
Menabung sering dianggap hal sepele, faktanya tak semua orang bisa melakukannya. Banyak orang sekadar punya niat untuk menyisihkan sebagian penghasilan, tetapi aksinya tidak ada. Faktor seperti kondisi ekonomi, gaya hidup, hingga psikologis membuat kebiasaan ini sulit dipertahankan dan bahkan dimulai. Lantas, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah sulit menabung ini?

Salah satu alasan mengapa banyak orang sulit menabung adalah rendahnya literasi keuangan. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK 2025 mencatat bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia masih berada di angka 65,76%.
Meskipun indeks literasi keuangan terus mengalami peningkatan, masih ada kesenjangan antara kelompok usia muda dan dewasa. Misalnya pada kelompok usia 15-17 tahun hanya berada di angka 51,86%, jauh di bawah kelompok usia 26-35 tahun yang mencapai 74,05%. Ini artinya, masih banyak anak remaja yang belum memahami cara mengelola uang dengan benar. Bahkan generasi muda usia 26-35 tahun yang merupakan gen Z dan milenial juga masih belum memahami pentingnya mengelola uang dengan benar.
Selain itu, pendapatan yang tidak seimbang dengan biaya hidup juga menjadi penyebab mengapa banyak orang sulit menabung. Survei GoodStats 2024 yang dilansir oleh Kompas menunjukkan bahwa hampir 70% responden tidak memiliki tabungan karena penghasilannya habis untuk memenuhi kebutuhan bulanan.
Lebih lanjut, para pekerja yang tinggal di kota-kota besar sering kali kesulitan untuk menabung karena tingginya biaya hidup, termasuk biaya untuk memenuhi gaya hidup. Sering kali, ketika gaji naik, pengeluaran pun juga ikut naik dan fenomena ini dikenal dengan sebutan “lifestyle inflation”. Tanpa adanya kontrol, maka tambahan pendapatan justru habis untuk hal-hal konsumtif.
Gaya hidup modern dan pengaruh media sosial juga turut memperkuat tantangan ini. Kamu mungkin juga sudah sadar bagaimana konten-konten di media sosial mendorong keinginan untuk melakukan pembelian barang yang sebenarnya tidak begitu kamu butuhkan. Parahnya lagi, hal ini sering kali disertai dengan perasaan takut tertinggal tren atau biasa disebut FOMO (Fear of Missing Out). Akibatnya, prioritas untuk jangka panjang seperti tabungan jadi tergeser oleh keinginan-keinginan yang sifatnya sesaat.
Faktor eksternal bukan satu-satunya penyebab mengapa orang sulit sekali untuk menabung. Secara psikologis, banyak orang mengalami bias kognitif yang disebut juga dengan present bias, yakni kecenderungan untuk memilih instant gratification atau kepuasan instan ketimbang manfaat masa depan.
Pola pikir yang cenderung mencari kepuasan instan membuat seseorang lebih mudah menghambur-hamburkan uang sekarang daripada menyimpannya untuk masa depan. Padahal, dengan sedikit kedisiplinan dan konsistensi sudah bisa memberi rasa aman secara finansial di masa depan.
Jadi, meskipun gaji besar, tetapi jika dari dalam diri sendiri memang tidak ada kesadaran untuk menabung, ya orang tersebut tidak akan pernah bisa menabung. Sebaliknya, jika orang memiliki kesadaran akan pentingnya menabung untuk kesejahteraan finansial di masa depan, berapa pun penghasilannya, maka dia tetap akan bisa menabung.

Untuk mengubah kebiasaan yang membuat kamu sulit menabung, kamu harus memiliki tujuan keuangan yang jelas. Tanpa memiliki tujuan, kamu akan cepat mengalami demotivasi untuk menabung. Jadi, tentukan terlebih dahulu tujuan kamu, apakah untuk mengumpulkan dana darurat, biaya pendidikan, atau mungkin rencana liburan.
Langkah kedua, buat anggaran yang realistis. Gunakan prinsip “sisihkan, bukan sisakan”. Jadi, begitu mendapatkan gaji, segera alokasikan minimal 10-20% untuk tabungan sebelum memenuhi kebutuhan lainnya. Jika sulit untuk konsisten, gunakan fitur autodebet dari rekening utama ke rekening tabungan agar prosesnya terjadi secara otomatis. Dengan begitu, kamu tidak akan tergoda untuk menggunakan uang yang seharusnya ditabung.
Kemudian, pisahkan rekening tabungan dari rekening untuk sehari-hari. Jangan pernah mencampur uang kebutuhan dengan uang tabungan. Sebab, ini bisa membuat kamu tidak sadar ketika jumlah saldo menipis. Pilih juga rekening khusus yang sulit untuk diakses, misalnya tanpa kartu ATM atau punya batasan penarikan tertentu. Langkah sederhana ini efektif untuk membantu kamu menahan diri dari godaan untuk menarik uang untuk hal-hal yang tidak penting.
Selain cara-cara di atas, ada satu cara utama yang membuat kamu bisa mulai menabung, yakni mengubah pola pikir. Tak sedikit orang yang merasa bahwa menabung itu artinya membatasi diri. Padahal menabung bisa memberi kebebasan finansial di masa depan. Jadi, cobalah untuk mengubah pandangan terkait menabung ini. Setiap kali kamu berhasil mencapai target tabungan, anggap itu sebagai bentuk hadiah untuk dirimu sendiri di masa depan.
Seperti yang disebutkan di atas, bisa menabung atau tidak adalah masalah pola pikir atau kesadaran diri. Kalau kamu paham betapa pentingnya menabung, berapa pun gaji yang kamu dapatkan, pasti kamu bisa menabung.
Namun apabila kendalanya terletak pada jumlah penghasilan yang terbatas dan banyaknya tanggungan finansial yang harus kamu penuhi, cobalah untuk melakukan evaluasi keuangan. Catat semua pengeluaran, lalu bedakan mana yang termasuk kebutuhan dan keinginan. Jika masih tidak ada sisa untuk ditabung, mau tidak mau kamu harus mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi atau mencari pemasukan tambahan.
Tak kalah penting, kamu harus bisa menjaga keseimbangan antara menabung dan menikmati hidup. Jangan sampai proses menabung membuat kamu merasa tertekan. Nikmati setiap pencapaian kecil dan sesuaikan dengan kemampuan finansial kamu. Ingat, menabung bukan soal jumlah besar, tetapi soal konsistensi dan kesadaran bahwa kamu sedang mengupayakan masa depan yang lebih aman.
Memang, ada banyak sekali alasan yang membuat orang sulit menabung. Namun, bukan berarti kesulitan tersebut tak bisa diatasi. Terapkan tips-tips di atas dengan penuh kesadaran diri. Dengan begitu, kamu bisa terbiasa untuk menabung demi masa depan.