Banyak dari kamu tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Kehadiran inovasi teknologi satu ini kini kian terasa dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam dunia kerja.
Sebagai pekerja, kamu juga pastinya sudah kerap mendengar bahwa AI bisa menggantikan pekerjaan-pekerjaan manual yang umumnya dilakukan oleh manusia. Bahkan teknologi ini juga membuka jenis pekerjaan baru.
Namun, apakah AI membawa lebih banyak berkah atau justru menjadi ancaman bagi stabilitas peluang kerja yang pada akhirnya dapat memengaruhi ekonomi?
AI merupakan teknologi yang menghadirkan dualitas. Ia bisa menjadi solusi untuk berbagai jenis masalah di dunia modern saat ini, tetapi ia juga membawa banyak tantangan besar. Di satu sisi, teknologi AI membuat pekerjaan manual menjadi jauh lebih mudah dan efisien serta memungkinkan adanya inovasi dalam berbagai sektor industri. Namun, di sisi lain, AI juga menjadi ancaman terhadap stabilitas pekerjaan tradisional, khususnya pada bidang yang mudah untuk diotomatisasi.
Beberapa pekerjaan yang rentan tergantikan oleh AI antara lain:
Namun, bukan berarti semua jenis pekerjaan akan hilang. Menurut sejumlah ahli, AI juga membuka peluang baru di bidang teknologi, pengembangan sistem, dan analitik data. Contohnya saja untuk analitik data, bidang ini membutuhkan banyak SDM ahli untuk mengelola jumlah data global yang kian melonjak.
AI merupakan salah satu inovasi teknologi yang diprediksi akan terus mengalami perkembangan. Dampak dari perkembangan inovasi teknologi ini tak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga pada perekonomian negara dan bahkan global.
McKinsey Global Institute memproyeksikan bahwa AI bisa menambah sekitar 13 triliun dolar AS ke aktivitas ekonomi global pada 2030. Angka ini diprediksi setara dengan peningkatan PDB tahunan sebesar 1,2%.
Namun, manfaat yang diberikan oleh AI juga disertai dengan sejumlah tantangan. Berikut beberapa dampak kehadiran AI terhadap lapangan pekerjaan dan ekonomi global:
Meskipun demikian, setiap negara yang akan mengadopsi teknologi AI secara besar-besaran harus bersiap dalam menghadapi ketidakseimbangan dalam bursa kerja. Sebab, hal ini dapat memicu terjadinya ketidakstabilan ekonomi.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Bagaimana AI memengaruhi pasar kerja dan ekonomi Indonesia? Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF), sekitar 85 juta pekerjaan diprediksi akan hilang pada tahun 2025 akibatnya masifnya otomasi dan adopsi AI. Angka ini jelas memunculkan tantangan baru yang cukup besar bagi pasar tenaga kerja di Tanah Air.
Namun, bukan berarti tidak ada harapan terkait peluang kerja di Indonesia. Negara ini memiliki potensi besar untuk memanfaatkan AI dalam membuka peluang pekerjaan baru. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil oleh pemerintah dan pihak-pihak terkait:
Jadi, kehadiran AI merupakan suatu fakta yang tak bisa kita hindari. Teknologi ini membawa banyak manfaat untuk kehidupan manusia modern. Namun di satu sisi, kehadiran teknologi ini juga memunculkan sejumlah tantangan besar dalam dunia kerja yang pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara dan bahkan global.
Agar tidak tertinggal, kamu perlu senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi saat ini. Bahkan sekalipun kamu sudah lulus sekolah atau kuliah, bukan berarti kamu tidak harus belajar inovasi teknologi baru seperti AI. Terlebih bila bidang pekerjaan kamu sekarang berkaitan dengan teknologi, penting sekali kamu bisa memahami penggunaan AI.
Di samping itu, pemerintah, perusahaan, dan bahkan pengguna harus bersinergi dalam mengelola penggunaan AI secara bijak. Edukasi yang relevan, pelatihan ulang, dan dukungan terhadap inovasi anak negeri juga menjadi langkah penting untuk menciptakan masa depan yang jauh lebih inklusif.
Jadi, apakah AI termasuk berkah atau justru petaka? Jawabannya tergantung pada bagaimana kamu menyikapinya. Pastinya, AI bisa membuka peluang besar bagi siapa pun yang mau beradaptasi. Lantas, bagaimana dengan kamu sendiri? Apakah kamu sudah siap menghadapi perubahan ini?