Tanggal 27 Rajab kemarin, seluruh umat Islam baru saja memperingati Isra Mi’raj. Peristiwa tersebut merupakan salah satu yang paling penting dalam sejarah perkembangan Islam. Selain sebagai peristiwa sarat akan nilai-nilai sejarah, Isra Mi’raj juga memberikan pelajaran yang relevan dalam aspek keuangan, khususnya keuangan yang dianjurkan dalam agama Islam.
Sebelum membahas tentang kaitan Isra Mi’raj dan keuangan Islam, mari pelajari terlebih dahulu sejarah singkat Isra Mi’raj itu sendiri. Isra Mi’raj merupakan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Kota Mekah menuju ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Sesampainya di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanannya menuju ke Shidratul Muntaha, yakni langit ketujuh di mana beliau bertemu langsung dengan Allah SWT.
Dalam pertemuannya tersebut, Nabi Muhammad SAW menerima pesan langsung dari Allah SWT agar umat Islam menjalankan ibadah salat sebanyak lima waktu dalam satu hari. Awalnya, jumlah salat 70 kali hingga akhirnya menjadi lima kali setelah Nabi Muhammad SAW berpapasan dengan Nabi Musa AS di langit keenam.
Bila dipahami secara lebih mendalam, Isra Mi’raj tak hanya menjadi peristiwa diturunkannya perintah ibadah, tetapi juga sarat akan wawasan yang dapat diterapkan dalam kehidupan saat ini. Salah satunya adalah tentang prinsip-prinsip keuangan dan ekonomi dalam Islam.
Prinsip keuangan Islam atau syariah merupakan panduan yang diambil dari ayat-ayat suci Al-Qur’an dan Sunnah yang didasarkan pada nilai-nilai kemaslahatan, transparansi, dan keadilan. Sebelum membahas kaitan Isra Mi’raj dan penerapan prinsip keuangan Islam, berikut ini ada sejumlah prinsip utama yang menjadi fondasi dalam menjalankan aktivitas keuangan secara Islam.
Salah satu prinsip utama yang diterapkan dalam keuangan Islam adalah perintah untuk menghindari riba. Riba merupakan konsep yang sangat dilarang dalam Al-Quran. Hal ini lantaran riba dianggap merugikan pihak yang terlibat dalam transaksi keuangan, seperti kredit. Dengan larangan ini, lembaga-lembaga keuangan yang menerapkan prinsip keuangan Islam harus menjalankan aktivitas keuangan tanpa adanya unsur riba atau bunga karena dianggap merugikan dan tidak adil.
Prinsip kedua dalam keuangan Islam adalah kewajiban untuk menjalankan zakat. Zakat sendiri merupakan salah satu pilar dari lima rukun Islam dan menjadi kewajiban bagi setiap muslim yang mampu secara finansial. Melalui zakat, umat muslim diharapkan untuk bisa berbagi rezeki kepada mereka yang membutuhkan. Dengan begitu, tercipta distribusi ekonomi yang lebih merata dalam suatu kelompok masyarakat.
Keuangan Islam juga menekankan pentingnya transparansi dalam semua jenis transaksi. Transparansi merupakan prinsip yang mendorong bagi terciptanya keterbukaan informasi dan proses transaksi keuangan kepada semua pihak yang terlibat. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan keuangan sekaligus memastikan bahwa setiap transaksi dilakukan dengan prinsip jujur dan adil.
Islam juga menganjurkan bagi setiap umat muslim untuk bersikap adil dalam semua jenis transaksi. Keadilan sendiri merupakan nilai yang menjadi fondasi penting dalam setiap jenis kegiatan ekonomi dan keuangan. Dalam aspek keuangan Islam, keadilan dapat ditunjukkan melalui penerapan aturan dan prinsip yang adil bagi lembaga keuangan maupun nasabah yang terlibat dalam transaksi.
Dari penjelasan tentang prinsip keuangan Islam di atas, mungkin kamu sudah bisa mengaitkan hubungan antara Isra Mi’raj dan proses penerapan prinsip keuangan dalam Islam. Perlu diketahui bahwa Isra Mi’raj tidak hanya sarat akan makna-makna spiritual, tetapi juga memberikan pelajaran berharga untuk menerpakan prinsip-prinsip keuangan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Berikut penjelasannya:
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, salah satu prinsip utama dalam keuangan syariah adalah perintah untuk menghindari bunga atau riba. Sebab, riba adalah praktik yang dianggap tidak adil dan merugikan dalam transaksi keuangan. Riba juga dilarang secara tegas dalam Al-Qur’an sehingga umat muslim dianjurkan untuk sangat menjauhinya.
Lantas, apa hubungannya dengan peristiwa Isra Mi’raj? Peristiwa tersebut pada dasarnya menjadi momentum untuk memperkuat komitmen para umat Islam untuk menghindari riba dan menggantinya dengan prinsip ta’awun atau kemitraan dalam transaksi keuangan.
Isra Mi’raj juga menyoroti pentingnya melakukan zakat dan sedekah dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi, khususnya bagi umat Islam. Zakat sendiri merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu. Mereka diharuskan untuk menyisihkan sebagian dari harta mereka dan memberikannya kepada yang mereka membutuhkan.
Sementara itu, sedekah merupakan tindakan sukarela dengan cara memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan. Dengan menerapkan zakat dan sedekah, umat Islam diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil secara ekonomi.
Isra Mi’raj juga sarat akan hikmah bagi umat muslim terkait pentingnya menjalankan transaksi ekonomi secara transparan dan adil. Nabi Muhammad SAW secara tegas memerintahkan umat Islam untuk menghindari tujuh dosa besar, salah satunya adalah bunga atau riba dan diganti dengan prinsip kemitraan yang transparan dan adil.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjalankan kegiatan ekonomi dan keuangan secara jujur dan adil. Dengan begitu, semua pihak yang terlibat dalam transaksi ekonomi tak ada yang merasa dirugikan karena transaksi dijalankan dengan penuh keadilan dan transparansi.
Jadi, perayaan Isra Mi’raj bukan hanya untuk mengenang perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini juga menjadi momen refleksi umat Islam masa kini terkait kegiatan ekonomi dan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, seperti menghindari riba, mengutamakan transparansi, dan keadilan. Dengan begitu, umat Islam dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera secara ekonomi.