Daftar Bank Asing yang Hengkang dari Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, sektor perbankan di Indonesia mengalami perubahan yang bisa dibilang cukup signifikan. Bagaimana tidak, cukup banyak bank asing di tanah air yang memutuskan untuk hengkang dari pasar domestik.

Kondisi ini tentunya menarik perhatian berbagai pihak, khususnya dalam memahami alasan di balik keputusan tersebut. Kendati perbankan di Indonesia terus mengalami perkembangan, beberapa bank asing memilih untuk keluar dari pasar dalam negeri.

Penyebabnya Hengkangnya Bank Asing dari Indonesia

bank asing

Berikut ini beberapa penyebab hengkangnya bank asing dari pasar Indonesia:

1. Strategi fokus pada pasar domestik

Salah satu alasan utama yang sering dikemukakan oleh banyak bank asing yang ada di Indonesia adalah perubahan strategi bisnis mereka. Banyak bank asing yang memilih untuk lebih fokus pada pasar domestik di negara asal mereka sendiri. 

Misalnya, The Royal Bank of Scotland (RBS) memutuskan untuk keluar dari Indonesia pada tahun 2017 sebagai salah satu bentuk dari keputusan untuk menutup bisnisnya di 25 negara dan fokus pada pasar domestik di Inggris. Bank seperti Commonwealth Bank of Australia (CBA) juga memutuskan untuk mengikuti jejak yang sama. Bank tersebut menjual unit bisnis di Indonesia dan memilih untuk fokus pada pasar domestik di Australia dan Selandia Baru.

2. Persaingan yang cukup ketat dengan bank lokal

Pasar perbankan di Indonesia masih didominasi oleh bank-bank lokal besar, seperti Bank Mandiri, BCA, dan BRI, yang memiliki jaringan dan kepercayaan nasabah yang sangat solid. 

Bank asing sering kali kesulitan untuk bersaing dengan para pemain lokal ini, khususnya dalam hal pangsa pasar, layanan, dan efisiensi operasional. Akibatnya, bank asing seperti Rabobank dan Citibank memutuskan untuk menjual sebagian atau bahkan seluruh lini bisnis mereka yang ada di Indonesia.

3. Kerugian finansial

Beberapa bank asing juga memutuskan untuk hengkang dari Indonesia karena mengalami kerugian finansial yang cukup signifikan. Sebagai contoh, Rabobank mengalami kerugian selama bertahun-tahun membuka cabang di tanah air sebelum akhirnya menghentikan operasinya pada tahun 2019. 

Meskipun pada awalnya banyak bank asing yang terlihat optimis dengan tingkat potensi pasar Indonesia, kondisi makroekonomi dan persaingan ketat membuat profitabilitas mereka sulit untuk dicapai.

4. Konsolidasi perbankan

Sejalan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mendorong terjadinya konsolidasi perbankan, beberapa bank asing memilih untuk menggabungkan operasinya atau melakukan merger dengan bank lokal. 

Sebagai contoh, Bangkok Bank mengintegrasikan operasinya dengan Bank Permata sebagai bentuk dari proses konsolidasi tersebut. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan industri perbankan yang lebih solid dan efisien di Indonesia.

Daftar Bank Asing yang Hengkang dari Indonesia

bank asing

Nah, di bawah ini ada beberapa bank asing yang memutuskan untuk hengkang dari pasar perbankan domestik di Indonesia:

1. Royal Bank of Scotland (RBS)

RBS memutuskan untuk menghentikan operasinya di Indonesia pada tahun 2017 sebagai bagian dari rencana global bank tersebut untuk keluar dari 25 negara. Bank ini awalnya beroperasi di Indonesia dengan sebutan ABN AMRO Bank sebelum akhirnya diakuisisi oleh RBS pada tahun 2010. 

Meskipun bisnisnya di tanah air sempat mencatat laba, kerugian besar yang dialami oleh induk perusahaannya di Inggris membuat RBS untuk menutup cabangnya di Indonesia.

2. Commonwealth Bank of Australia (CBA)

Pada tahun 2024, Bank Commonwealth secara resmi hengkang dari Indonesia setelah diakuisisi oleh OCBC NISP. CBA memutuskan untuk keluar dari pasar perbankan Indonesia sebagai bagian dari strategi untuk fokus pada bisnis perbankan yang ada di Australia dan Selandia Baru.

Bank Commonwealth telah beroperasi di Indonesia selama beberapa tahun, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, mereka mengalami kerugian besar. Pada kuartal III-2023 misalnya, mereka mencatat kerugian sebesar Rp415,83 miliar, yang menjadi salah satu faktor pendorong lahirnya keputusan untuk menjual bisnisnya di Indonesia.

3. Bangkok Bank

Pada tahun 2022, Bangkok Bank memilih untuk menghentikan bisnisnya di Indonesia setelah melakukan merger dengan Bank Permata. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari strategi konsolidasi perbankan di Indonesia yang didorong oleh pihak OJK. Bangkok Bank sendiri telah menjalankan bisnisnya di Indonesia selama beberapa tahun meskipun pada akhirnya harus memutuskan untuk menggabungkan operasinya dengan bank lokal yang lebih besar.

4. Rabobank

Bank asal Belanda ini resmi meninggalkan pasar perbankan di Indonesia pada tahun 2019. Keputusan ini diambil sebagai bentuk dari strategi global Rabobank yang memutuskan untuk lebih fokus pada rantai pasok internasional di sektor pangan dan agrikultur. Meskipun sudah beroperasi di Indonesia sejak 1990, Rabobank pada akhirnya harus mengalami kerugian yang cukup signifikan dan harus memutuskan untuk menjual bisnisnya kepada BCA.

5. Citibank

Pada tahun 2023, Citibank juga memutuskan untuk menjual lini bisnis konsumernya yang ada di Indonesia kepada UOB Group. Keputusan ini diambil karena pangsa pasar Citibank di pasar domestik Indonesia dianggap terlalu kecil untuk bersaing dengan bank-bank lokal. 

Meskipun Citibank tetap mempertahankan bisnis institusionalnya di tanah air, langkah ini menandai keluarnya salah satu pemain besar asing dari segmen perbankan konsumer yang ada di Indonesia.

Kesimpulan

Hengkangnya sejumlah bank asing dari pasar Indonesia menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh institusi keuangan dari luar negeri dalam beroperasi di pasar domestik. Meskipun Indonesia menawarkan peluang pertumbuhan yang cukup menggiurkan, adanya persaingan dengan bank lokal, perubahan strategi operasional bisnis, dan kerugian finansial menjadi faktor utama di balik keputusan untuk hengkang atau merger dengan bank lokal di Indonesia.

Di masa depan, mungkin akan ada lebih banyak konsolidasi di sektor perbankan, baik di tingkat internasional maupun domestik, dengan tujuan untuk menciptakan sistem perbankan yang jauh lebih stabil dan efisien. Namun, hal ini seyogianya bisa dijadikan pengingat bahwa kendati potensi pasar Indonesia cukup besar, tantangan yang ada tetap tak boleh dianggap remeh.

Leave a Reply