Perkembangan teknologi yang pesat turut membuat akses ke layanan keuangan makin inklusif dan merata bagi masyarakat Indonesia. Salah satu gerakan yang kini sedang digalakkan oleh pemerintah bersama regulator keuangan lainnya, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah Bulan Inklusi Keuangan (BIK).
Kegiatan yang diadakan setiap tahunnya ini ditujukan untuk meningkatkan pemahaman serta akses yang lebih mudah dan luas terhadap berbagai jenis layanan keuangan bagi semua lapisan masyarakat, tak terkecuali mereka yang berada di daerah-daerah terpencil.
Pada Bulan Inklusi Keuangan 2024, salah satu yang menjadi fokus adalah peran para pelaku bisnis financial technology atau fintech sebagai penggerak dalam memperluas akses keuangan yang inklusif.
Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna internet dan ponsel pintar di Indonesia, fintech menjadi salah satu inovasi teknologi keuangan yang menarik minat banyak orang. Berbagai macam aplikasi dan platform fintech kini bisa digunakan untuk bertransaksi dan menikmati layanan keuangan lainnya secara mudah hanya melalui genggaman tangan.
Bulan Inklusi Keuangan yang diadakan setiap tahunnya oleh OJK memiliki tujuan yang sangat fundamental, yakni untuk memperkuat literasi sekaligus inklusi keuangan masyarakat Indonesia. Kali ini, tema BIK adalah “Akses Keuangan Inklusif, Wujudkan Masyarakat Produktif”.
Melalui tema tersebut, pemerintah dan berbagai pelaku bisnis keuangan berharap dapat membantu masyarakat untuk bisa lebih memahami, mengakses, dan memanfaatkan layanan serta produk keuangan dengan bijak.
Pada BIK 2024, ada banyak kegiatan yang diselenggarakan, mulai dari seminar, lokakarya, hingga pameran keuangan, seperti FinExpo yang diadakan di Balikpapan. Pada acara FinExpo, ada banyak pihak dari industri keuangan yang hadir, mulai dari lembaga perbankan, asuransi, hingga fintech. Dalam acara tersebut, mereka memperkenalkan produk dan layanan unggulan mereka kepada masyarakat secara langsung.
Sementara itu, OJK sebagai regulator berkolaborasi dengan para pelaku usaha jasa keuangan untuk mendorong pemahaman masyarakat terkait pentingnya literasi keuangan. Targetnya sendiri adalah agar masyarakat makin sadar akan pentingnya akses terhadap layanan dan produk keuangan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian menurut data OJK, tingkat literasi keuangan di Tanah Air pada 2024 telah mencapai 65,43% dengan indeks inklusi keuangan sebesar 75,02%. Kendati tingkat literasi dan inklusi keuangan sudah cukup tinggi, masih cukup banyak masyarakat yang masih belum memahami manfaat atau bahkan cara memanfaatkan produk dan layanan keuangan secara optimal.
Oleh sebab itu, melalui agenda BIK 2024, diharapkan masyarakat makin paham akan pentingnya literasi keuangan dan mampu menggunakan layanan keuangan secara bijak untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Seperti yang disampaikan, salah satu agenda BIK 2024 adalah pemerataan akses keuangan. Nah, hal ini dapat diwujudkan melalui peran para pelaku industri fintech. Dalam beberapa tahun terakhir, peran fintech dalam mendorong inklusi keuangan makin nyata dengan makin mudahnya akses masyarakat ke berbagai layanan finansial digital.
Sebagai contoh, banyak pelaku bisnis fintech lending kini memberikan kemudahan akses bagi masyarakat, khususnya pelaku UMKM, untuk bisa mendapatkan pendanaan bisnis tanpa harus melalui proses yang rumit seperti di bank. Pinjaman yang diberikan oleh perusahaan fintech lending otomatis dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha kecil untuk terus mengembangkan bisnisnya, yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Di samping itu, aplikasi fintech yang hadir dalam bentuk dompet digital juga membantu berbagai lapisan masyarakat untuk melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus menggunakan uang tunai sehingga lebih mudah dan efisien. Hal ini tentunya dapat mempermudah akses keuangan bagi masyarakat yang sebelumnya belum bisa memiliki rekening bank dan bisa langsung melakukan transaksi pembayaran hanya melalui aplikasi di ponsel pintar mereka. Dengan demikian, fintech dapat dikatakan memiliki peran yang sangat krusial dalam meningkatkan angka inklusi keuangan dengan menghadirkan berbagai macam produk yang bisa diakses secara mudah dan efisien.
Namun, di balik kemudahan yang ada, literasi keuangan hingga kini masih tetap menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dan pelaku bisnis fintech. Pasalnya, tak sedikit masyarakat yang sayangnya masih belum memahami secara benar risiko maupun keuntungan menggunakan layanan fintech. Oleh sebab itu, OJK selaku regulator keuangan dan berbagai pelaku fintech perlu terus berupaya untuk memberikan edukasi secara lebih intensif kepada masyarakat agar mereka bisa menggunakan layanan keuangan digital dengan bijak.
Sejalan dengan agenda BIK, OJK juga menyelenggarakan Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (Gencarkan). Program ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan literasi keuangan digital di Indonesia. Gencarkan juga menyasar masyarakat di berbagai wilayah, mulai dari kota besar hingga desa-desa terpencil. Melalui kolaborasi yang sinergis antara para regulator dan pelaku bisnis keuangan, diharapkan masyarakat dapat terus mengoptimalkan penggunaan produk fintech secara bijak dan dengan tetap memperhatikan keamanan dan manfaatnya.
Bulan Inklusi Keuangan menjadi salah satu momentum penting bagi pemerintah, regulator, pelaku industri, dan masyarakat Indonesia untuk lebih mengenal dan memahami berbagai produk serta layanan keuangan, salah satunya fintech sebagai layanan keuangan modern.
Seperti yang sudah diketahui, keberadaan fintech di tengah era digital ini telah menjadi alternatif yang memberikan banyak kemudahan, khususnya bagi masyarakat yang sebelumnya tidak bisa mendapatkan akses keuangan konvensional.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam terkait pentingnya inklusi keuangan, masyarakat diharapkan mampu memanfaatkan berbagai layanan keuangan untuk menunjang kehidupan mereka sehari-hari sehingga bisa mewujudkan kesejahteraan ekonomi yang berkelanjutan.
Di samping itu, peran para regulator keuangan di Tanah Air dan pelaku industri keuangan dalam mendorong literasi keuangan juga menjadi hal yang harus terus dilanjutkan. Edukasi yang tepat juga harus terus digalakkan untuk membantu masyarakat untuk tidak hanya tahu bagaimana cara memanfaatkan layanan keuangan digital, tetapi juga sekaligus memahami risiko serta manfaatnya.
Pada akhirnya, dengan adanya dukungan dari semua pihak, seperti pemerintah, regulator, dan para pelaku industri keuangan, Indonesia diharapkan bisa memiliki peluang besar untuk mencapai target inklusi keuangan yang sudah ditetapkan setiap tahunnya.