Bagi orang dewasa yang mulai memiliki penghasilan stabil, biasanya mereka mulai berpikir “mending beli rumah atau mobil dulu?” Keduanya jelas bukan aset yang murah. Rumah misalnya, aset fisik ini bukan sekadar tempat tinggal tetapi juga menjadi simbol pencapaian hidup di banyak budaya. Sementara itu, mobil menawarkan kenyamanan mobilitas.
Namun, jika dana kamu saat ini masih terbatas dan hanya bisa memilih salah satu saja, keputusan ini jelas bisa sangat membingungkan. Kalau salah ambil pilihan, dampaknya bisa sangat besar terhadap kondisi finansial kamu di masa depan.
Sebelum kamu menentukan pilihan final, ada baiknya kita bahas terlebih dahulu beberapa hal mendasar yang bisa kamu jadikan bahan pertimbangan.
Satu fakta utama yang wajib kamu tahu, yakni rumah adalah aset yang nilainya terus mengalami kenaikan. Sementara itu, nilai mobil justru akan menyusut seiring berjalannya waktu.
Kita semua tahu bahwa harga rumah cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun, bahkan saat kondisi ekonomi nasional maupun global sedang tidak baik. Jadi, ketika kamu membeli rumah tahun ini, besar kemungkinan nilainya akan melonjak dalam 5-10 tahun ke depan. Berbeda dengan mobil, kendaraan ini nilainya akan langsung anjlok begitu keluar dari dealer. Bahkan, nilainya bisa turun sekitar 15-20% pada tahun pertama setelah pembelian.
Jadi, kalau kamu fokus pada investasi jangka panjang, rumah jelas pilihan yang utama.
Di Indonesia, harga rumah memang jauh lebih mahal dari mobil. Akan tetapi, jika kita berbicara soal biaya perawatan, justru rumah bisa lebih hemat.
Seperti yang kita ketahui, mobil digunakan untuk mobilitas sehari-hari. Otomatis, membutuhkan biaya perawatan seperti servis rutin setidaknya 6 bulan sekali. Belum lagi, kamu juga harus membayar asuransi, perpanjang STNK, isi bahan bakar, dan bahkan menanggung biaya parkir. Selain itu, kalau usia mobil makin tua, biaya servisnya juga makin besar.
Berbeda dengan rumah, kamu hanya perlu membayar pajak tahunan dan melakukan renovasi sesuai dengan kondisi rumah, seperti cat ulang, perbaikan atap, serta perbaikan kecil lainnya. Di samping itu, renovasi kecil bisa kamu lakukan sendiri secara bertahap dan hasilnya bisa meningkatkan nilai rumah itu sendiri jika kamu berencana untuk menyewakan atau menjualnya.
Jadi, meskipun beli rumah awalnya memang terasa berat, biaya perawatan dan pengeluaran lainnya justru lebih bisa dikendalikan.
Punya rumah bisa menjadi sumber pendapatan tambahan. Kalau kamu belum berniat menempatinya, rumah bisa kamu kontrakkan atau dijadikan kos-kosan. Dengan cara ini, kamu bisa mendapatkan passive income yang menguntungkan.
Mobil memang bisa juga dimanfaatkan untuk mencari pendapatan tambahan, seperti menjadi driver transportasi online. Namun, jangan lupa, biaya operasionalnya juga tidak kecil loh. Banyak orang yang akhirnya harus menggunakan penghasilan tambahannya hanya untuk menutup biaya bahan bakar dan servis mobil.
Maka, dalam jangka panjang, rumah memiliki potensi yang lebih besar untuk dijadikan aset produktif. Lalu, apakah artinya, kamu tidak boleh membeli mobil dulu dan harus mengutamakan rumah?
Jawabannya tergantung pada kebutuhan, kondisi finansial, dan rencana hidup kamu. Coba kamu tanyakan beberapa hal berikut ini pada diri kamu sendiri sebelum mengambil keputusan akhir.
Kalau kamu masih tinggal bersama orang tua, lajang, dan tidak ada kebutuhan mendesak yang mengharuskan kamu untuk punya rumah sendiri, mungkin membeli mobil bisa jadi opsi sementara. Selain itu, kalau keluarga kamu belum ada mobil dan orang tua kesulitan untuk melakukan mobilitas keluar rumah bersama, mobil bisa jadi opsi utama.
Akan tetapi, kalau kamu sudah menikah atau mungkin masih lajang dan ingin belajar hidup mandiri, tentu rumah harus jadi prioritas utama. Hanya saja, pastikan kondisi finansial kamu mendukung keinginanmu tersebut. Tidak ada yang mengharuskan kamu untuk bisa punya rumah sendiri pada usia 20-an awal. Mantan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono melalui Detik.com bahkan pernah bercerita bahwa beliau baru punya rumah sendiri di usia 41 tahun.
Kalau kamu butuh mobil karena aktivitas harianmu tidak bisa dijangkau oleh transportasi umum atau karena harus berpergian jauh secara rutin, beli mobil bisa menjadi keputusan yang tepat. Namun, kalau kamu membeli mobil hanya karena alasan kenyamanan atau gengsi padahal sudah ada motor, ada baiknya tunda dulu. Lagi pula, saat ini sudah banyak layanan sewa mobil dan transportasi online yang nyaman dan terjangkau.
Baik membeli rumah maupun mobil, keduanya sama-sama membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kalau kamu membeli rumah dengan program KPR, otomatis kamu harus menyiapkan DP dan memiliki komitmen cicilan jangka panjang. Namun, pada akhirnya, nilainya tetap sebanding.
Di sisi lain, mobil bisa dicicil dalam jangka pendek dan DP-nya relatif lebih ringan. Pun, kamu bisa membeli mobil second secara cash. Namun, kamu tentunya harus siap dengan pengeluaran rutin bulanan yang tidak sedikit.
Kembali lagi soal KPR, kamu juga harus mempertimbangkan suku bunga dan kenaikan angsuran tahunan. Jadi, kalau memang kamu belum memiliki dana darurat dan penghasilan yang stabil, pilih yang ringan terlebih dahulu.
Kalau kamu berencana membeli rumah atau mobil secara kredit, perhatikan skor kreditmu terlebih dahulu. Pasalnya, lembaga keuangan akan melihat kondisi keuanganmu, apakah sebelumnya kamu pernah gagal bayar pinjaman atau tidak.
Nah, untuk bisa mendapatkan KPR, kamu harus memiliki skor kredit yang baik dan penghasilan stabil. Kalau skor kreditmu belum memenuhi syarat termasuk jika belum pernah menggunakan layanan kredit, mungkin beli mobil secara kredit bisa menjadi pilihan awal.
Jadi, mending beli rumah atau mobil dulu? Jawabannya tergantung. Kalau kamu melihat dari sisi nilai aset, potensi passive income, dan pengeluaran jangka panjang, jelas rumah lebih unggul. Pasalnya, rumah tidak hanya bisa dijadikan tempat tinggal, tetapi juga aset yang bisa dijadikan sumber penghasilan atau warisan.
Akan tetapi, keputusan akhir tetap ada di tangan kamu sendiri. Pastikan kamu mempertimbangkan semuanya, utamanya melihat kondisi keuangan. Ingat, jangan melakukan pembelian hanya berdasar emosi atau keinginan sesaat. Kuncinya adalah utamakan kebutuhan, bukan keinginan.