Keuangan merupakan salah satu aspek yang tak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan manusia modern. Hampir setiap hari kita semua berurusan dengan keuangan, mulai dari keuangan pribadi hingga bisnis. Sebab itu, setiap orang pada dasarnya harus memiliki literasi keuangan yang baik. Lantas, apa itu literasi keuangan? Simak seluk-beluknya dalam ulasan berikut ini.
Secara umum, literasi keuangan adalah pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan masyarakat untuk dapat memahami sekaligus mengelola segala aspek keuangan. Tujuannya adalah untuk mewujudkan stabilitas dalam finansial.
Selain itu, literasi keuangan juga ditujukan untuk mendorong terciptanya keyakinan masyarakat dalam berhubungan dengan berbagai lembaga keuangan sekaligus menggunakan produk atau layanan di dalamnya.
Sementara itu, Investopedia mendefinisikan literasi keuangan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan berbagai keterampilan finansial secara efektif. Tak hanya soal manajemen keuangan pribadi, tetapi kemampuan ini juga mencakup hal mengelola anggaran dan investasi.
Investopedia juga menyebutkan bahwa bila tingkat literasi keuangan seseorang rendah, maka hal itu dapat mengakibatkan dampak buruk terhadap kondisi keuangan. Contohnya seperti penumpukan utang, kebangkrutan, catatan kredit buruk, dan lain sebagainya.
Makin tinggi tingkat literasi keuangan seseorang, makin kompleks pula kebijakan keuangan yang bisa diterapkan. Dalam hal ini, literasi keuangan menjadi pendekatan penting dalam membantu merencanakan strategi keuangan yang matang. Sebab, manfaat literasi keuangan akan terasa dalam jangka panjang.
Dengan pemahaman keuangan yang baik, seseorang dapat memperbaiki kondisi finansial pribadi maupun bisnis yang dijalankan. Literasi keuangan juga menjadi salah satu kunci utama bagi setiap individu untuk membuat keputusan cerdas terkait tabungan dan investasi.
Dengan demikian, literasi keuangan lebih dari sekadar konsep. Namun, literasi keuangan adalah alat penting yang dapat membekali individu dengan pemahaman dan keterampilan dalam mengelola serta merencanakan segala aspek finansial dalam hidup mereka.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengkategorikan literasi keuangan menjadi empat tingkatan. Masing-masing tingkat mencerminkan seberapa paham individu mengenai konsep keuangan. Dengan mengetahui tingkatan ini, kita dapat menilai sejauh mana kemampuan kita dalam memahami dan mengelola keuangan pribadi maupun bisnis.
Tingkat literasi not literate mengindikasikan bahwa seseorang memiliki pemahaman yang terbatas mengenai konsep dasar keuangan. Pada tahap ini, kemungkinan besar individu baru mengenal apa itu tabungan, bunga, dan metode bertransaksi secara umum. Selain itu, mereka juga masih ragu dalam menghadapi berbagai produk dan layanan keuangan terbaru yang umumnya lebih kompleks.
Tingkat less literate menunjukkan bahwa seseorang memiliki tingkat pengetahuan keuangan yang lebih baik. Pada tingkat ini, individu kemungkinan sudah mengerti lebih dalam apa itu investasi, risiko keuangan, hingga dampak inflasi terhadap daya beli masyarakat. Pemahaman semacam ini memungkinkan mereka untuk bisa membuat keputusan finansial yang lebih rasional—khususnya keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan investasi jangka pendek.
Di tingkat sufficient literate, individu sudah memiliki pemahaman yang cukup mengenai konsep keuangan yang lebih rumit. Umumnya, mereka sudah memahami pentingnya aspek-aspek keuangan, seperti diversifikasi investasi guna mengurangi risiko.
Mereka juga sudah memiliki wawasan mengenai perencanaan pensiun yang lebih efektif. Dalam hal ini, mereka sudah memiliki kemampuan yang mumpuni untuk merencanakan masa depan finansial secara lebih matang dan efisien.
Well literate adalah tingkatan literasi keuangan paling tinggi yang mana mengindikasikan tingkat pengetahuan yang lebih komprehensif. Orang dengan tingkat literasi tinggi mampu memahami produk dan layanan keuangan yang lebih kompleks, seperti berbagai macam instrumen investasi.
Individu pada tingkat literasi ini juga cenderung memiliki kemampuan analitis keuangan yang baik. Khususnya kemampuan dalam membuat keputusan finansial yang rumit, seperti mengelola portfolio investasi dengan berbagai jenis strategi.
Menurut hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022, indeks literasi keuangan Indonesia menyentuh angka 49,68%. Nilai ini meningkat sebanyak lebih dari 10% dari tahun 2019, yakni sebesar 38,03%.
Untuk mengetahui tingkat literasi keuangan, maka perlu yang namanya indikator literasi keuangan. Melansir laman Australian Securities & Investment Commission, ada sejumlah tolak ukur yang bisa digunakan untuk mengetahui tingkat literasi keuangan. Adapun tolak ukur yang dimaksud antara lain:
Literasi keuangan pada dasarnya dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkannya, ada beberapa aspek yang perlu diketahui. Berikut beberapa aspek literasi keuangan menurut pendapat para ahli:
Berikut lima aspek utama dalam literasi keuangan menurut Nababan dan juga Sadalia:
Sementara itu, menurut Chen dan Volpe, ada empat aspek utama dalam penilaian tinggi rendahnya literasi keuangan individu. Adapun aspek yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Pada dasarnya, literasi keuangan adalah keterampilan penting yang seyogianya perlu diupayakan oleh setiap individu. Dengan melek soal finansial, maka setiap individu mampu mengatasi setiap tantangan keuangan modern. Dengan literasi keuangan pula, individu memiliki fondasi yang kuat untuk membuat berbagai jenis keputusan finansial secara cerdas.