konsisten. Sayangnya, masih banyak brand yang kewalahan menjaga kualitas konten secara berkelanjutan dan ini berpengaruh terhadap konversi penjualan.

Live Commerce Bukan Sekadar Fitur

Jadi, live commerce adalah game changer yang membawa kita ke era belanja daring yang lebih interaktif dan personal. Bagi konsumen, tren ini memberikan pengalaman belanja yang tidak bisa didapatkan dari belanja online pada umumnya.

Sementara bagi pelaku usaha, live commerce adalah peluang emas. Namun untuk bisa sukses di live commerce, maka kamu butuh lebih dari sekadar tampil percaya diri di depan kamera. Kamu juga harus tahu strategi yang tepat, termasuk cara mengemas live agar menarik audiens. Akan tetapi, yang pasti adalah live commerce bukan lagi masa depan, tetapi sekarang. Maka dari itu, buat kamu para pebisnis online, sudah saatnya mengikuti arus ini.

Leave a Reply