Mungkin kamu sudah akrab dengan istilah AI, tetapi bagaimana dengan AI generatif? Meskipun sebagian kamu masih asing dengan istilah tersebut, tanpa sadar sebenarnya kamu sudah sering menggunakannya, entah untuk membuat gambar dari deskripsi teks atau membuat tulisan menggunakan ChatGPT.
Namun, tahukah kamu bagaimana cara kerja AI generatif ini? Lantas, apa bedanya dengan AI biasa?
AI generatif adalah cabang dari AI yang dirancang untuk bisa menghasilkan suatu konten baru. Jadi, AI jenis bukan hanya mengenali atau mengklasifikasi data seperti AI konvensional. Konten-konten yang dihasilkan oleh AI generatif cukup beragam, bisa berupa teks, gambar, musik, suara, dan bahkan video.
Model AI generatif ini belajar dari pola data yang sudah ada. Kemudian, dari data yang ada diolah menjadi sesuatu yang baru. Melansir laman Kompas, AI generatif menggunakan machine learning seperti transformer, deep learning, dan generative adversarial networks (GANs).
Salah satu contoh penerapannya dan sudah kamu sering gunakan adalah GPT-4, yakni model bahasa milik OpenAI yang digunakan dalam ChatGPT.
Sejak tahun 2022, popularitas AI generatif langsung meningkat tajam. Bahkan raksasa-raksasa teknologi dunia seperti Google, Microsoft, Meta, dan Amazon berlomba-lomba untuk mengembangkan layanan berbasis AI generatif. Mereka mengembangkan AI yang bisa menghasilkan gambar, video, hingga sistem penerjemahan otomatis berbasis konteks.
AI generatif berbeda dari AI biasa. Perbedaan utama dari keduanya terletak pada kemampuannya dalam menciptakan. Melansir laman Forbes, AI biasa (juga bisa disebut Narrow atau Weak AI) hanya dapat menjalankan tugas spesifik yang telah diprogram, seperti mengenali wajah atau merekomendasikan produk.
Contoh dari AI tradisional adalah virtual assistant seperti Siri atau Alexa dan sistem rekomendasi di platform seperti Netflix, Amazon, atau marketplace Shopee dan Tokopedia.
Sementara itu, AI generatif adalah generasi AI terbaru yang bisa menciptakan output baru berdasarkan data yang sudah ada, seperti menulis puisi, menyusun script, dan lain sebagainya sesuai dengan data yang dimasukkan oleh pengguna.
Secara garis besar, AI biasa bekerja seperti mesin pencari sedangkan AI generatif bekerja layaknya seniman digital. Nah, yang terakhir itu tidak hanya mencari jawaban, melainkan juga merekomendasikan solusi bagi pengguna.
Cara kerja AI generatif cukup sederhana, yakni menggunakan model machine learning yang dilatih menggunakan kumpulan data dalam jumlah besar. Model ini diatur agar mampu mempelajari pola, struktur, dan hubungan antar data tersebut.
Jadi, ketika kamu memberi input, misalnya kalimat, gambar, atau mungkin notasi musik yang disertai dengan prompt spesifik, AI bisa merespons dengan memberikan konten baru yang menyerupai pola data yang telah dipelajarinya.
Seperti yang disinggung sebelumnya, AI generatif menggunakan dua pendekatan utama, yakni:
Untuk model seperti GPT, proses kerjanya cukup panjang, mulai dari pelatihan menggunakan miliaran kata dari berbagai sumber. Baru setelah itu, AI tersebut mampu menebak kata atau frasa berikutnya dalam sebuah kalimat dan disusun menjadi teks utuh yang terlihat alami.
Sementara itu, GANs bekerja menggunakan dua komponen utama, yakni generator dan discriminator. Generator menciptakan data baru, sementara itu discriminator mengevaluasi apakah data tersebut “asli” atau buatan. Proses ini berlangsung berulang kali hingga konten buatan AI terlihat sulit dibedakan dari karya asli manusia.
Sebagai contoh, jika kamu membuat perintah atau prompt “lukisan digital gaya Van Gogh tentang malam di bukit”, maka AI generatif akan mengubah perintah tersebut menjadi gambar yang menyerupai gaya lukis sang pelukis.
Berikut contoh-contoh penggunaan AI generatif yang mungkin tanpa kamu sadari sudah sering kamu gunakan juga:
Model AI seperti ChatGPT atau Claude bisa digunakan untuk menghasilkan konten teks, seperti artikel, puisi, cerita fiksi, script video, dan lain sebagainya. Para penulis bisa memanfaatkan AI ini untuk melakukan brainstorming, mempercepat proses riset, menulis draf awal, melakukan editing, dan masih banyak lagi.
AI generatif bisa digunakan untuk menghasilkan konten visual, seperti gambar dan ilustrasi. Beberapa AI tools yang bisa kamu gunakan antara lain DALL-E dan Midjourney. Cara penggunaannya cukup mudah, kamu hanya perlu memasukkan prompt. Makin spesifik dan jelas prompt yang kamu masukkan, makin bagus pula hasilnya.
Namun, gunakan tools AI ini dengan tetap mengutamakan etika mengingat tak sedikit yang menyalahgunakannya untuk memplagiasi karya orisinil para desainer grafis.
Platform AI generatif seperti AIVA dan Jukedeck bisa digunakan untuk menciptakan musik orisinal dalam berbagai genre, mulai dari musik pop hingga musim untuk soundtrack film. Beberapa hari yang lalu juga viral soal band “The Velvet Sundown” yang ternyata adalah AI.
Bahkan, AI juga bisa meniru suara penyanyi asli dan menciptakan lagu baru dengan suara tersebut meskipun penggunaannya masih menjadi kontroversi hingga sekarang.
AI generatif bisa juga digunakan untuk menghasilkan video dan animasi. Bahkan untuk video ini, hasilnya bisa benar-benar menyerupai video dengan manusia asli. Beberapa platform andalan untuk membuat video AI antara lain adalah Runway ML dan Synthesia. Cara penggunaannya sama seperti platform generative AI pada umumnya, yakni hanya dengan memasukkan prompt.
Jadi, AI generatif adalah generasi AI termutakhir untuk saat ini. Memang, penggunaannya masih menimbulkan banyak pro dan kontra, terutama terkait penyalahgunaan, seperti pembuatan deepfake, penyebaran disinformasi, pelanggaran hak cipta, plagiarisme, dan masih banyak lagi.
Akan tetapi, bukan berarti AI generatif harus dianggap lawan. Hanya saja, kita wajib memahami cara kerja dan batasannya agar teknologi ini tetap bisa memberikan dampak yang positif.