Pendidikan Karakter di Indonesia Masih Minim, Ini Dampaknya

Pendidikan karakter di Indonesia masih terbilang sangat minim. Dampaknya jelas tidak main-main, salah satunya adalah rendahnya integritas individu.

Buat kamu yang termasuk generasi milenial dan gen Z sebelum tahun 2000-an, mungkin kamu pernah merasa khawatir dengan generasi muda Indonesia saat ini. Kekhawatiran ini tak hanya merujuk soal kecerdasan akademik, tetapi juga soal moral dan etika mereka.

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, pendidikan karakter menjadi aspek yang sangat krusial. Sayangnya, pendidikan karakter masih belum menjadi prioritas di banyak institusi pendidikan di Indonesia. Akibatnya, kita sering melihat banyak masalah sosial yang sebenarnya dapat dicegah.

Apa Itu Pendidikan Karakter?

Pendidikan karakter

Secara umum, pendidikan karakter adalah sebuah proses pembentukan nilai, moral, dan etika yang menjadi landasan bagi setiap orang dalam berperilaku. Menurut Thomas Lickona, pendidikan karakter ditujukan untuk membantu individu dalam memahami, mencintai, dan melakukan kebaikan.

Dengan kata lain, pendidikan karakter bukan hanya soal mengajarkan apa yang dianggap benar oleh masyarakat. Namun pendidikan ini juga ditujukan untuk mendorong individu agar benar-benar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, dalam konteks pendidikan di Indonesia, ada lima nilai utama dalam pendidikan karakter yang bersumber pada Pancasila, yakni religius, nasionalis, integritas atau kejujuran, kemandirian, dan gotong royong. Dengan adanya pendidikan karakter, maka seseorang tidak hanya akan menjadi individu yang cerdas, tetapi juga bermoral dan memiliki integritas tinggi.

Rendahnya Pendidikan Karakter di Indonesia

Sayangnya, pendidikan karakter di Tanah Air masih terbilang jauh dari kata ideal padahal pendidikan di negara ini menerapkan pelajaran agama. Banyak sekolah yang lebih fokus pada pencapaian akademik dan pembelajaran agama yang hanya fokus pada praktik-praktik keagamaan. Hal ini lantaran karena sistem pendidikan di RI masih sangat mengutamakan nilai sebagai indikator keberhasilan siswa.

Di samping itu, tidak semua tenaga pengajar memiliki kompetensi untuk mengajarkan pendidikan karakter. Padahal, guru seharusnya menjadi teladan moral bagi anak didiknya. Bukan hanya guru dan sistem pendidikan, kurangnya peran orang tua dalam mendidik anak-anak mereka juga menjadi penyebab rendahnya kualitas karakter bangsa Indonesia.

Faktanya, banyak orang tua Indonesia yang menyerahkan sepenuhnya proses pendidikan anak pada sekolah tanpa menyadari betapa pentingnya peran mereka dalam membentuk karakter anak-anak.

Kondisi ini bahkan makin diperparah oleh pengaruh buruk dari konten-konten digital yang bersifat receh di media sosial dan cenderung mudah diakses oleh anak-anak. Ketika pendidikan karakter tidak diberikan dengan optimal, maka anak-anak rentan meniru perilaku negatif yang mereka lihat di sekeliling mereka, termasuk di dunia maya.

Dampak Rendahnya Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter

Minimnya pendidikan karakter membawa berbagai dampak buruk yang dapat memengaruhi individu dan bahkan masyarakat secara luas. Berikut ini beberapa dampak dari buruknya kualitas pendidikan karakter:

1. Rendahnya kesadaran akan tanggung jawab

Salah satu dampak dari minimnya pendidikan karakter adalah rendahnya kesadaran individu terhadap tanggung jawab, baik di lingkungan profesional maupun pribadi. Sebagai contoh, banyak orang yang kurang menghargai waktu, tidak mampu menepati janji, atau bahkan mengelak ketika terbukti bersalah atau justru menjadikan orang lain sebagai kambing hitam. Orang-orang semacam ini akan kesulitan ketika menghadapi tantangan hidup di masa depan.

2.  Sulit mengatur emosi

Pendidikan karakter tak hanya berpengaruh terhadap moral, tetapi juga dapat membantu seseorang untuk mengelola emosinya. Jika pendidikan karakter tidak berkualitas, maka seseorang akan sulit mengontrol amarah, rasa kecewa, atau bahkan frustasi sehingga mereka sering terjebak dalam konflik-konflik yang sebenarnya bisa dihindari, seperti kasus kekerasan siswa terhadap guru.

3. Kualitas pemimpin yang lemah

Individu yang kurang dalam mendapatkan pendidikan karakter cenderung tidak memiliki sikap kepemimpinan yang kuat. Sebagai contoh, kurangnya integritas, tidak mampu berkolaborasi dengan orang lain, atau bahkan tidak memiliki visi guna memperjuangkan kebaikan bersama. Apabila terjadi di level yang lebih tinggi, maka hal ini bisa memengaruhi kualitas generasi pemimpin di Tanah Air.

4. Kurangnya kepedulian terhadap lingkungan

Salah satu dampak buruk dari rendahnya kualitas pendidikan karakter di Indonesia adalah rendahnya tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang masih sering membuang sampah sembarangan, mengeksploitasi sumber daya alam, atau bahkan tidak peduli dengan upaya pelestarian alam.

Melihat berbagai dampak ini, bisa dipahami bahwa pendidikan karakter merupakan kunci untuk menciptakan manusia yang lebih berkualitas dan masyarakat yang memiliki integritas serta mampu membangun keharmonisan.

Solusi Mengatasi Minimnya Pendidikan Karakter

Untuk mengatasi masalah minimnya pendidikan karakter, maka jenis pendidikan ini harus diutamakan dalam berbagai aspek kehidupan. Di bawah ini beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Integrasi pendidikan karakter dalam kurikulum

Melansir laman Cherish Academy, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan karakter adalah dengan mengintegrasikan pendidikan ini dalam kurikulum. Hal ini tak harus berupa mata pelajaran khusus, tetapi dapat disisipkan dalam setiap pelajaran. Sebagai contoh, guru sejarah dapat membahas pentingnya menghormati keberagaman budaya meskipun tidak sesuai dengan keyakinan pribadi.

2. Pelatihan pada tenaga pengajar

Tenaga pengajar seperti guru merupakan ujung tombak pendidikan karakter. Oleh sebab itu, mereka harus memiliki kompetensi khusus agar mampu mengajarkan dan mencontohkan nilai-nilai moral kepada anak didik dengan efektif. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada guru secara optimal.

3. Peran penting orang tua

Orang tua atau wali siswa memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak. Kamu sebagai wali, orang tua, atau calon orang tua tentu harus bisa memberikan contoh yang baik dan aktif mendiskusikan nilai-nilai moral dengan cara yang menarik dengan anak-anak. Jadi, sebagai orang tua jangan hanya mengandalkan guru dan sekolah untuk mendidik anak.

Selain itu, wali atau orang tua juga harus aktif dalam mengawasi konten-konten yang dikonsumsi oleh anak-anak. Mereka harus diajarkan cara menggunakan teknologi secara bijak dan menghindari konten-konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral.

Jadi, minimnya pendidikan karakter di Indonesia merupakan masalah serius yang harus segera mendapatkan penanganan. Tanpa adanya pendidikan karakter, maka generasi muda Indonesia berisiko kehilangan arah dan bahkan cenderung merusak masa depan mereka sendiri, bahkan masa depan bangsa. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan bahkan masyarakat secara umum untuk memberikan teladan yang baik.

Leave a Reply