Apakah kamu sekarang bekerja untuk memenuhi kebutuhan orang tua, saudara, dan diri kamu sendiri? Jika iya, mungkin kamu termasuk dalam apa yang disebut dengan “generasi sandwich.” Istilah ini menggambarkan bagaimana individu yang terhimpit di antara dua generasi yang membutuhkan dukungan finansial, yakni orang tua yang menua dan saudara atau anak-anak yang masih bergantung.
Situasi semacam ini tentu sangatlah menantang dan bahkan bisa menimbulkan tekanan emosional serta finansial. Namun, mungkinkah untuk bisa keluar dari posisi ini? Simak selengkapnya dalam pembahasan berikut ini.
Menjadi bagian dari generasi sandwich tentu bukanlah hal yang mudah. Kamu dihadapkan pada tuntutan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup tiga generasi sekaligus. Berdasarkan survei dari DataIndonesia.id pada 2023, sekitar 46,3% generasi Z dalam posisi ini. Dari jumlah tersebut, 73,38% mengungkapkan merasa bersalah jika tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga dan sekitar 66,19% merasa khawatir akan masa depan mereka sendiri.
Tekanan ini tak hanya berdampak pada kondisi finansial, tetapi juga pada kesehatan mental. Sementara itu, survei lain yang dilakukan oleh Tirto.id bersama Jakpat mengungkapkan bahwa mayoritas generasi sandwich merasakan adanya dampak negatif terhadap kondisi kesehatan mental mereka.
Di samping itu, sebanyak 38% responden generasi Z yang saat ini berada di usia produktif merasa bahwa menjadi generasi sandwich bisa memengaruhi kemampuan mereka dalam bekerja. Bahkan kondisi ini bisa memengaruhi peluang mereka untuk mengejar karier atau bahkan pendidikan lebih lanjut.
Lebih lanjut, Tirto.id juga menunjukkan bahwa sebanyak 40% generasi sandwich di Indonesia tidak memiliki dana darurat. Padahal, dana darurat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan mendadak, seperti terkena PHK, kebutuhan dana medis, hingga memperbaiki rumah. Generasi sandwich yang tidak memiliki dana darurat menunjukkan betapa rentannya posisi mereka sehingga sulit guna menghadapi situasi tak terduga yang memerlukan biaya tambahan.
Menjadi generasi sandwich adalah kondisi yang sulit tetapi bukan berarti kamu bisa keluar dari lingkaran ini. Ada beberapa langkah yang bisa kamu pertimbangkan untuk meringankan beban dan pada akhirnya benar-benar bisa keluar dari lingkaran generasi sandwich. Berikut di antaranya:
Langkah pertama yang paling penting adalah belajar membuat perencanaan keuangan yang matang. Kamu bisa memulainya dengan mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran secara rinci. Dengan demikian, kamu bisa mengetahui mana pos pengeluaran yang harus dipangkas dan bagaimana sisa dana pangkasan tersebut bisa dialokasikan secara lebih efektif.
Kamu bisa membuat pengaturan anggaran ini secara bulanan. Tujuannya tak lain adalah untuk membantu kamu mengendalikan pengeluaran dan memastikan semua kebutuhan utama bisa terpenuhi.
Dana darurat sangat penting bagi siapa pun, terutama buat kamu yang berada di posisi generasi sandwich. Keadaan darurat seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau kebutuhan tak terduga yang kamu alami sendiri atau mungkin keluarga yang menjadi tanggungan kamu bisa terjadi kapan saja.
Melansir laman Media Keuangan Kemenkeu, idealnya jumlah dana darurat untuk yang masih single dan tidak memiliki tanggungan adalah sebesar 3-6 kali pengeluaran bulanan. Namun untuk yang sudah berkeluarga, termasuk menjadi generasi sandwich, jumlahnya harus dinaikkan, yakni 6-12 kali pengeluaran bulanan.
Ada banyak cara untuk bisa mengumpulkan dana darurat:
Investasi bukan hanya untuk mereka yang sudah mapan. Siapa pun bisa mulai berinvestasi, bahkan dengan modal minim. Investasi bisa menjadi salah satu cara untuk membangun kekayaan dan memastikan kamu memiliki pendapatan tambahan di samping dari pekerjaan utama.
Ada banyak pilihan investasi yang bisa kamu pertimbangkan, seperti emas, reksa dana, saham, obligasi, hingga properti. Mulai investasi sejak dini akan sangat membantu kamu dalam mencapai kebebasan finansial dan keluar dari lingkaran generasi sandwich.
Beban finansial kerap kali bertambah ketika membutuhkan biaya medis yang tinggi. Guna mengantisipasi hal ini, pastikan kamu dan keluargamu memiliki perlindungan asuransi yang memadai. Untuk asuransi kesehatan, kamu bisa memanfaatkan program dari pemerintah seperti BPJS Kesehatan guna menghindari pengeluaran besar jika tiba-tiba membutuhkan perawatan medis.
Selain itu, kamu juga bisa mempertimbangkan asuransi jiwa untuk memberikan perlindungan finansial bagi orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Dengan memiliki asuransi, maka kamu bisa mengurangi risiko beban finansial akibat biaya kesehatan yang mahal.
Salah satu alasan mengapa seseorang bisa terjebak dalam lingkaran generasi sandwich adalah karena mereka harus menopang kebutuhan orang tua dan anak atau saudara mereka yang masih kecil. Oleh sebab itu, penting sekali untuk mulai mendorong kemandirian finansial di kedua sisi.
Untuk orang tua yang masih sehat dan mampu mencari nafkah sendiri, diskusikan dengan mereka terkait beban finansial yang kamu alami. Dorong mereka untuk bisa mencari penghasilan sendiri seperti usaha kecil. Kamu juga bisa memberi mereka asuransi kesehatan agar tidak terlalu bergantung pada anak-anaknya.
Sementara itu, untuk anak atau adik yang akan memasuki usia produktif, ajarkan mereka tentang pentingnya menabung dan belajar mengelola keuangan sejak dini. Biasakan mereka untuk bisa bertanggung jawab atas uang saku dan membedakan mana yang termasuk kebutuhan dan keinginan.
Selain beberapa tips di atas, salah satu cara untuk keluar dari jerat generasi sandwich adalah dengan mencari penghasilan tambahan atau meningkatkan pemasukan bulanan. Pasalnya, banyak generasi sandwich yang mengeluhkan bahwa mereka tidak bisa memiliki tabungan karena gaji mereka habis untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Satu-satunya jalan keluar dari jerat ini tentu saja adalah dengan mencari penghasilan tambahan atau mencari pekerjaan baru yang memberikan gaji lebih besar. Selain itu, kamu juga bisa terbuka dengan keluarga bahwa kamu tidak bisa selamanya menjadi pihak yang harus menanggung semua beban finansial keluarga.
Jika kamu memiliki saudara yang sudah bekerja, diskusikan dengan mereka agar ikut membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Jika orang tuamu masih bisa bekerja sendiri, ungkapkan pada mereka bahwa mereka tidak bisa terus-menerus bergantung pada keuangan kamu. Terkadang, jujur memang menyakitkan, tetapi menjadi generasi sandwich justru jauh lebih menyakitkan sebab sebagai individu, tentu kamu juga memiliki mimpi yang ingin kamu capai dengan penghasilan yang kamu dapatkan.