Idul Adha atau biasa dikenal dengan sebutan Hari Raya Kurban atau Hari Raya Haji di Indonesia merupakan salah satu hari besar dalam agama Islam. Setiap tahunnya, seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia merayakan perayaan tersebut pada tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah.
Idul Adha memang identik dengan penyembelihan hewan kurban dan pembagian daging qurban ke seluruh masyarakat. Namun perayaan tersebut sebenarnya memiliki makna yang sangat mendalam, baik dari segi spiritual maupun sosial.
Melansir laman BAZNAS, sejarah perayaan Idul Adha tak bisa dipisahkan dari kisah Nabi Ibrahim AS dan anaknya, yakni Nabi Ismail AS. Pelaksanaan ibadah kurban bermula dari perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anak laki-laki kesayangannya, Ismail.
Perintah tersebut datang melalui mimpi dan kemudian menjadi ujian berat bagi Nabi Ibrahim AS. Namun, baik Nabi Ibrahim AS maupun Nabi Ismail AS senantiasa menunjukkan ketakwaan dan ketaatan yang sungguh luar biasa kepada Yang Maha Kuasa Allah SWT.
Mimpi yang didapatkan oleh Nabi Ibrahim AS tak hanya datang satu kali, tetapi berkali-kali. Setelah mimpi tersebut berulang kali datang, Nabi Ibrahim AS meyakini bahwa mimpi tersebut adalah perintah dari Allah SWT.
Dengan hati yang berat tetapi penuh dengan ketaatan terhadap Sang Pencipta, Nabi Ibrahim AS menceritakaan mimpinya kepada sang anak, Ismail. Sungguh mencengangkan, Ismail bahkan tidak menolah perintah tersebut. Ia bahkan mendukung ayahnya untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dengan penuh sabar dan hati yang ikhlas.
Menariknya, pada saat Nabi Ibrahim AS hendak menyembelih Ismail, secara tiba-tiba Allah SWT menggantinya dengan seekor domba yang besar. Peristiwa tersebut dituangkan dalam Al-Quran, yakni pada surat Ash-Shaffat ayat 102-107 sebagai sebuah bukti keimanan dan kepasrahan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS kepada Allah.
Semenjak saat itulah, umat Islam di seluruh dunia dianjurkan untuk melaksanakan ibadah kurban bagi yang mampu sebagai salah satu bentuk ketaatan dan pengorbanan kepada Allah SWT. Namun pada dasarnya, kisah kurban sebenarnya sudah ada sejak zaman anak-anak nabi pertama, yakni Nabi Adam AS. Dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 27 disebutkan bahwa Habil dan Qabil yang merupakan anak-anak Nabi Adam AS diperintahkan untuk mempersembahkan kurban.
Kurban Habil berupa kambing gemuk yang didapatkan dari Allah SWT. Sementara itu, kurban Qabil berupa hasil panen yang kurang bagus. Keduanya kemudian meletakkan kurban mereka di atas sebuah bukit. Binatang kurban milik Habil musnah termakan api sementara hasil panen milik Qabil sama sekali tidak terkena api.
Dalam surat Al-Maidah ayat 27 dijelaskan bahwa kurban milik Habil lah yang diterima oleh Allah SWT atas ketakwaannya. Sementara itu, kurban milik Qabil tidak diterima karena ia memberikan hasil panen yang jelek yang dianggap sebagai bentuk ketidakikhlasannya dalam menjalankan kurban. Kisah Habil dan Qabil ini menegaskan betapa pentingnya ketulusan dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah, termasuk ibadah kurban.
Perayaan Idul Adha memiliki banyak hikmah yang bisa dijadikan pelajaran bagi seluruh umat Islam di zaman sekarang. Berikut adalah beberapa hikmah dari perayaan Idul Adha.
Melansir laman NU Sumenep, salah satu hikmah dari Idul Adha adalah ketakwaan. Ketakwaan di sini berhubungan dengan kepathuan seorang hamba kepada Allah SWT dalam menjalankan perintah dan menghindari larangan-Nya.
Kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS mengajarkan umat Islam bahwa ketaatan kepada Allah SWT harus berada di atas segala-galanya. Ketaatan seseorang pada dasarnya bisa diukur dari tingkat kepeduliannya terhadap orang lain.
Bisa diambil contoh dalam kehidupan sehari-hari, seorang wakil rakyat yang takwa tentunya tidak akan memanfaatkan wewenangnya untuk mengambil hak orang lain demi menguntungkan dirinya sendiri. Bahkan orang yang takwa akan merasa malu dan berdosa jika mengambil apa yang seharusnya bukan miliknya.
Idul Adha juga mengajarkan tentang pentingnya pengorbanan dan keikhlasan. Nabi Ibrahim AS rela mengorbankan anaknya yang sangat dicintai demi menjalankan perintah Sang Khalik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan, manusia pada dasarnya harus siap untuk berkorban demi kepentingan yang lebih besar dan melakukannya dengan hati pentuh ikhlas tanpa mengharapkan balasan.
Hikmah Idul Adha yang berikutnya adalah meningkatkan hubungan antar manusia. Pada dasarnya ritual keagamaan dalam Islam mengandung dua hal yang saling berkesinambungan, yakni pentingnya hubungan dengan Sang Pencipta dan hubungan dengan sesama manusia.
Ajaran dalam agama Islam sangat menekankan pentingnya hubungan sosial dan mengaplikasikan sikap tersebut melalui praktik nyata. Hari Raya Idul Adha pada dasarnya identik dengan momen berbagi hewan kurban dengan mereka yang membutuhkan.
Momen tersebut mengajarkan umat Islam untuk merasakan betapa sulitnya seorang yang serba kekurangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Momen Idul Adha sekaligus menjadi praktik keagamaan dalam Islam yang sarat akan nilai sosial dan mendorong umat Islam untuk selalu peduli dengan sesamanya.
Hari Raya Idul Adha juga mengandung hikmah untuk meningkatkan kualitas diri. Ritual keagamaan ini dapat menjadi media untuk meningkatkan empati, pengendalian diri, kesadaran diri, serta pengelolaan diri. Keempat hal ini pada dasarnya adalah fondasi dari akhlak terpuji seorang yang bertakwa.
Akhlah terpuji dapat dicontoh dari tindakan Rasulullah, seperti memuliakan tamu, membantu sesama dalam hal kebaikan, bersikap altruis atau memintangkan orang lain, dan menjalankan segala perintah agama sekaligus menghindari hal-hal yang dianjurkan.
Idul Adha juga dikenal sebagai Hari Raya Haji, yakni momen diselenggarakannya ibadah haji. Pada saat itulah, jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Mekkah untuk menjalankan ibadah haji.
Momen ini juga menunjukkan persamaan dan persaudaraan dalam ajaran Islam. Semua umat, tanpa memandang ras, warna kulit, maupun status sosial, berdiri sama rata di hadapan Allah. Semua mengenakan pahaian ihram yang sama, menunjukkan bahwa semua manusia sama di hadapan Allah. Apa yang membedakan manusia hanyalah tingkat ketakwaannya.
Jadi, perayaan Idul Adha merupakan momen yang penuh makna dan hikmah bagi seluruh umat Islam. Melalui perayaan ini, seluruh umat Islam diajak untuk meneladani ketawkwaan, keikhlasan, dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Di samping itu, Idul Adha juga mengajarkan umat Islam tentang pentingnya solidaritas, kebersamaan, keteguhan iman, dan persamaan serta persaudaraan dalam Islam.