Bagikan Tips Keuangan, Ini Kata Menkeu Purbaya

Menkeu Purbaya membagikan beberapa tips keuangan untuk generasi muda. Simak untuk mengetahui apa saja tipsnya.
Sumber : Antara News

Urusan keuangan pribadi sering kali terasa rumit. Terlebih di era sekarang ini, godaan konsumtif makin kuat. masyarakat bisa melakukan pembelian hanya dalam beberapa klik. Belum lagi promo berseliweran hampir setiap hari dan ditambah lagi dengan munculnya banyak layanan keuangan digital seperti paylater yang menjanjikan kenyamanan.

Melihat fenomena ini, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa membagikan beberapa pesan penting dalam mengelola keuangan. Ia menekankan masyarakat, khususnya generasi muda produktif, untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan. Bukan hanya soal menabung atau berhemat, tetapi juga bagaimana kamu harus bisa membuat keputusan finansial yang sehat. 

Penasaran seperti apa tips keuangan ala Menkeu Purbaya? Berikut penjelasannya.

Hati-hati dengan FOMO Investasi

tips keuangan
Sumber : Envato

Salah satu pesan utama yang disampaikan oleh Menkeu Purbaya adalah jangan terjebak FOMO (Fear of Missing Out) dalam berinvestasi. Istilah FOMO investasi memang sedang populer di kalangan anak muda saat ini. Mereka cenderung ikut-ikutan berinvestasi pada instrumen yang harganya sedang cuan atau paling aman.

Faktanya, FOMO justru membuat kamu tidak bijak dalam mengambil keputusan investasi. Misalnya, kamu ikut-ikutan membeli suatu saham tanpa mempertimbangkan aspek lain hanya karena banyak orang membelinya. Akibatnya, risiko kerugian justru makin besar ketika harga saham tersebut tiba-tiba anjlok.

Menurut Menkeu Purbaya seperti yang dilansir oleh Bloomberg Technoz, pastikan untuk mempelajari produk investasi terkait sebelum menaruh dana di dalamnya. Apakah kamu sudah memahami risiko, potensi keuntungan, dan cara kerjanya? Jika belum, sebaiknya tahan diri. Ingat, keputusan keuangan sebaiknya datang dari pemahaman, bukan sekadar ikut-ikutan.

Dengan kata lain, kunci untuk melindungi diri dari jebakan FOMO investasi adalah percaya pada analisis sendiri dan kenali profil risiko sendiri. Kalau kamu tipe investor konservatif, pilih produk investasi yang risikonya rendah seperti deposito atau reksa dana. Kalau kamu investor yang agresif, bisa pilih saham tetapi tetap harus dengan riset mendalam untuk meminimalkan potensi kerugian.

Belanja Sesuai Budget

Selain soal investasi, Menkeu Purbaya juga menyoroti kebiasaan belanja masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang mendominasi belanja online. Ia menekankan bahwa belanja itu sah-sah saja, bahkan jika membeli barang mewah sekalipun. Namun ada satu hal penting yang harus diingat, yakni belanja harus sesuai dengan kemampuan keuangan kamu.

Dalam wawancaranya, Menkeu Purbaya menegaskan bahwa jangan sampai kebiasaan belanja membuat kamu terjebak dalam utang. Pasalnya, menggunakan uang yang bukan milik sendiri demi memuaskan keinginan sesaat jelas sangat berisiko. Lebih baik, buat anggaran sejak awal bulan agar cash flow keuangan pribadi lebih terkontrol.

Dalam praktiknya, kamu bisa menggunakan metode sederhana dalam mengelola keuangan, seperti metode 50-30-20. Alokasikan 50% penghasilan untuk kebutuhan pokok, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk keperluan menabung atau berinvestasi.

Ingat, belanja dengan bijak bukan berarti kamu harus pelit. Justru dengan mengatur anggaran bulanan, kamu bisa mendapatkan pengalaman belanja yang lebih menenangkan karena tidak dihantui rasa bersalah atau beban angsuran bulanan. Lagi pula, kepuasan dalam membeli barang keinginan itu hanya sekejap mata, tetapi ketenangan finansial bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama.

Awas, Jebakan Paylater

tips keuangan
Sumber : Envato

Fenomena lain yang tak luput dari sorotan Menkeu Purbaya adalah tren penggunaan layanan paylater. Metode pembayaran “beli sekarang, bayar nanti” ini memang menawarkan banyak kemudahan, khususnya bagi generasi muda seperti gen Z yang sangat akrab dengan aplikasi digital. Hanya dalam beberapa klik, kamu sudah bisa membeli gadget, tiket pesawat, dan bahkan pesan makanan sehari-hari tanpa menggunakan uang tunai.

Namun, kemudahan layanan keuangan digital ini bisa menjadi jebakan. Melansir laman Tempo, paylater sering kali membuat penggunanya sulit mengendalikan diri dan menjadi konsumtif. Banyak dari mereka yang tergoda menggunakan paylater karena promo diskon atau cashback yang hanya berlaku jika menggunakan layanan tersebut. Alhasil, transaksi yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan justru terjadi.

Masalahnya, paylater tetaplah utang. Meskipun plafonnya cenderung kecil, sekitar Rp3 juta ke bawah, tetap saja penggunanya memiliki kewajiban untuk membayarnya di kemudian hari. Bahkan banyak penyedia layanan paylater melaporkan kasus kredit macet. Kredivo misalnya, kredit macet di platform ini didominasi oleh pengguna dari rentang usia 15-35 tahun.

Lantas, bagaimana cara menghindarinya? Pertama, gunakan paylater hanya dalam keadaan mendesak, bukan untuk memenuhi keinginan. Kedua, usahakan untuk reflektif, apakah kamu benar-benar bisa melunasi cicilan sebelum jatuh tempo. Ketiga, jangan pernah menggunakan paylater untuk membayar kebutuhan bulanan karena itu tandanya keuangan kamu sedang tidak sehat.

Ingat, paylater bukan musuh, tetapi juga tidak bisa dijadikan solusi untuk keuangan jangka panjang. Paylater hanya alat bantu yang bisa kamu gunakan dengan penuh pertimbangan.

Nah, itu tadi beberapa pesan yang disampaikan oleh Menkeu Purbaya. Sebenarnya sederhana, tetapi justru masih sering diabaikan oleh banyak orang, khususnya generasi usia produktif. Ingat, jangan berinvestasi hanya karena FOMO, belanja sesuai kemampuan, dan hati-hati dengan jebakan paylater. Kalau kamu bisa mempraktikkan ketiganya, maka kondisi finansial kamu pasti akan lebih sehat.

Jadi, yuk, jadikan tips keuangan ala Menkeu Purbaya sebagai panduan dalam mengelola keuangan sehari-hari. Pastikan kamu konsisten dan disiplin agar bisa menikmati hasil kerja kerasmu sekaligus membangun fondasi finansial yang kuat untuk menghadapi tantangan keuangan di masa depan.

Leave a Reply