Sebagai seorang muslim, pernahkah terbesit di benakmu bagaimana suatu peristiwa besar dapat memberikan hikmah luar biasa bagi kehidupan sehari-hari? Salah satu peristiwa tersebut tak lain adalah Isra Mi’raj.
Peristiwa ini bukan hanya menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam, tetapi juga menyimpan pesan mendalam untuk seluruh muslim di dunia, termasuk dalam konteks kehidupan yang beragam di Indonesia.
Isra Mi’raj pada dasarnya mengajarkan umat muslim tentang salat, yakni sebuah ibadah yang menjadi jembatan antara hamba dan Tuhannya sekaligus antar manusia. Bukan hanya itu, peristiwa ini juga mengajarkan betapa pentingnya harmoni di tengah keberagaman, sebuah nilai yang sangat relevan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Isra Mi’raj adalah perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dalam satu malam yang sarat akan makna. Dalam perjalanan ini, Rasulullah melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra), lalu naik ke langit hingga Siratul Muntaha (Mi’raj). Di tempat tertinggi inilah, Rasulullah menerima perintah salat lima waktu langsung dari Allah SWT.
Peristiwa ini bahkan terjadi saat Nabi Muhammad SAW mengalami masa-masa sulit, yakni kehilangan dua orang terdekatnya, yakni Khadijah RA dan Abu Thalib. Masa-masa tersebut kemudian disebut sebagai “Tahun Kesedihan”. Namun, peristiwa Isra Mi’raj kemudian hadir sebagai penghibur sekaligus penyemangat baru bagi Rasulullah.
Salah yang diwajibkan melalui Isra Mi’raj bukan hanya ibadah ritual semata meskipun tak jarang banyak muslim yang menganggap demikian. Salat justru juga menjadi simbol hubungan antara manusia dengan Allah dan sesama.
Setiap gerakan dan bacaan dalam salat menyimpan makna yang cukup mendalam. Mulai dari gerakan takbi yang menunjukkan kebesaran Allah hingga salam di akhir salat yang menandakan komitmen kedamaian untuk sesama.
Melansir laman Kementerian Agama RI, salat mengandung banyak nilai-nilai universial sehingga lebih dari sekadar ritual keagamaan. Ketika kamu mendirikan salat, kamu tidak hanya sedang berkomunikasi dengan Allah dan mengingat-Nya, tetapi kamu juga sedang belajar arti penting kedisiplinan, ketulusan, dan solidaritas.
Melalui salat, kamu diajarkan untuk memiliki komitmen terhadap kebaikan dan menjauhi perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam. Salat juga menjadi pengingat bahwa hubungan kamu dengan Allah tidak bisa dipisahkan dari hubungan kamu dengan sesama manusia.
Sebagai contoh, salam dalam gerakan akhir salat dapat dipahami sebagai simbol ajakan untuk menjalani hidup rukun, damai, dan harmonis dengan orang-orang di sekitarmu, apa pun latar belakang sosial mereka.
Bahkam, jika kamu lihat dari sudut pandang sosial, solat berjamaah pada dasarnya adalah wujud nyata dari sebuah persatuan. Orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul dalam satu barisan, tanpa memandang status sosial, ekonomi, pendidikan, atau suku. Nah, bukankah ini pesan yang sangat relevan untuk kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang majemuk?
Isra Mi’raj juga mengajarkan umat muslim untuk senantiasa merayakan keberagaman. Sebagai negara yang memiliki lebih dari 300 etnis dan beragam agama serta keyakinan, Indonesia merupakan miniatur dunia yang penuh warna. Namun, keberagaman ini hanya akan menjadi kekuatan yang solid jika semua orang mampu menjalani kehidupan dalam sebuah harmoni.
Dalam perjalanan Isra, Nabi Muhammad SAW sempat singgah di Masjidil Aqsa yang menjadi simbol persatuan para nabi dari berbagai bangsa kala itu. Hal ini menunjukkan bahwa keberagaman merupakan bagian dari rencana besar Sang Pencipta, Allah SWT. Kita semua diajarkan untuk saling menghormati, mampu belajar dari satu sama lain, dan bekerja sama demi kebaikan bersama.
Sementara itu, dalam konteks Indonesia yang majemuk, harmoni dalam keberagaman ini dapat diwujudkan melalui dialog-dialog antaragama, kerja sama sosial, dan juga toleransi. Berbicara sal toleransi, kosa kata ini berasal dari bahasa Latin “tolerare” yang artinya menahan diri, menghargai pendapat orang lain, bersikap sabar, dan berhati lapang terhadap orang yang berlainan pandangan.
Dalam Islam, toleransi beragama bukan untuk saling melebur dalam sebuah keyakinan. Toleransi juga bukan untuk saling bertukar keyakinan antar kelompok beragama. Toleransi dalam Islam lebih merujuk ke arah interaksi sosial atau kemampuan setiap pihak dalam mengendalikan diri maupun menyediakan ruang untuk saling menghargai keyakinannya masing-masing tanpa merasa keyakinan atau hak-haknya terancam.
Lebih lanjut, Isra Mi’raj juga mengajarkan pentingnya pemimpin yang adil dan juga bijaksana. Nabi Muhammad SAW sendiri telah memberikan teladan bagaimana seorang pemimpin harus mampu menjaga integritas moral, mampu mendengarkan aspirasi rakyatnya, dan berkomitmen pada kesejahteraan bersama. Nilai-nilai ini tentunya sangat relevan guna menjaga persatuan Indonesia dalam keberagaman.
Jadi, Isra Mi’raj bukan hanya peristiwa spiritual bagi umat Islam, tetapi juga menjadi sumber inspirasi untuk menjalani kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks negara majemuk seperti Indonesia, Isra Mi’raj mengingatkan kita semua untuk saling menjaga harmoni di tengah keberagaman.
Sebagai bangsa yang kaya akan budaya dan keyakinan, setiap manusia Indonesia memiliki tanggung jawab untuk saling menghormati dan bekerja sama demi mewujudkan masa depan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Jadi, mari kita jadikan momen Isra Mi’raj untuk saling mempererat persatuan.
Ingatlah bahwa keberagaman bukanlah suatu penghalang dan harus dipaksakan untuk sama. Namun keberagaman adalah kekayaan dunia ciptaan Allah SWT yang harus senantiasa dirawat.