Apa Itu Brain Rot? Fenomena Buruk Akibat Konten Video Pendek

Kamu pernah mendengar istilah brain rot? Secara umum, brain rot adalah kondisi penurunan fungsi otak karena terlalu banyak mengonsumsi konten receh.

Pernahkah merasa sulit fokus setelah berjam-jam scrolling media sosial? Mungkin kamu juga pernah merasa lelah mental meskipun tidak melakukan kegiatan berat. Jika iya, kemungkinan besar kamu sedang mengalami gejala “brain rot”.

Brain rot merupakan istilah yang kian populer di era digital ini, terutama semenjak maraknya konten-konten video pendek yang bersifat menghibur dan minim manfaat. Lantas, apa dampak buruknya dan bagaimana cara mengatasinya?

brain rot

Apa Itu Brain Rot?

Brain rot atau secara harfiah berarti pembusukan otak adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi menurunnya fungsi kognitif otak akibat konsumsi konten digital secara berlebihan, terutama konten yang tidak bermanfaat. Meskipun brain rot bukan istilah medis resmi, fenomena ini nyatanya dirasakan oleh banyak orang di era digital saat ini.

Menariknya, istilah brain rot sudah ada jauh sebelum ditemukannya teknologi internet. Melansir laman Oxford University Press, istilah brain rot ditemukan pertama kali pada 1854 dalam buku Walden karya Henry David Thoreau. Dalam bukunya tersebut, Thoreau menyampaikan bahwa konten-konten yang tidak berbobot cenderung memiliki banyak peminat dan ini adalah indikator dari menurunnya mental dan intelektual seseorang.

Beberapa dekade kemudian, istilah brain rot masih tetap relevan di tengah perkembangan teknologi saat ini. Orang yang terlalu sering scrolling media sosial, menonton konten-konten video receh dan tidak memiliki nilai edukasi rentan mengalami penurunan fungsi otak. Apabila kondisi ini terjadi secara terus-menerus, maka brain rot bisa menyebabkan masalah yang lebih serius seperti depresi dan kecemasan.

Kondisi ‘pembusukan otak’ bisa terjadi pada siapa saja, tak terkecuali anak-anak, remaja, dan bahkan orang dewasa. Gejala fenomena ini bisa berupa sulit berkonsentrasi, sering kehilangan motivasi, hingga menurunnya kemampuan untuk berpikir kritis.

Penyebab Brain Rot

Untuk bisa mengatasi kondisi brain rot, maka kamu harus mengetahui terlebih dahulu apa penyababnya. Berikut beberapa penyabab kondisi ‘pembusukan otak’:

1. Konsumsi konten video pendek secara berlebihan

Video pendek, seperti yang ada di TikTok, Reels Instagram, atau Shorts Youtube sengaja didesain untuk memberikan sensasi puas secara instan kepada penonton. Namun, apabila kamu terlalu sering mengonsumsi konten-konten semacam ini, khususnya konten yang tidak memiliki nilai edukasi, maka otak kamu akan kehilangan kemampuan untuk menikmati konten-konten yang lebih panjang dan mendalam.

2. Doomscrolling informasi negatif

Kamu sering membaca informasi atau berita buruk secara terus-menerus di internet? Tanpa kamu sadari, kebiasaan tersebut justru membuat otak kamu kewalahan. Hal ini bisa membuat kamu mudah stres.

3. Ketergantungan pada teknologi

Kamu sering merasa cemas atau takut bosan ketika tidak memegang smartphone? Itu artinya kamu mengalami ketergantungan. Nah, ketergantungan ini membuat kamu mudah terdistraksi dan kehilangan kemampuan fokus dalam jangka waktu yang panjang.

4. Minimnya aktivitas yang merangsang kemampuan otak

Masalah ‘pembusukan otak’ bisa disebabkan oleh minimnya aktivitas yang mampu merangsang otak, seperti membaca, mempelajari keterampilan baru, atau memecahkan suatu masalah. Apabila kamu jarang melakukan hal-hal tersebut, maka kemampuan kognitif otak kamu bisa menurun.

Dampak Buruk Brain Rot

Brain rot adalah kondisi yang bisa berujung pada masalah serius bila tidak segera ditangani. Kondisi bisa menyebabkan beberapa hal, seperti:

1. Menurunnya produktivitas

Salah satu dampak paling jelas dari brain rot adalah menurunnya kemampuan fokus. Jika kamu mengalaminya, kamu biasanya akan sulit fokus pada tugas atau pekerjaan. Bahkan kamu mungkin sering menunda-nunda pekerjaan karena merasa kehilangan motivasi atau tenaga.

2. Gangguan mental

Fenomena ‘pembusukan otak’ dapat meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan karena terlalu banyak mengonsumsi konten tidak bermakna atau negatif membuat kamu merasa kosong dan tidak memiliki kepuasan.

3. Hubungan sosial memburuk

Ketergantungan pada smartphone dan media sosial dapat memengaruhi kemampuan kamu dalam berkomunikasi secara langsung. Kamu mungkin merasa sulit membangun relasi yang bermakna karena lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya.

4. Risiko menurunnya kemampuan berpikir

Konten receh atau instan membuat otak kamu terbiasa dengan pola pikir cepat tanpa membutuhkan analisis mendalam. Jika hal ini kamu lakukan secara terus-menerus, maka kemampuan berpikir kritis kamu makin berkurang.

Cara Mengatasi Brain Rot

Kalau kamu merasa mengalami gejala-gejala brain rot, jangan khawatir. Ada beberapa cara efektif yang bisa kamu lakukan untuk mengatasinya:

1. Batasi screen time

Salah satu cara mengatasi brain rot adalah dengan membuat batasan screen time. Pastikan kamu tidak menggunakan smartphone lebih dari 2 jam per hari untuk orang dewasa. Selain itu, jangan menggunakan smartphone sebelum tidur dan saat bangun tidur.

Sementara untuk anak-anak usia di atas 2 atau 3 tahun, maksimal scree time adalah 1 jam. Untuk di bawah 2 tahun, sebaiknya tidak diperkenalkan dulu dengan gadget sama sekali. Kamu bisa menggunakan alat atau aplikasi khusus untuk membantu menerapkan cara ini.

2. Konsumsi konten yang berkualitas

Cara ampuh untuk menghindari brain rot adalah dengan mengonsumsi konten yang berkualitas. Kamu bisa mengikuti kreator yang edukatif, meluangkan waktu untuk mengonsumsi konten panjang seperti dokumenter, dan lain sebagainya. Dengan memprioritaskan kualitas konten daripada kuantitas, maka kamu dapat mencegah penurunan fungsi otak karena brain rot.

3. Lakukan aktivitas fisik

Cara ampuh lainnya untuk mencegah brain rot adalah dengan memperbanyak aktivitas fisik. Alih-alih mengisi waktu luang dengan scrolling media sosial, kamu bisa mengisinya dengan melakukan kegiatan fisik, seperti olahraga, bersih-bersih, memasak, dan lain sebagainya. Makin sering kamu menghabiskan waktu di dunia nyata, makin kecil pula kemungkinan untuk tenggelam dalam dunia virtual.

4. Belajar hal-hal baru

Pada dasarnya, belajar merupakan proses berkelanjutan dalam hidup. Kamu bisa mempelajari hal-hal baru yang selama ini tidak kamu kuasai, seperti memasak, melukis, berkebun, dan lain sebagainya. Aktivitas ini tak hanya membuat kamu terbiasa mengurangi ketergantungan gadget tetapi juga bisa membantu otak tetap aktif dan sehat.

Jadi, brain rot adalah fenomena masa kini yang bisa menimbulkan dampak buruk pada kehidupan manusia modern apabila tidak segera diatasi. Namun, dengan memiliki kesadaran dan mau menerapkan langkah-langkah yang tepat, maka kamu bisa menghindari brain rot dan menjaga kesehatan fisik serta mental di tengah pesatnya era digital.

Ingat, teknologi seharusnya menjadi alat untuk bisa meningkatkan kualitas hidup kamu, bukan menjadi sumber masalah. Oleh sebab itu, gunakan teknologi dengan sebijak mungkin.

Leave a Reply