Bahaya Oversharing di Media Sosial, Privasi Terancam

Oversharing di media sosial bisa mengancam privasi dan kesehatan mental. Cari tahu di sini penyebab, dampak buruk, dan cara mengatasinya.
Sumber : Envato

Saat ini, hampir setiap orang punya akun media sosial. Berkat adanya media sosial, orang bisa berbagi banyak hal, mulai dari cerita, foto, atau bahkan curhat panjang lebar hanya dengan beberapa klik. Platform ini memang menjadi wadah untuk berekspresi, membangun relasi baru, dan lain sebagainya. Namun, di balik itu semua, ada fenomena baru yang patut untuk diwaspadai, yakni oversharing di media sosial.

Secara umum, oversharing berarti berbagi informasi pribadi secara berlebihan, baik disadari maupun tidak. Sekilas memang terkesan wajar, tetapi jika kebiasaan ini dilakukan secara terus-menerus, maka privasimu yang akan terancam. Terlebih lagi, jejak digital sangat sulit dihapus sehingga apa pun yang sudah kamu unggah tetap akan ada di dunia maya.

Mengapa Orang Suka Oversharing di Media Sosial?

Oversharing di media sosial
Sumber : Envato

Kebiasaan oversharing di platform media sosial ternyata tidak terjadi begitu saja. Ada banyak faktor yang mendasari seseorang untuk membagikan informasi pribadi mereka secara berlebihan di dunia maya.

Pertama, kesepian menjadi salah satu alasan utama. Menurut penelitian Hamptoon dkk. (2014) yang dikutip dalam artikel “Antara Kesepian dan Kebutuhan Akan Validasi: Mengupas Fenomena Oversharing di Media Sosial”, individu yang merasa terisolasi cenderung lebih aktif di media sosial untuk mengisi kekosongan. Mereka sering kali berharap postingan tentang pribadi mereka dapat mendatangkan interaksi, meskipun hanya sebatas komentar atau tanda suka. 

Hal tersebut diperkuat oleh studi Twenge dkk. (2020) yang menemukan bahwa pengguna media sosial yang kesepian di kehidupan nyata mereka cenderung lebih mudah berbagi informasi secara berlebihan. Tujuannya tak lain adalah untuk mengurangi rasa sepi.

Selain itu, ada pula kebutuhan akan validasi sosial. Fitur-fitur di media sosial seperti likes, komentar, hingga share mampu memberikan rasa penerimaan dan pengakuan. Bahkan, saat ini, tak sedikit orang yang menggunakan media sosial untuk meningkatkan value diri mereka.

Tak jarang pula, ketika sebuah postingan mendapatkan banyak respons positif, seseorang langsung merasa lebih berharga. Sebaliknya, ketika sepi interaksi, mereka biasanya merasa kecewa sehingga terdorong untuk membagikan lebih banyak informasi untuk mendapatkan perhatian.

Bukan hanya itu saja, kontrol emosi yang lemah juga menjadi faktor di balik kebiasaan oversharing di media sosial. Saat sedang marah, sedih, atau bahkan terlalu bahagia, beberapa orang cenderung terburu-buru untuk mengunggah status atau cerita panjang di media sosial tanpa memikirkan dampaknya. Perasaan untuk ingin dimengerti juga membuat mereka tidak berpikir dua kali untuk membagikan informasi tentang pribadi mereka, bahkan yang seharusnya menjadi rahasia.

Dengan kata lain, oversharing bukan hanya soal kebiasaan, tetapi juga berasal dari kebutuhan psikologis yang dalam.

Dampak Buruk Oversharing

Oversharing di media sosial
Sumber : Envato

Berbagi cerita pribadi di media sosial memang melegakan. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, maka akan ada konsekuensi yang tidak menyenangkan, baik bagi diri sendiri maupun orang di sekitar.

1. Privasi terancam

Informasi yang mungkin tampak sepele seperti lokasi rumah, detail pekerjaan, atau bahkan rutinitas sehari-hari bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Pasalnya, tak sedikit kasus kejahatan siber yang terjadi karena pelaku mengumpulkan data-data korban dari unggahan pribadi. Bahkan, foto liburan yang menunjukkan kalau kamu sedang tidak di rumah bisa menjadi peluang bagi pencuri.

2. Menurunnya reputasi

Terlalu sering mengumbar masalah pribadi bisa membuat orang lain berpotensi menilai kamu sebagai pribadi yang tidak bijak. Melansir laman Alodokter, oversharing bisa membuat citra diri di media sosial dan bahkan di kehidupan nyata menurun karena dianggap kurang mampu menjaga privasi. Akibatnya, hubungan profesional atau bahkan pribadi bisa terganggu.

3. Penyesalan dan stres

Salah satu efek dari oversharing adalah munculnya rasa menyesal, kecemasan, dan bahkan malu. Bayangkan saja ketika masalah pribadimu tersebar luas, padahal sebenarnya kamu hanya ingin didengar oleh segelintir orang. Rasa penyesalan yang muncul dan berlarut kemudian berpotensi menyebabkan tekanan psikologis tambahan, seperti stres.

4. Rentan menjadi korban cyberbullying

Oversharing berpotensi membuat informasi pribadimu disalahgunakan oleh warga net yang bahkan tidak kamu kenal secara pribadi. Cerita personal atau data sensitif soal kamu bisa dijadikan bahan ejekan, hujatan, dan bahkan perundungan daring. Hal ini otomatis membuat kamu makin rentan terhadap masalah psikologis.

5. Hubungan sosial terganggu

Tidak semua orang merasa nyaman mengetahui masalah pribadi orang lain, apalagi jika terus-menerus diceritakan. Jadi, alih-alih mendapat dukungan, kamu justru bisa kehilangan simpati dan bahkan kepercayaan dari orang-orang yang mengenal kamu.

Melihat berbagai risiko tersebut, penting sekali untuk lebih berhati-hati saat membagikan sesuatu di dunia maya.

Cara Mengatasi Oversharing

Kebiasaan oversharing di media sosial bisa dikendalikan dan bahkan dihilangkan. Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan agar tetap bisa berbagi di media sosial tanpa harus mengorbankan privasi.

1. Sadar dan pikirkan dua kali sebelum posting

Sebelum mengunggah sesuatu di media sosial, khususnya yang berhubungan dengan privasi kamu, sadar dan tanyakan pada dirimu sendiri apakah informasi ini perlu diketahui oleh banyak orang atau tidak. Pertimbangkan pula apakah postingan tersebut aman jika dibaca atasan, rekan kerja, keluarga jauh, atau bahkan orang asing. Dengan refleksi singkat ini, kamu bisa menyaring mana informasi yang pantas dibagikan dan mana yang tidak.

2. Set boundaries

Set personal boundaries atau membuat batasan diri sangat penting dalam bermedia sosial. Sebab, batasan diri bisa membantu kamu memahami mana informasi yang bisa dibagikan dan mana yang sebaiknya disimpan. Makin jelas batasanmu, makin kecil pula kemungkinan kamu terjebak dalam kebiasaan oversharing.

3. Cari dukungan di lingkungan yang tepercaya

Kalau kamu butuh tempat untuk mencurahkan isi hati dan pikiran, pilihlah orang yang benar-benar bisa kamu percaya. Dengan begitu, perasaan dan pikiran kamu tetap tersalurkan tanpa harus mengorbankan privasi.

4. Cari alternatif untuk mengekspresikan emosi

Tidak semua emosi harus diumbar di media sosial. Kamu bisa menulis jurnal pribadi, berolahraga, atau mungkin menekuni hobi kreatif untuk mengekspresikan emosi dan pikiran kamu. Cara ini efektif untuk meredakan stres tanpa harus mengorbankan privasi kamu.

5. Batasi waktu di media sosial

Banyak studi menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan bisa meningkatkan masalah kesehatan mental. Untuk itu, kurangi waktu di ranah online agar kemungkinan kamu untuk oversharing juga otomatis berkurang.

Memang, media sosial sudah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat saat ini. Namun, penting juga untuk diingat bahwa oversharing di media sosial bisa merugikan diri sendiri, seperti mengancam privasi hingga membahayakan kesehatan mental. Untuk itu, bijaklah sebelum membagikan sesuatu di ranah online. Dengan begitu, kamu tetap bisa bermedia sosial tanpa harus mengorbankan privasi dirimu sendiri.

Leave a Reply