Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang telah menyaksikan pesatnya perkembangan sektor teknologi finansial atau financial technology (fintech) dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia dan dengan pengguna internet tertinggi, Indonesia menawarkan pasar yang bisa dibilang relatif luas dan dinamis untuk perkembangan fintech.
Fintech hadir sebagai salah satu bentuk inklusi di sektor keuangan karena telah menjangkau berbagai lapisan masyarakat yang sebelumnya belum terjangkau oleh layanan keuangan konvensional. Di masa depan, fintech tak hanya akan mengubah cara orang dalam melakukan transaksi, tetapi juga akan memainkan peran krusial dalam meningkatkan inklusi keuangan dan memperkuat pasar ekonomi digital.
Perkembangan fintech di Indonesia telah berjalan relatif cepat dan dinamis. Pada awal kemunculannya, fintech di Tanah Air hanya fokus pada layanan pembayaran online sebagai bentuk respons terhadap meningkatnya transaksi melalui e-commerce atau marketplace.
Sebagai contoh, startup seperti Xendit berkontribusi dalam menyempurnakan arus pembayaran sekaligus menyediakan ekosistem pembayaran bagi perusahaan rintisan tingkat lokal maupun regional. Di samping itu, dompet digital seperti seperti DANA, OVO, dan GoPay telah merevolusi cara masyarakat melakukan transaksi sehari-hari sehingga menjadi lebih mudah dan efisien.
Platform pinjaman online (pinjol) juga termasuk salah satu bentuk fintech yang hadir sebagai solusi untuk mengatasi kesenjangan akses perbankan di Tanah Air. Menurut data, lebih dari 50% penduduk dewasa di Indonesia belum memiliki rekening bank atau memiliki akses perbankan yang masih terbatas.
Startup seperti Julo misalnya, menawarkan layanan kredit bergulir guna memenuhi kebutuhan pasar di Asia Tenggara. Selain itu, ada lagi solusi perbankan digital untuk startup dan UKM, seperti KoinWorks dengan model bisnis perbankan digital yang sebelumnya adalah peer-to-peer lending. Ada pula platform fintech pembiayaan properti seperti Danasyariah yang menggunakan skema syariah untuk pembiayaan kepemilikan properti.
Selain itu, sektor perdagangan saham dan manajemen aset online juga mengalami perkembangan pesat. Platform seperti Bibit dan Stockbit misalnya, keduanya mampu menarik perhatian kawula muda dengan menawarkan layanan robo-advisory dan e-trading yang aman dan mudah diakses.
Lanskap fintech di Indonesia menawarkan banyak peluang yang bisa dieksplorasi. Salah satu sektor yang memiliki potensi relatif besar adalah kartu kredit. Meskipun penggunaan kartu kredit masih tergolong rendah, sejarah menunjukkan bahwa seiring dengan berkembangnya ekonomi, penggunaan kartu kredit justru cenderung mengalami peningkatan.
Di samping itu, konsep BNPL (Buy Now Pay Later) juga akhir-akhir ini berkembang dengan pesat. Menurut data, popularitasnya mulai tumbuh sejak 2020 seiring dengan populernya platform e-commerce atau marketplace. Konsep ini diprediksi akan berkembang pesat di masa depan yang menunjukkan potensi besar dalam sektor fintech.
Di samping itu, masifnya adopsi platform pembayaran digital juga menyederhanakan transaksi dan mendorong terjadinya perubahan aktivitas keuangan konvensional menjadi berbasis online. Penggunaan QRIS dan e-wallet juga telah meningkat selama pandemi COVID-19 dan masih terus mengalami pertumbuhan hingga sekarang. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap pembayaran digital makin meningkat dan sektor fintech memiliki masa depan yang cerah di Indonesia.
Lebih lanjut, jenis produk fintech makin bervariasi. Beberapa perusahaan menawarkan layanan untuk mengatur pengiriman uang ke berbagai bank domestik hingga mancanegara, manajemen arus kas, pembiayaan kepemilikan properti, permodalan usaha untuk toko kelontong, dan masih banyak lagi. Tentunya, produk fintech akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Meskipun fintech mengalami perkembangan yang cukup menjanjikan, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh sektor ini. Salah satu tantangan utamanya adalah meningkatnya biaya dana akibat peningkatan suku bunga dan meningkatnya jumlah pinjaman bermasalah.
Menurut data dari McKinsey & Company, biaya dana yang meningkat membuat margin perusahaan fintech mengalami tekanan. Misalnya, margin perusahaan fintech adalah 10% di tahun 2021, kemudian menurun menjadi 8% pada tahun 2022.
Regulasi ini juga menjadi tantangan signifikan bagi perkembangan fintech di Tanah Air. Pasalnya, regulasi pemerintah belum mampu mengimbangi pesatnya perkembangan teknologi fintech. Hal inilah yang membuat banyak fintech terhambat. Regulasi yang dianggap terlalu ketat dan fungsi pengawasan yang belum optimal menghambat terjadinya inovasi dan pertumbuhan di sektor fintech.
Selain itu, kesenjangan antara literasi dan inklusi keuangan juga menjadi tantangan yang menghambat perkembangan sektor fintech. Data dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 menunjukkan adanya kesenjangan antara literasi dan inklusi keuangan pada platform fintech mencapai sekitar 8,3%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak individu yang sudah mengetahui layanan fintech hanya saja masih membutuhkan lebih banyak informasi valid untuk bisa mengaksesnya dengan aman. Kesenjangan ini juga memperlihatkan tingginya risiko terkait dengan pinjaman online ilegal yang merugikan banyak masyarakat.
Fintech di Indonesia bisa dikatakan memiliki masa depan yang cukup cerah seiring dengan terus berkembangnya teknologi. Perkembangan sektor keuangan digital ini telah membawa banyak perubahan krusial dalam cara masyarakat bertransaksi sekaligus mengelola keuangan mereka. Namun untuk benar-benar mencapai potensi dari sektor ini, tantangan seperti regulasi yang sesuai dengan perkembangan fintech, biaya dana yang efisien, dan peningkatan literasi serta inklusi keuangan harus diatasi.
Guna mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, sekaligus masyarakat untuk menciptakan infrastruktur fintech yang inklusif dan mampu bertahan lama.
Inisiatif seperti inovasi dari para pemain fintech hingga Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLIK) dapat membantu mengikis kesenjangan ekonomi masyarakat. Ditambah dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia tentunya bisa menjadi salah satu pemimpin berpengaruh dalam sektor fintech di kawasan Asia Tenggara atau bahkan Asia secara keseluruhan.