Pernah nggak kamu merasa kalau belanja bulanan akhir-akhir ini makin mahal, padahal isinya itu-itu saja? Atau, mungkin kamu kaget karena harga makanan favoritmu naik drastis dibanding tahun lalu? Bisa jadi kamu sedang mengalami efek inflasi.
Inflasi bukan sekadar istilah ekonomi yang tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari. Faktanya, inflasi berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Kalau kamu cenderung mengikuti arus keadaan begitu saja, bisa jadi nilai uang atau aset kamu akan tergerus dan membuat rencana keuangan jangka panjang kamu berantakan.
Lantas, bagaimana caranya menyelamatkan nilai uangmu meskipun inflasi terus meroket?
Sebelum membahas solusinya, tentu kamu harus memahami terlebih dahulu apa itu inflasi. Secara garis besar, inflasi merupakan kenaikan harga barang/jasa yang terjadi secara terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Ketika harga naik, otomatis nilai uang atau aset yang kamu miliki menurun.
Sebagai contoh, pada 10 tahun yang lalu, kamu bisa membeli 1 kilogram telur seharga Rp15.000. Namun di tahun 2025, harga telur bisa mencapai Rp30.000 per kilogram. Ini artinya, uang sebanyak Rp15.000 yang dulu bisa kamu gunakan untuk membeli 1 kilogram telur, sekarang hanya cukup untuk membeli setengahnya. Nah, inilah bukti nyata bagaimana inflasi bisa memengaruhi daya beli masyarakat.
Sementara itu, data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2025 menunjukkan inflasi tahunan yoy sebesar 0,76% secara nasional. Namun, angka ini berbeda-beda di setiap wilayah. Misalnya, inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan dengan nilai inflasi sebesar 4,55% dan terendah adalah Sulawesi Tengah dengan nilai inflasi 0,02%.
Inflasi ini utamanya disebabkan oleh naiknya harga-harga di kelompok makanan, minuman, perawatan pribadi, dan pendidikan. Jadi, meskipun pendapatan kamu tidak mengalami perubahan, justru pengeluaran bulanan atau bahkan harian bisa meningkat drastis.
Nah, yang paling harus kamu khawatirkan adalah ketika kamu hanya menyimpan uang kamu di tabungan atau dalam bentuk tunai. Dalam jangka panjang, uang tersebut akan hilang nilainya. Misalnya, uang Rp1 juta hari ini bisa jadi hanya setara dengan Rp500 ribuan dalam kurun waktu 10-15 tahun mendatang jika kamu tidak mengelolanya dengan cermat.
Cara terbaik untuk menyelamatkan nilai uang di tengah meroketnya inflasi adalah dengan melakukan investasi. Bahkan jika kamu sekadar ingin menjaga nilai uang atau meningkatkan nilainya dari waktu ke waktu, investasi adalah jawabannya.
Melansir laman St. James’s Place, kunci melawan inflasi adalah dengan berinvestasi pada aset yang memberikan imbal hasil lebih tinggi daripada suku bunga. Nah, produk investasi yang dimaksud adalah ekuitas, seperti saham dan obligasi. Kedua produk ini mampu melawan inflasi tetapi tidak ada jaminan bakal selalu berhasil karena setiap instrumen investasi memiliki risikonya masing-masing.
Berikut beberapa pilihan produk investasi untuk menyelamatkan nilai uang di tengah laju inflasi:
Reksa dana adalah pilihan paling populer bagi banyak investor pemula. Alasannya karena pengelolaannya dilakukan oleh manajer investasi profesional. Selain itu, risikonya juga relatif rendah, terutama kalau kamu memilih reksa dana pasar uang. Imbal hasil yang diberikan memang tidak sebesar saham tetapi layak untuk dijadikan pilihan buat kamu yang masih pemula.
Kalau yang satu ini lebih cocok buat yang sudah berpengalaman. Investasi saham bisa memberikan imbal hasil besar tetapi juga disertai dengan risiko yang besar. Kamu bisa memilih saham perusahaan yang sehat karena biasanya kenaikan nilainya sesuai dengan pertumbuhan bisnisnya. Namun ingat, investasi saham memerlukan pengetahuan dan mental yang kuat menghadapi naik turunnya pasar.
Properti seperti rumah atau tanah masih dianggap sebagai sarana untuk melindungi nilai uang terhadap laju inflasi. Produk investasi satu ini juga menjadi favorit banyak masyarakat Indonesia. Sebab, harga properti cenderung naik seiring berjalannya waktu.
Akan tetapi, perlu dicatat bahwa properti lebih cocok untuk investasi jangka panjang dan cenderung sulit untuk diuangkan. Belum lagi, daya beli masyarakat terhadap produk properti tidak menentu karena dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.
Emas merupakan produk investasi paling klasik dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal ini lantaran nilai emas cenderung stabil dan naik dalam jangka panjang. Kendati demikian, ada pandangan lain yang menyebutkan bahwa emas bukan instrumen investasi karena tidak memberikan imbal hasil secara aktif seperti obligasi atau saham. Justru, emas disebut sebagai pelindung nilai kekayaan atau safe haven.
P2P lending merupakan layanan dan produk keuangan digital yang bisa kamu jadikan alternatif untuk melindungi nilai uang. Salah satu jenis P2P lending yang aman dan bahkan sesuai dengan prinsip keuangan syariah adalah Danasyariah.
Sebagai platform P2P lending syariah, Danasyariah menghubungkan pemilik dana (pendana atau investor) dengan proyek-proyek properti yang membutuhkan pembiayaan menggunakan akad syariah.
Dengan menjadi pendana di Danasyariah, kamu bisa memperoleh imbal hasil yang cukup kompetitif dan bahkan nilainya lebih tinggi dibandingkan deposito atau tabungan biasa. Ini artinya, kamu bisa menjadikan Danasyariah sebagai salah satu instrumen untuk melindungi nilai mata uang sekaligus memproduktifkan uang kamu.
Nah, berikut keunggulan lain dari Danasyariah:
Investasi ini bisa kamu jadikan alternatif, terutama kalau kamu ingin menghindari unsur riba sekaligus menjaga nilai uang dari efek inflasi.
Inflasi pada dasarnya akan selalu terjadi dan cenderung tidak bisa dihindari. Namun, kamu tetap bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuknya, seperti resesi ekonomi. Jadi, buat kamu yang selama ini hanya menabung di rekening biasa, mulai sekarang pertimbangkan untuk berinvestasi.
Pilih produk mana saja yang sesuai dengan kondisi keuangan dan profil risiko kamu. Dan, yang terpenting, pahami dahulu produk yang akan kamu gunakan untuk mengurangi potensi kerugian.