Gen Z melek teknologi tapi rentan terpapar hoaks dan bahkan scam. Yuk, simak di sini alasan mengapa generasi digital ini sering jadi korban scam dan hoaks.
Sumber : Envato
Saat ini, generasi Z terkenal sebagai generasi digital native atau paling melek teknologi, mengingat mereka lahir dan tumbuh di era internet. Tak heran jika kemampuan teknologi mereka sering mendapatkan pujian dari generasi-generasi pendahulu.
Sayangnya, di balik citra generasi yang melek teknologi, justru ada fakta pahit, yakni gen Z melek teknologi tapi rentan terpapar hoaks. Kira-kira apa penyebabnya? Mengapa generasi yang paling akrab dengan dunia digital justru menjadi kelompok yang sering terjebak dalam lingkaran hoaks?
Gen Z Paling Sering Kena Hoaks dan Scam
Sumber : Envato
Perlu diakui bahwa hidup di dunia digital seperti saat ini membuat gen Z hampir tak pernah lepas dari internet. Namun, kenyataan ini justru membawa satu fakta pahit.
Berdasarkan data dari Annual Cybersecurity Attitudes and Behaviours Report 2024-2025 yang dilansir oleh Bincang Perempuan, sebanyak 52% responden gen Z mengaku kehilangan uang atau data pribadi akibat penipuan online. Menariknya, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan milenial (46%), generasi Z (25%), dan generasi yang lebih tua.
Jenis penipuan yang dialami oleh generasi Z cukup beragam. Mulai dari phising dengan tautan palsu, penipuan kencan online, hingga investasi bodong yang menjanjikan keuntungan fantastis. Bahkan, dalam laporan tersebut menyebutkan adanya peningkatan korban di kalangan gen Z, yakni mencapai 9% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Selain menjadi langganan korban scam, generasi Z juga sering menjadi korban hoaks. Najwa Shihab dalam diskusi publik di Masjid Kampus UGM pada April 2024 menyoroti persoalan literasi digital gen Z yang menjadi penyebab generasi muda ini rentan terhadap disinformasi. Menurutnya, sebanyak 83% gen Z tidak bisa membedakan fakta dan hoaks.
Penyebab utamanya tak lain adalah kebiasaan membaca hanya dari judul tanpa membaca isi dan memverifikasi isi berita. Data-data ini menggambarkan bahwa meskipun generasi Z tumbuh di era digital dan tidak kagok menggunakan teknologi, mereka belum tentu mampu menghadapi derasnya arus informasi dan bahkan kebal terhadap disinformasi.
Tumbuh di Era Digital, Tapi Rentan Terhadap Hoaks, Kenapa?
Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi? Apa yang membuat gen Z rentan terpapar hoaks dan scam padahal mereka jago mengoperasikan teknologi?
Pertama, terlalu banyak waktu untuk online. Menurut data yang dilansir oleh Goodstats.id, gen Z menghabiskan waktu 1-6 jam per hari untuk menggunakan media sosial dan lebih dari 10 jam untuk online. Makin lama mereka menghabiskan waktu di ranah online, makin besar pula kemungkinan mereka terpapar scam atau hoaks.
Kedua, keamanan masih menjadi aspek yang dikorbankan demi kenyamanan. Banyak gen Z mengaku repot jika harus mengaktifkan autentikasi dua faktor (2FA) atau mengganti password secara berkala. Akibatnya, mereka lebih rentan terhadap kejahatan siber seperti peretasan dan pencurian data.
Ketiga, derasnya arus informasi membuat gen Z sering kali kewalahan untuk menyortir mana yang harus dikonsumsi dan mana yang tidak perlu dikonsumsi. Riset pun menunjukkan bahwa 41% gen Z bingung dengan banyaknya panduan keamanan di ranah digital. Alih-alih mempelajarinya dan mencari solusi, mereka justru memilih untuk pasrah.
Keempat, ada faktor psikologis yang membuat gen Z rentan terhadap hoaks dan scam. Menurut riset UGM dan Deakin University, sebagian besar gen Z cenderung mudah percaya terhadap sumber-sumber otoritatif tanpa mengecek kembali kebenarannya. Masalahnya, informasi yang berasal dari sumber resmi pun, tak terkecuali media online, bisa dipelintir atau disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu.
Jadi, meskipun gen Z lahir di era teknologi, tingkat literasi digital mereka masih rendah, yakni 62% dan ini terendah di seluruh ASEAN. Perlu dijadikan perhatian pula bahwa kemampuan teknis seperti menggunakan aplikasi tidak sama dengan kemampuan berpikir kritis dalam memilah dan mengelola informasi.
Gen Z Turut Menjadi Pelaku Hoaks
Selain menjadi korban, gen Z juga menjadi pelaku penyebaran hoaks. Data dari CSIS yang dikutip SAFEnet menunjukkan bahwa gen Z merupakan salah satu aktor di balik penyebaran informasi palsu.
Melansir laman Liputan6, fenomena ini dapat dijelaskan melalui teori visibilitas sosial. Gen Z cenderung merasa puas jika bisa menjadi orang pertama yang menyebarkan informasi. Mereka seperti ingin terlihat lebih tahu dibandingkan lingkungan sekitarnya.
Sayangnya, kepuasan yang mereka dapatkan ini sering kali membuat mereka abai untuk mengecek kembali kebenaran informasi sebelum mengunggahnya di media sosial.
Alhasil, hoaks menyebar lebih cepat, bukan hanya karena ingin merugikan pihak tertentu, tetapi juga karena ada dorongan sosial dari dalam diri untuk tampil lebih dulu. Semuanya pada dasarnya hanya karena haus akan validasi.
Apa yang Harus Dilakukan?
Sumber : Envato
Kerentanan generasi digital native seperti gen Z terhadap hoaks dan scam bisa berdampak buruk. Tak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga masyarakat luas yang berpotensi terpecah karena disinformasi.
Nah, di bawah ini ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan agar gen Z lebih terlindungi:
Tingkatkan literasi digital sejak dini: Ingat, literasi digital bukan hanya soal kemampuan teknis dalam mengoperasikan perangkat, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, etika di ranah digital, dan budaya digital.
Biasakan untuk memverifikasi informasi: Jangan langsung percaya pada informasi hanya karena terlihat meyakinkan, disebarkan oleh akun besar, atau disampaikan oleh tokoh. Bandingkan dengan sumber lain, baca seluruh isinya, dan cek fakta.
Gunakan keamanan tambahan: Selalu aktifkan 2FA untuk semua aplikasi yang menyimpan data-data pribadi kamu. Selain itu, gunakan password yang kuat, rutin memperbarui aplikasi, dan perbarui password.
Bangun kebiasaan skeptis: Skeptis bukan berarti sinis. Namun setiap kali mendapatkan informasi, alangkah baiknya untuk mempertanyakan informasi tersebut sebelum dipercaya.
Dengan langkah-langkah sederhana ini, risiko gen Z terjebak dalam lingkaran hoaks bisa diminimalkan. Jadi, buat kamu yang termasuk gen Z, bisa mulai semuanya dari diri sendiri terlebih dahulu.
Jadilah generasi yang tidak hanya mampu mengoperasikan perangkat teknologi, tetapi juga kritis terhadap semua informasi dan hindari bias. Sebab, di era yang dibanjiri dengan informasi ini, kemampuan berpikir kritis menjadi tameng paling penting.