Media Sosial dan Kesehatan Mental: Kawan atau Lawan?

Media sosial dan kesehatan mental punya relasi yang kompleks. Pasalnya, banyak masalah mental yang ternyata disebabkan oleh penggunaan media sosial.
Sumber : Pexels

Hidup di era sekarang ini, media sosial sudah seperti bagian penting dalam kehidupan mayoritas masyarakat global. Kamu sendiri mungkin sudah terbiasa membuka Instagram saat bangun tidur, scrolling TikTok sebelum tidur, atau berkirim pesan lewat WhatsApp sepanjang hari. 

Hanya saja, di balik konektivitas, hiburan, dan kenyamanan yang ditawarkan, media sosial kerap disebut sebagai penyebab dari banyak masalah mental. Namun ada juga yang menyebut media sosial sebagai wadah untuk saling mendukung kesehatan mental. Lantas mana yang benar? Tentunya ini bukan soal benar atau salah mengingat hubungan antara media sosial dan kesehatan mental tidak sesederhana itu.

Tren Penggunaan Media Sosial di Indonesia

Kesehatan Mental
Sumber : Pexels

Sebelum membahas dampak media sosial terhadap kesehatan mental, mari kita tengok dulu seberapa besar peran media sosial di Indonesia.

Menurut laporan terbaru dari Databoks Katadata 2024 yang dikutip oleh RRI, ada sekitar 191 juta pengguna media sosial di Indonesia atau setara dengan 73,7% dari total populasi. Dari jumlah itu, sekitar 167 juta di antaranya adalah pengguna aktif. Sementara itu, platform yang paling sering digunakan adalah:

  • YouTube (139 juta pengguna)
  • Instagram (122 juta)
  • Facebook (118 juta)
  • WhatsApp (116 juta)
  • TikTok (89 juta)

Lebih lanjut, laporan dari Katadata menyebutkan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu di media sosial hingga 3 jam 14 menit per hari dan 81% dari mereka mengaksesnya setiap hari. Data juga menunjukkan bahwa pengguna aktif didominasi oleh kelompok usia 18-34 tahun dengan proporsi perempuan (51%) dan laki-laki (48,7%).

Melihat angka-angka tersebut dapat disimpulkan bahwa media sosial bukan tren semata, tetapi sudah menjadi gaya hidup.

Media Sosial dan Kesehatan Mental: Hubungan yang Sangat Rumit

Media sosial memang menjadi ruang bagi banyak orang untuk berekspresi, mencari informasi, berbagi opini, membangun relasi, dan bahkan mencari sesuap nasi. Namun media sosial juga ada sisi gelapnya terutama jika digunakan secara berlebihan.

Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2024) dan dikutip dalam artikel di laman Psikologi UNAIR, menunjukkan bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam sehari cenderung mudah mengalami masalah kesehatan mental, seperti kecemasan sosial dan merasa rendah diri.

Sementara itu, studi yang dilakukan oleh Primack et al., (2017) juga menunjukkan bahwa penggunaan media sosial sangat erat kaitannya dengan peningkatan masalah kecemasan dan depresi pada remaja. Lantas, apa yang menyebabkan ini semua?

Salah satu penyebab utama masalah mental karena media sosial adalah perbandingan sosial. Kamu sendiri mungkin pernah merasa minder setelah melihat influencer seumuran kamu yang terlihat selalu bahagia, punya karier mapan, dan hal menarik lainnya.

Padahal, apa yang kamu lihat di media sosial mayoritas hanyalah potongan-potongan terbaik dari kehidupan seseorang, bukan gambaran utuh. Tanpa kamu sadari, kamu mulai mempertanyakan self worth kamu sendiri karena merasa tidak sehebat atau sesukses orang lain.

Bukan hanya itu saja, cyberbullying juga menjadi salah satu ancaman serius di ranah media sosial, khususnya bagi remaja. Banyak penelitian menyebutkan bahwa korban perundungan secara online bisa mengalami stres berat, trauma, bahkan depresi. Ironisnya, banyak yang menganggap perundungan di media sosial sebagai hal biasa dan risiko bermain media sosial karena pada dasarnya orang tidak bisa mengontrol reaksi orang lain. Anggapan inilah yang membuat cyberbullying sulit dihilangkan.

Tanda-Tanda Media Sosial Berdampak Buruk pada Mental

Kesehatan Mental
Sumber : Pexels

Media sosial pada dasarnya hanya platform. Namun para penggunanya dan konten-konten di dalamnya bisa memengaruhi pikiran dan perasaanmu secara negatif. Dampaknya memang tidak langsung terlihat, tetapi datang secara halus dan tanpa kamu sadari. Maka dari itu, kamu perlu mengenali sejak dini beberapa tanda bahwa media sosial mulai mengganggu kesehatan mentalmu:

1. Kecanduan yang diam-diam menguras energi

Apakah kamu sering merasa gelisah jika tidak membuka media sosial dalam beberapa jam? Atau mungkin kamu secara otomatis membuka Instagram atau platform media sosial lainnya padahal tidak ada notifikasi? Kalau iya, berarti kamu sudah kecanduan. Kondisi seperti ini bisa memengaruhi fokus, produktivitas, dan bahkan relasi sosialmu di dunia nyata.

2. FOMO (Fear of Missing Out)

Akhir-akhir banyak sekali tren baru bermunculan di media sosial. Tren-tren ini menciptakan fenomena FOMO yang membuat para pengguna merasa cemas, takut, dan ketinggalan jika tidak mengikuti tren tersebut. Akibatnya, banyak orang memaksakan diri, termasuk memaksakan isi dompet mereka, hanya untuk mengikuti tren yang sebenarnya tidak sesuai dengan kondisi mereka saat ini. Semuanya hanya demi pengakuan.

3. Gangguan tidur

Kamu sering begadang hingga larut malam hanya demi scroll TikTok atau X? Kalau iya, nggak perlu heran kalau kamu susah tidur, gampang emosi, susah fokus, dan lain sebagainya. Pasalnya, kamu terlalu sering terpapar cahaya biru dari ponsel dan cahaya ini bisa mengacaukan ritmu tidurmu. Alhasil, kualitas istirahatmu menurun drastis.

4. Merasa selalu “kurang”

Ketika kamu terlalu sering bermain media sosial dan melihat konten-konten yang menunjukkan keberhasilan orang lain, kamu mungkin akan merasa hidupmu saat ini “kurang”. Emosi-emosi negatif seperti rasa minder, iri, dan kehilangan kepercayaan diri bisa tumbuh dari kecenderungan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Bijak Bermedia Sosial: Cara untuk Jaga Kesehatan Mental

Setelah mengenali tanda-tanda bahwa media sosial bisa berdampak buruk terhadap kondisi mental, langkah selanjutnya adalah belajar menggunakannya dengan bijak.

Kamu tidak harus meninggalkan media sosial sepenuhnya. Pasalnya, banyak dari kamu menggunakan media sosial untuk bekerja dan mencari sesuap nasi. Namun penting sekali untuk bisa membatasi penggunaannya secara sadar. Misalnya, kamu bisa membuat jadwal khusus untuk membuka media sosial dan hindari scrolling sebelum tidur.

Bukan hanya itu saja, kamu juga bisa mulai mengatur siapa saja yang ingin kamu ikuti. Upayakan untuk mengikuti akun-akun yang positif saja, bukan yang membuat kamu merasa selalu kurang atau tertekan.

Jangan ragu juga untuk mute atau unfollow akun-akun yang bikin kamu stres, termasuk teman sendiri. Selain itu, usahakan untuk lebih terhubung dengan dunia nyata, seperti ngobrol dengan orang terdekat, jalan santai di luar rumah, atau melakukan hobi yang tidak berhubungan dengan teknologi.

Ingat, media sosial bukanlah musuh, tetapi juga bukan sahabat yang bisa selalu kamu percaya. Semuanya tergantung pada bagaimana kamu menggunakannya. Kalau kamu menggunakannya dengan bijak, media sosial bisa menjadi wadah untuk terhubung, belajar, dan berkembang. Jadi, kamu tak harus meninggalkan media sosial secara total. Namun kamu bisa mulai belajar menggunakannya secara lebih sadar. Sebab, pada akhirnya, kesehatan mentalmu jauh lebih berharga dibanding jumlah likes atau views di layar ponselmu.

Leave a Reply