Ramai-Ramai Ikutan Edit Foto AI yang Lagi Viral, Amankah?

Tren edit foto AI memang sedang naik daun, tapi apakah aman? Simak di sini etika, risiko privasi, dan cara bijak mengunakannya.
Sumber : Envato

Beberapa minggu terakhir, media sosial ramai dengan konten-konten hasil editan AI. Banyak pengguna membuat potret diri seolah sedang berfoto dengan idola atau bahkan dirinya saat kecil. Sekilas tren ini memang seru dan kreatif, tetapi di balik itu semua, ada masalah etika dan keamanan data yang harus kamu pahami. Pasalnya, saat sebagian orang hanya ingin ikut tren, ada pula yang tanpa sadar telah melanggar privasi orang lain dan bahkan mempertaruhkan keamanan datanya sendiri.

Tren Edit Foto AI yang Lagi Viral

edit foto AI
Sumber : Envato

Fenomena tren edit foto AI mulai menjamur ketika berbagai platform AI generatif memperkenalkan fitur manipulasi gambar yang makin realistis. Cukup dengan mengungah foto dan prompt spesifik, kamu sudah bisa mendapatkan hasil foto yang terlihat seolah kamu memang berpose dengan artis idola. Tak heran jika banyak sekali warganet yang langsung ikutan dan membagikan hasil editan mereka di media sosial.

Sayangnya, tak sedikit dari pengguna yang memanfaatkan fitur ini dengan tidak bijak. Beberapa hasil editan justru terlihat terlalu berlebihan dan bisa dibilang sudah melanggar batas etika. Misalnya, muncul foto-foto yang menampilkan seseorang seolah dirangkul, dipeluk, atau pose intim lainnya yang berujung tak pantas untuk dipamerkan di publik. Melihat tren ini, sejumlah publik figur seperti pemain Timnas Indonesia seperti Rizky Ridho, Justin Hubner, dan Sandy Walsh sempat menegur penggemar agar tidak membuat foto semacam itu lagi.

Publik pun memberikan reaksi beragam. Ada yang beranggapan tren foto AI hanya untuk hiburan, tetapi banyak juga yang menilai hal tersebut sudah melewati batas etika. Melihat ramainya tren ini, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) pun turun tangan. Komdigi mengingatkan masyarakat untuk menggunakan AI dengan tetap mengutamakan etika dan tanggung jawab sosial.

Menurut Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, Alexander Sabar, seperti yang dilansir Jawa Pos, saat ini penggunaan AI masih berpedoman pada surat edaran etika AI yang telah diterbitkan tahun sebelumnya. Namun, saat ini pemerintah juga sedang menyiapkan regulasi baru dalam bentuk roadmap AI nasional guna memastikan teknologi ini bisa dimanfaatkan secara aman dan bertanggung jawab.

Di samping itu, Komdigi juga mendorong platform digital global agar meneydiakan fitur verifikasi konten berbasis AI secara gratis. Tujuannya tak lain agar masyarakat dapat membedakan mana konten yang merupakan hasil rekayasa AI dan mana yang bukan. Platform seperti TikTok dan YouTube sudah menyematkan fitur ini.

Etika Penggunaan Fitur Edit Foto AI

Buat kamu yang aktif menggunakan AI untuk mengedit foto mungkin sempat berpikir bahwa ini cuma editan. Perlu dipahami bahwa yang menjadi masalah dari penggunaan teknologi ini adalah etika. Mengedit foto seseorang tanpa izin, apalagi untuk tujuan yang menimbulkan kesalahpahaman, termasuk pelanggaran terhadap privasi individu.

Pengamat komunikasi digital dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, melalui Tirto menyampaikan bahwa penggunaan foto pribadi tanpa persetejuan individu yang bersangkutan dapat menimbulkan banyak risiko. Mulai dari penyebaran hoaks, pencemaran nama baik, hingga manipulasi citra seseorang di dunia maya. Misalnya, jika ada individu yang mencalonkan diri untuk menjadi pejabat publik, foto hasil editan AI bisa saja digunakan untuk menjatuhkan reputasinya.

Nah, terkait etika dalam penggunaan AI, sebenarnya cukup mudah untuk dipahami. Kamu harus memastikan kamu memiliki izin dari pemilik foto, gunakan hasil editan untuk tujuan positif, dan hindari membuat konten yang berpotensi menyinggung atau merugikan pihak lain.

Jika teknologi AI digunakan secara bertanggung jawab, maka bisa menjadi alat untuk mengeksplorasi kreativitas. Namun jika keluar dari batas-batas etika, jelasnya dampaknya sangat merugikan, baik merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Risiko Keamanan Data

edit foto AI
Sumber : Envato

Selain masalah etika, hal lain yang harus kamu waspadai dari tren edit foto AI adalah risiko kebocoran data-data pribadi. Ketika kamu mengunggah foto ke platform AI, sebenarnya kamu sedang mengizinkan sistem untuk mengakses data biometrik kamu, seperti bentuk wajah, ekspresi, hingga detail fisik lainnya yang bersifat unik dan personal.

Lebih lanjut, masyarakat harus lebih waspada sebelum menggunakan layanan AI. Sayangnya, tak sedikit pengguna yang justru tidak mengindahkan syarat dan ketentuan dari platform AI yang mereka gunakan. Padahal, di dalamnya biasanya terdapat klausul yang mengizinkan platform untuk menyimpan atau bahkan memanfaatkan data pengguna.

Selain itu, wajah adalah bagian dari data pribadi yang sangat berharga. Jika data tersebut disalahgunakan, maka bisa saja dimanfaatkan oleh orang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindakan kriminal, penipuan, atau bahkan membuat konten-konten yang melanggar hukum. Oleh sebab itu, penting sekali untuk memahami bagaimana platform AI yang kamu gunakan memproses data yang kamu unggal.

AI Mengumpulkan Data Pribadi Pengguna

Masih terkait penyalahgunaan data oleh platform AI, OECD juga menyorot soal masalah ini dalam laporan mereka pada tahun 2024. Mereka menjelaskan bahwa sistem AI berskala besar kerap mengumpulkan data pribadi tanpa sepengetahuan penggunanya. 

Perlu dipahami juga bahwa AI menggunakan model pelatihan dan teknologi ini berpotensi “menghafal” data-data yang dimasukkan oleh pengguna sehingga data tersebut berpotensi digunakan kembali di luar konteks awalnya. Dengan kata lain, sekali kamu mengunggah foto ke platform AI, kamu tidak bisa sepenuhnya mengendalikan bagaimana AI akan menggunakan data tersebut.

Penggunaan data oleh AI pernah terjadi di Amerika Serikat pada 2023. Seorang perempuan bernama Porcha Woodruff ditangkap polisi karena sistem pengenalan wajah berbasis AI yang mereka gunakan salah dalam mengidentifikasi dirinya sebagai pelaku kejahatan. Meskipun Woodruff akhirnya dibebaskan, kasus ini menunjukkan betapa besarnya potensi kesalahan yang akan terjadi jika data biometrik digunakan tanpa adanya pengawasan ketat.

Sementara itu di Indonesia, pemerintah memang belum menerbitkan regulasi khusus yang mengatur soal penyalahgunaan data biometrik oleh platform AI. Namun, pelanggaran seperti penyebaran foto pribadi tanpa izin atau konten yang mengandung unsur-unsur pornografi bisa tetap dijerat melalui UU ITE dan UU Pornografi.

Sebab itu, penting sekali untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan platform AI generatif. Pikirkan terlebih dahulu risiko yang mungkin muncul sebelum mengunggah foto pribadi ke platform AI. Jika foto tersebut melibatkan orang lain, pastikan kamu sudah mendapatkan izin dari orang yang bersangkutan.

Tren edit foto AI memang seru. Namun, kesenangan ini hanya akan berujung pada malapetaka jika tidak disertai dengan kesadaran dan etika dalam menggunakannya.

Leave a Reply