BI Rate Turun ke 5,50%, Ini Efeknya ke Industri Investasi

Kabar baik, BI rate turun ke 5,50% dalam lima bulan terakhir di 2025. Penurunan ini tentu menimbulkan efek yang signifikan ke industri investasi.
Sumber : Envato

Kabar baik, BI rate turun ke 5,50%. Keputusan dari bank sentral Indonesia ini bukan hanya angka, tetapi juga berdampak langsung bagi banyak orang, khususnya investor dan pelaku bisnis. Penurunan BI rate sekaligus menjadi sinyal bahwa inilah momen yang tepat untuk mengatur ulang strategi keuangan dan investasi kamu.

BI Rate
Sumber : Envato

Apa Itu BI Rate dan Mengapa Penurunannya Penting?

Sebelum membahas dampaknya, mari pelajari dahulu apa itu BI rate. Sejak Desember 2023, Bank Indonesia menggunakan istilah BI rate untuk menggantikan kebijakan BI7DRR (BI-7 Day Reverse Repo Rate). Meski namanya berubah, fungsinya tetap sama, yakni sebagai patokan utama dalam menentukan kebijakan moneter Indonesia.

Nah, naik turunnya BI rate berpengaruh langsung ke berbagai sektor keuangan, mulai dari suku bunga pinjaman bank, bunga simpanan, hingga instrumen investasi. Biasanya, saat BI rate naik, bunga kredit juga ikut naik, begitu juga sebaliknya.

Pada 21 Mei 2025 lalu, BI baru saja mengumumkan penurunan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%. Penurunan ini merupakan pemangkasan pertama yang terjadi dalam lima bulan terakhir pada 2025. Tentunya, penurunan ini didasari oleh beberapa hal, di antaranya:

  • Inflasi yang relatif terkendali, berada di kisaran 1,95% yoy per April 2025 dan masih dalam target BI yakni sebesar 2,5±1%.
  • Pertumbuhan ekonomi cenderung melambat, yakni hanya 4,87% pada kuartal pertama 2025. Angka ini bahkan lebih rendah dari 5,11% pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
  • Pemerintah mengurangi anggaran belanja dan investasi melemah.
  • Ketidakpastian kondisi global, termasuk kebijakan tarif AS di bawah kepemimpinan Trump yang berpotensi menyebabkan terjadinya stagflasi.

Dengan menurunnya BI rate, diharapkan dapat memicu konsumsi masyarakat, meningkatkan penyaluran kredit, dan mendorong pemulihan ekonomi Indonesia yang saat ini sedang lesu.

BI Rate Turun, Saatnya untuk Investasi

Turunnya BI rate bisa menjadi momentum emas bagi investor untuk memulai investasi. Pasalnya, saat suku bunga lebih rendah, maka biaya pinjaman menjadi lebih murah dan imbal hasil dari produk investasi seperti deposito menjadi kurang menarik. Ini artinya, pasar akan mencari opsi investasi lain yang memberikan keuntungan lebih besar.

1. Saham

Salah satu sektor investasi yang paling cepat merespons turunnya BI rate adalah pasar saham. Setelah pengumuman suku bunga, IHSG (Indeks Harga  Saham Gabungan) langsung melesat ke level 7.189. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa investor percaya terhadap pemulihan ekonomi.

Selain itu, penurunan suka bunga ini juga turut mendorong saham-saham di sejumlah sektor, termasuk perbankan, properti, otomotif, dan konstruksi. Efeknya adalah penyaluran kredit bisa meningkat dan permintaan konsumen juga turut bertambah. Misalnya, turunnya BI rate bisa membuat KPR menjadi lebih terjangkau dan banyak masyarakat akan lebih tertarik membeli rumah.

2. Obligasi

Buat para investor yang tergolong konservatif, obligasi bisa jadi pilihan instrumen yang tepat. Sebab, ketika BI rate turun, maka harga obligasi cenderung melambung mengingat bunga pasar lebih rendah dibanding kupon tetap yang berasal dari obligasimu. Dengan kata lain, potensi capital gain terbuka lebar.

Di samping itu, investor individu maupun badan hukum bisa membeli obligasi pemerintah atau korporasi untuk diversifikasi portofolio. Meskipun imbal hasilnya mungkin tak setinggi saham, jelas risikonya lebih terukur.

3. Properti dan reksa dana

Selain saham dan obligasi, sektor properti juga ikut mengalami peningkatan karena bunga KPR menjadi lebih kompetitif. Tentu ini bisa jadi momen yang pas buat kamu yang sedang berencana membeli rumah, baik untuk ditinggali maupun sebagai investasi.

Reksa dana juga menarik untuk dipertimbangkan di tengah turunnya BI rate. Sebab, penurunan ini bisa membuat dana-dana investasi mengalir ke sektor saham dan riil sehingga kinerja produk investasi ini berpotensi membaik.

4. Fintech P2P lending/financing

Fintech P2P lending/financing menjadi salah satu alternatif produk investasi saat BI rate turun. Platform seperti Danasyariah, Amartha, dan lainnya memungkinkan kamu memberikan pembiayaan ke pelaku usaha atau individu yang membutuhkan modal bisnis.

Sebab saat bunga deposito menurun karena BI rate yang turun, otomatis P2P terlihat menarik karena mampu menawarkan imbal hasil yang kompetitif. Misalnya saja Danasyariah, kamu bisa mendapatkan imbal hasil mencapai 12-18% per tahun tergantung jenis risiko proyek yang kamu danai.

Potensi Risiko dan Hal yang Harus Diwaspadai

Meski penurunan BI rate membuka banyak peluang investasi, kamu juga tetap harus hati-hati. Pasalnya, tak semua sektor langsung pulih begitu BI mengumumkan penurunan rate. Bahkan ada beberapa risiko yang harus kamu waspadai, seperti:

1. Disinflasi dan daya beli

Salah satu alasan mengapa BI menurunkan suku bunga adalah karena terjadinya disinflasi atau perlambatan laju inflasi. Mungkin hal ini terdengar baik, tetapi disinflasi yang terjadi secara terus-menerus bisa menandakan lemahnya permintaan pasar. Dengan kata lain, daya beli masyarakat belum bisa pulih sepenuhnya. Nah, bagi pelaku bisnis, hal ini penting untuk dipertimbangkan dalam menyusun strategi pemasaran atau mungkin rencana ekspansi. 

2. Imbal hasil reksa dana pasar uang dan deposito menurun

Dengan BI rate turun, otomatis bunga deposito juga menurun. Jadi, buat kamu yang selama ini memproduktifkan uang menggunakan deposito, maka imbal hasil yang kamu dapatkan menurun. Pun begitu dengan reksa dana pasar uang yang kinerjanya juga terdampak karena banyak berinvestasi pada instrumen yang bunganya rendah.

3. Fluktuasi nilai tukar

Meskipun Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa rupiah tetap stabil, kondisi pasar global yang penuh dengan ketidakpastian tetap harus diwaspadai. Ini karena kondisi seperti kebijakan suku bunga The Fed dan tensi perdagangan dunia bisa memicu terjadinya volatilitas nilai tukar. Nah, buat kamu yang memiliki aset dalam mata uang asing, pastikan untuk tetap memperhitungkan risiko nilai tukar.

4. Kondisi politik dan kebijakan global

Kebijakan luar negeri seperti tarif baru yang diterapkan oleh pemerintah AS dapat memengaruhi iklim investasi global. Jika di negara mitra dagang terjadi perlambatan ekonomi, otomatis Indonesia juga terkena dampaknya. Oleh sebab itu, meskipun suku bunga BI turun, perkembangan kondisi ekonomi dunia tetap harus diperhatikan.

Jadi, BI rate turun ke 5,50% adalah sinyal kuat bahwa Indonesia membutuhkan dorongan ekonomi. Penurunan ini memang bisa membuka peluang bagi para investor untuk menyesuaikan strategi investasi mereka tetapi tetap harus diperhatikan juga risiko yang menyertainya.

Leave a Reply