Cara Mengatasi Impulsive Buying, Gen Z Wajib Tahu!

Gen Z adalah salah satu generasi muda yang akrab dengan kebiasaan impulsive buying. Jika kamu juga mengalaminya, berikut cara mengatasi impulsive buying.

Pernah nggak kamu checkout barang yang sebenarnya nggak dibutuhkan hanya karena ada diskon atau flash sale? Atau mungkin kamu tiba-tiba beli sesuatu hanya karena lihat ulasan dari influencer favorit? Kalau iya, kemungkinan besar kamu sedang mengalami impulsive buying.

Sebagai gen Z atau mungkin milenial, kamu pasti sudah akrab dengan belanja online yang serba mudah. Hanya dengan sekali klik, barang langsung dikirim ke rumah. Sayangnya, kemudahan ini juga membuat banyak orang makin boros dan mudah tergoda untuk membeli barang tanpa berpikir panjang.

Impulsive buying memang bisa memberikan kepuasaan sekejap mata. Namun bila hal seperti ini menjadi kebiasaan yang tidak terkontrol, efeknya bisa membuat kondisi keuangan kamu terganggu.

Apa Itu Impulsive Buying?

Impulsive buying adalah kebiasaan membeli barang atau jasa secara spontan tanpa perencanaan dan pertimbangan yang matang, apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau tidak. Umumnya, orang yang melakukan kebiasaan impulsive buying termotivasi oleh emosi, iklan menarik, promosi besar-besaran, atau sekadar keinginan untuk memanjakan diri.

Melansir laman Siloam Hospitals, perilaku ini kerap terjadi saat seseorang merasa stres, bosan, atau ingin mencari kepuasan instan. Sayangnya, kebiasaan ini dapat berdampak buruk terhadap kondisi finansial, terlebih bila terus dilakukan tanpa adanya kendali.

Namun impulsive buying masih kerap dianggap sama dengan compulsive buying. Padahal keduanya memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Impulsive buying lebih bersifat spontan sementara compulsive buying merupakan kebiasaan yang sulit untuk dikontrol dan kerap kali berhubungan dengan masalah psikologis, seperti gangguan kecemasan atau kompulsif.

Tanda-Tanda Impulsive Buying

impulsive buying

Kamu mungkin penasaran, apakah kebiasaan belanja kamu termasuk impulsif atau tidak. Nah, coba cek beberapa tanda berikut ini:

  • Sering membeli barang tanpa rencana

Misalnya, niat awalnya kamu hanya ingin cuci mata, tetapi malah checkout barang yang sebenarnya tidak kamu butuhkan.

  • Mudah tergoda dengan promo

Setiap ada tanggal kembar atau flash sale, kamu merasa ingin membeli semuanya karena takut rugi jika tidak beli atau harganya bakal naik di kemudian hari.

  • Merasa senang saat checkout, tapi menyesal setelahnya

Saat checkout dan menunggu barang datang, kamu mungkin merasa puas, senang, dan excited. Namun begitu barangnya datang, kamu mulai menyadari bahwa sebenarnya kamu tidak membutuhkan barang tersebut.

  • Punya banyak barang yang jarang dipakai

Misalnya, baju yang masih ada tag-nya atau skincare yang akhirnya kedaluwarsa karena jarang digunakan. Ini artinya kamu mengalami impulsive buying.

Jika kamu mengalami beberapa tanda di atas, mungkin sudah saatnya kamu lebih bijak dalam mengelola kebiasaan berbelanja.

Penyebab Impulsive Buying

Ada banyak faktor yang membuat orang rentan mengalami impulsive buying, terlebih di era digital seperti sekarang ini. Berikut beberapa penyebabnya:

  • FOMO (Fear of Missing Out)

Generasi muda seperti generasi Z sangat akrab dengan budaya FOMO alias takut ketinggalan tren. Ketika ada produk yang viral di media sosial, mereka merasa harus memilikinya padahal belum tentu benar-benar butuh.

  • Diskon dan promo menggoda

E-commerce kerap memberikan promo besar-besaran, seperti diskon, cashback, hingga gratis ongkir. Hal ini membuat masyarakat lebih mudah tergoda untuk belanja meskipun sebenarnya barang tersebut tidak termasuk dalam daftar kebutuhan.

  • Pengaruh media sosial dan influencer

Tak sedikit influencer yang sering membuat ulasan produk dengan konten yang menarik. Mereka seolah-olah meyakinkan bahwa produk tersebut memiliki nilai manfaat yang besar padahal belum tentu cocok untuk semua orang.

  • Belanja sebagai salah satu cara penghilang stres

Sebagian orang masih menggunakan kegiatan belanja sebagai cara untuk mengatasi stres, kebosanan, atau emosi negatif lainnya. Sensasi “happy” saat berbelanja memang nyata, tetapi efeknya hanya berlangsung sementara.

Cara Mengatasi Impulsive Buying

impulsive buying

Menurut riset, sekitar 41% generasi Z di Tiongkok mengalami impulsive buying. Angka ini kemudian diikuti oleh milenial dengan sebanyak 34% dan generasi X sebanyak 32% dari seluruh responden penelitian. Ini menunjukkan bahwa konsumen dari kalangan gen Z lebih persuasif saat melakukan pembelian. 

Kalau kamu juga merasa mengalami impulsivitas dalam berbelanja dan merasa keuanganmu mulai terganggu, tak perlu khawatir. Di bawah ini ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasinya.

1. Buat anggaran belanja

Mulai sekarang, cobalah untuk selalu membuat anggaran belanja setiap bulan setiap kali kamu gajian. Pisahkan mana yang termasuk kebutuhan pokok dan keinginan. Dengan cara ini, kamu bisa lebih sadar dalam mengatur keuangan bulanan.

2. Terapkan aturan “tunggu 24 jam”

Kalau kamu memiliki keinginan untuk membeli sesuatu, coba tunda terlebih dahulu selama 24 jam. Kalau setelah itu kamu masih merasa membutuhkannya, kamu bisa membelinya. Namun jika keinginan tersebut sudah tidak ada, berarti itu hanya keinginan sesaat.

3. Batasi penggunaan aplikasi belanja

Kurangi penggunaan aplikasi belanja seperti e-commerce maupun layanan antar makanan secara online. Kamu bisa menguncinya pada momen-momen tertentu, seperti saat sedang bersantai. Dengan begitu, kamu tidak memiliki dorongan untuk membukanya dan melakukan pembelian tanpa dipertimbangkan terlebih dahulu.

4. Gunakan uang tunai saat berbelanja

Teknologi cashless seperti QRIS atau kartu debit memang memudahkan proses transaksi. Namun di sisi lain, banyak pengguna yang merasa lebih boros jika menggunakan pembayaran cashless karena merasa tidak mengeluarkan uang.

Untuk itu, saat belanja, usahakan kamu menggunakan uang tunai daripada cashless. Dengan begitu, kamu akan lebih sadar dengan jumlah uang yang kamu keluarkan dan lebih berpikir sebelum melakukan pembelian.

5. Hindari paylater

Fitur paylater memang menawarkan banyak kemudahan, tetapi juga bisa membuat kamu lupa diri dan akhirnya memiliki banyak utang. Gunakan fitur ini hanya untuk hal-hal yang sifatnya mendesak. Jangan pernah menggunakannya untuk membeli barang/jasa yang sifatnya hanya keinginan.

6. Cari alternatif lain untuk menghilangkan stres

Kalau selama ini kamu menjadikan kegiatan belanja sebagai salah satu cara untuk menghilangkan stres, coba cari alternatif lain yang lebih sehat. Misalnya, kamu bisa melakukan olahraga, menulis jurnal, memasak, atau mungkin berkumpul dengan teman-teman.

Jadi, impulsive buying memang bisa memberikan kepuasan dalam sekejap mata. Namun bila hal ini menjadi kebiasaan, dampaknya bisa membuat keuangan kamu berantakan. Sebagai gen Z yang terkenal mudah beradaptasi, cobalah untuk belajar mengelola keuangan dengan lebih bijak. Kenali kebiasaan belanja kamu, kenali penyebabnya, dan terapkan strategi yang tepat untuk mengendalikannya.

Boleh saja self-reward, tetapi tetap harus ada batasnya. Jangan sampai kalap belanja karena kamu akan menyesal di kemudian hari.

Leave a Reply