Teknologi memang membuat segalanya menjadi mudah tetapi juga membuat masyarakat makin minim melakukan aktivitas fisik. Banyak orang, khususnya mereka yang hidup di lingkungan perkotaan menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam posisi duduk, seperti saat bekerja di depan komputer, menonton televisi, atau bahkan bermain ponsel.
Gaya hidup ini dikenal dengan sebutan sedentary lifestyle atau gaya hidup sedentari. Kendati terlihat nyaman, justru gaya hidup minim gerak ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. Apa saja dampaknya? Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini.
Sedentary lifestyle atau gaya hidup sedentari adalah gaya hidup yang merujuk kondisi seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktu dalam kondisi tidak aktif atau minim gerakan fisik. Kementerian Kesehatan RI menjelaskan gaya hidup sedentari sebagai perilaku berbaring atau duduk sepanjang hari di luar waktu tidur.
Contoh dari gaya hidup sedentari bisa ditemukan dalam kebiasaan masyarakat modern saat ini. Contohnya duduk berjam-jam di depan laptop, bermain video game, menonton TV, atau menggunakan kendaraan hanya untuk menempuh tempat yang jaraknya pendek. Semua ini merupakan contoh nyata dari gaya hidup minim gerak atau kurang aktif.
Esmonde-White, penulis dan personal trainer asal Kanada menjelaskan bahwa seseorang dianggap menjalani gaya hidup sedentari apabila tidak bergerak lebih dari enam jam sehari. Perlu dipahami bahwa aktivitas ini tak hanya dilakukan oleh orang yang malas, tetapi juga oleh mereka para pekerja kantoran dan pelajar.
Apabila kebiasaan ini dibiarkan secara terus menerus, maka dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Padahal, untuk bisa sehat secara fisik dan mental, tubuh harus aktif setiap hari.
Gaya hidup sedentari dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif dari sedentary lifestyle yang harus dihadapi:
Gaya hidup sedentari diketahui sebagai salah satu penyebab utama terjadinya obesitas atau kelebihan berat badan pada seseorang. Sebab, tubuh yang kurang gerak tidak mampu mengolah makanan yang masuk secara sempurna untuk bisa dijadikan energi.
Alhasil, makanan yang masuk ke dalam tubuh menjadi lemak dan bukan menjadi energi. Bila terjadi secara terus menerus, maka lemak akan menumpuk dan membuat tubuh mengalami kenaikan berat badan hingga akhirnya mengalami obesitas.
Terdapat riset menunjukkan bahwa gaya hidup sedentari adalah salah satu faktor utama penyebab terjadinya diabetes tipe 2. Risiko penyakit ini akan terus meningkat apabila tubuh tidak pernah diajak untuk bergerak dan terbiasa mengonsumsi tinggi kalori dan gula.
Sebab, kalori dan gula yang seharusnya bisa diubah menjadi energi dengan mengajak tubuh untuk tetap bergerak justru menjadi lemak yang menumpuk dan menimbulkan terjadinya resistensi insulin. Padahal, hormon insulin penting dalam mengolah gula yang masuk dalam tubuh.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa tubuh yang kurang aktivitas lebih rentan mengalami penyakit jantung. Ketika seseorang lebih banyak menghabiskan waktu untuk duduk atau berbaring, maka aliran darah dalam tubuh menjadi lebih lambat.
Aliran darah yang lambat dapat meningkatkan risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah dan kolesterol. Akibatnya, terjadi penyakit jantung, seperti koroner atau bahkan serangan jantung akut dan lain sebagainya.
Aktivitas fisik tak hanya memainkan peran penting bagi kesehatan fisik tetapi juga penting untuk kesehatan mental. Gaya hidup sedentari diketahui bisa meningkatkan risiko gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.
Tanpa adanya aktivitas fisik, maka tubuh tidak mampu mengeluarkan endorfin. Endorfin merupakan hormon yang bertugas untuk memicu perasaan senang dan relaksasi. Hal inilah yang membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap kondisi mental seperti stres berat, gangguan kecemasan, dan depresi.
Gaya hidup sedentari harus diubah. Memang mengubah kebiasaan buruk bukanlah hal yang mudah. Namun ada beberapa cara efektif untuk mulai mengurangi kebiasaan ini. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:
Melakukan olahraga ringan seperti latihan peregangan atau berjalan kaki setiap hari bisa membantu mengurangi dampak buruk dari gaya hidup sedentari. Kamu bisa memulainya dengan berjalan kaki ke tempat-tempat terdekat yang biasanya harus kamu tempuh menggunakan kendaraan bermotor.
Sedikit demi sedikit, kamu akan terbiasa berjalan kaki dalam jarak yang lumayan jauh. Hal sederhana ini pada akhirnya bisa membantu kamu membangun kebiasaan hidup yang lebih aktif dan sehat.
Metode satu ini efektif untuk membantu melepaskan diri dari gaya hidup sedentari. Jadi, setiap 20 menit, kamu harus bangun dari tempat duduk dan mulai bergerak atau melakukan peregangan selama kurang lebih 20 detik.
Metode ini efektif untuk diterapkan saat bekerja karena selain membantu mengurangi ketegangan mata akibat menatap layar komputer terlalu lama, cara ini bisa membantu meningkatkan peredaran darah sekaligus menjaga postur tubuh agar tetap baik.
Saat sedang bekerja maupun belajar dalam durasi yang lama, cobalah untuk membuat waktu pengingat agar kamu bergerak setiap 30-60 menit.
Kamu bisa melakukan peregangan, jalan-jalan singkat mengelilingi tempat kamu bekerja atau belajar, atau bahkan melakukan gerakan-gerakan ringan seperti jongkong atau stretching. Hal ini efektif untuk mencegah terjadinya kaku otot sekaligus meningkatkan sirkulasi darah.
Jadi, gaya hidup sedentari merupakan ancaman serius bagi kesehatan fisik dan mental di era modern ini. Mengingat mayoritas aktivitas masyarakat saat ini didominasi dengan duduk, dampak yang ditimbulkan terhadap kesehatan jelas makin nyata.
Namun, ada banyak cara yang bisa mulai diterapkan dari sekarang untuk mengurangi risiko dari gaya hidup sedentari. Mulai melakukan aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki bisa membantu mengurangi dampak buruk sedentary lifestyle dan bahkan keluar dari kebiasaan buruk tersebut.
Memang tidak mudah melakukannya, tetapi dengan usaha dan kesadaran, maka tak mustahil untuk bisa menjalani gaya hidup yang lebih aktif di tengah segala kemudahan zaman.