Trump Menang Pilpres AS, Begini Dampaknya bagi Ekonomi RI - Danasyariah.id | Sharia Peer to Peer Financing

Trump Menang Pilpres AS, Begini Dampaknya bagi Ekonomi RI

Trump menang Pilpres AS untuk kedua kalinya secara tidak berturut-turut. Kemenangan Trump tentunya membawa dampak global, termasuk bagi ekonomi Indonesia.

Donald Trump memenangkan pemilu Amerika Serikat pada 5 November 2024 dengan meraup sebanyak 277 suara electoral. Terpilihnya kembali Trump sebagai presiden AS diyakini akan membawa dampak signifikan terhadap dunia politik dan ekonomi.

Seperti yang kita tahu, AS adalah negara adidaya yang setiap keputusan politiknya tak hanya memengaruhi negaranya sendiri, tetapi juga berdampak secara global, tak terkecuali ke Indonesia. Sementara itu, Trump terkenal dengan gaya kepemimpinannya yang proteksionis terhadap kepentingan-kepentingan Amerika.

Pertanyaannya sekarang adalah, apa dampak kemenangan Trump bagi sektor ekonomi Indonesia?

Menilik Kembali Dampak Kemenangan Trump pada Pemilu AS 2016

Trump Menang Pilpres AS

Saat Donald Trump pertama kali memenangkan pemilu presiden AS pada 2016 dan mengalahkan lawannya, Hillary Clinton, dunia menyaksikan kebijakan andalannya “American First” yang memberikan dampak luas bagi dunia.

Selama era Trump, terjadi perang dagang antara AS dan Tiongkok yang berujung pada ketidakstabilan ekonomi, seperti didepaknya perusahaan Huawei dari pasar AS. Kebijakan Trump kala itu tentunya memengaruhi banyak negara, tak terkecuali Indonesia, yang menjalin hubungan perdagangan erat dengan Tiongkok.

Indonesia, sebagai salah satu pemasok utama komoditas bagi Tiongkok, seperti batu bara, nikel, dan minyak sawit, ikut merasakan dampak dari bergejolaknya pasar global saat era Trump. Pada masa itu, penurunan permintaan dari Tiongkok akibat perang dagang membuat harga komoditas anjlok. Salah satu yang paling anjlok saat itu adalah batu bara, dengan penurunan mencapai 5,04% dan termasuk terendah sejak 2016. 

Kamu mungkin juga ingat bahwa Indonesia sangat bergantung pada ekspor komoditas ke Tiongkok. Hal inilah yang membuat ekonomi negara ini sangat rentan terhadap perubahan kebijakan yang terjadi di AS dan Tiongkok.

Bukan hanya itu saja, pasar keuangan Indonesia juga ikut kena imbas kemenangan Trump pada 2016. Sentimen negatif di pasar modal membuat volatilitas melambung naik. Bahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat melemah selama beberapa saat begitu Trump dinyatakan menang. Hal ini diperburuk lagi dengan kebijakan Trump yang menaikkan suku bunga AS sehingga banyak aliran modal asing keluar dari Indonesia.

Dampak Kemenangan Trump 2024 bagi Ekonomi RI

Trump Menang Pilpres AS

Setelah Trump dinyatakan menang di Pilpres 2024, dunia kembali harus bersiap menghadapi kebijakan proteksionis yang kemungkinan akan ia lanjutkan. Berikut beberapa prediksi dampak kemenangan Trump bagi sektor ekonomi Indonesia menurut sejumlah ahli:

1. Perang dagang dan penurunan ekspor

Kebijakan “American First” yang diterapkan oleh Trump pernah memicu perang dagang dengan Tiongkok dan kemungkinan ini masih akan berlanjut di era kepemimpinannya yang baru. Dampaknya terhadap kondisi ekonomi Indonesia jelas bisa signifikan mengingat Tiongkok merupakan mitra dagang utama Indonesia.

Abdul Muttalib Hamid, pengamat ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Makassar, menyampaikan bahwa kemenangan Trump diprediksi bisa mengganggu stabilitas ekonomi global yang berdampak langsung ke Indonesia. Sebab, jika Trump kembali melakukan kebijakan proteksionis terhadap Tiongkok, maka Indonesia harus siap menghadapi berbagai dampaknya, khususnya pada sektor ekspor komoditas.

Jika perekonomian Tiongkok menurun akibat tingginya kebijakan tarif, maka ekspor Indonesia, khususnya komoditas seperti batu bara, nikel, dan kelapa sawit, akan terkena imbasnya. Pada 2023, data BPS menunjukkan bahwa ekspor Indonesia ke Tiongkok mencapai 64,93 miliar dolar AS. Angka ini menunjukkan betapa bergantungnya Indonesia pada Tiongkok soal perdagangan.

Perang dagang juga dapat menurunkan harga komoditas di pasar internasional. Contohnya, pada perang dagang 2018-2019, harga minyak sawit mentah (CPO) sempat anjlok hingga 20%. Hal serupa bisa  terjadi lagi jika ketegangan ekonomi antara dua rival bebuyutan AS dan Tiongkok meningkat.

2. Fluktuasi pasar keuangan dan nilai tukar rupiah

Kebijakan ekonomi Trump bisa memicu sentimen penghindaran risiko (risk-off) di pasar global. Hal ini menyebabkan banyak modal asing keluar dari negara-negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. 

Pada beberapa hari yang lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung anjlok ke 2,91% begitu Trump dinyatakan menang. Selain itu, juga sudah ada aliran modal asing yang keluar dari Indonesia, yakni sekitar Rp6 triliun. Hal ini pada dasarnya wajar karena banyak modal yang ditarik oleh AS kembali.

3. Isu lingkungan dan energi

Trump dikenal sebagai tokoh yang sedikit skeptis terhadap perubahan iklim. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, juga menyampaikan bahwa Trump memiliki kebijakan yang berbeda dari Biden dalam menghadapi kasus-kasus perubahan iklim bisa berdampak terhadap sektor energi. Akibatnya, isu perubahan iklim dapat berdampak langsung terhadap pergerakan harga minyak dunia.

4. Peluang diversifikasi ekspor

Meskipun dampak kebijakan “American First” Trump terhadap Tiongkok berpotensi negatif bagi Indonesia, hal ini juga membuka peluang untuk melakukan diversifikasi pasar ekspor. Pemerintah bisa memperkuat hubungan dagang dengan negara-negara lain, seperti India, Uni Eropa, Timur Tengah, dan kawasan Afrika.

Nailul Huda, ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios) melalui Antaranews, turut mengimbau pemerintah Indonesia untuk mencari alternatif pangsa pasar ekspor. Ia merekomendasikan negara-negara Timur Tengah sebagai opsi bagi produk-produk ekspor Indonesia.

Indonesia tentunya harus bersiap menghadapi tantangan besar yang mungkin timbul dari kebijakan proteksionisme dan pendekatan ekonomi Trump. Meskipun dampaknya bisa dibilang cukup signifikan, muncul pula peluang bagi Indonesia untuk memperkuat hubungan dagang dengan negara-negara selain Tiongkok.

Di samping itu, Indonesia juga harus mulai memperkuat stabilitas ekonomi domestik. Hal ini sebagai bentuk antisipasi terhadap efek dari kebijakan ekonomi Trump nantinya. Sebab, Trump sendiri terkenal dengan hubungannya yang kurang harmonis dengan Tiongkok sehingga berpotensi menimbulkan perang dagang.

Pada akhirnya, bila hal ini terjadi, maka negara-negara lain sulit melakukan ekspor ke kedua negara tersebut, tak terkecuali Indonesia. Efeknya, produk komoditas Indonesia makin tertekan dan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri dari sisi ekspor. Itulah sebabnya, pemerintah Indonesia diimbau untuk lebih memperkuat ekonomi domestik.

Leave a Reply