Paket Stimulus Ekonomi 2025: Ini Dampaknya terhadap Peluang Investasi

Pemerintah kembali mengeluarkan paket stimulus ekonomi. Kendati ditujukan untuk mendongkrak daya beli, kebijakan ini juga berdampak terhadap peluang investasi.
Sumber : Envato

Sampai saat ini, tekanan ekonomi global masih belum mereda. Namun, pemerintah Indonesia kembali menggelontorkan paket stimulus ekonomi pada pertengahan 2025. Tujuan dari strategi ini cukup jelas, yakni untuk mendongkrak konsumsi domestik, meningkatkan daya beli masyarakat, dan menghindari potensi menurunnya pertumbuhan di kuartal II.

Dengan total nilai mencapai Rp24,44 triliun, stimulus ini tidak hanya difokuskan pada kebutuhan jangka pendek. Akan tetapi, hal tersebut juga diharapkan dapat membuka peluang besar di dunia investasi. 

Paket Stimulus Ekonomi
Sumber : Envato

Stimulus Ekonomi: Antara Harapan dan Risiko

Dalam paket stimulus kali ini, pemerintah telah menyiapkan enam komponen utama. Adapun komponen yang dimaksud mencakup diskon transportasi, bantuan sosial, hingga subsidi upah. Sebagai contoh, tiket kereta akan mendapatkan potongan 30% dan diskon PPN 6% untuk pesawat. Diskon ini diberikan selama libur sekolah dengan tujuan agar masyarakat lebih aktif bepergian.

Di samping itu, juga ada bantuan beras dan sembako yang akan disalurkan pada 18,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Tujuannya adalah untuk menjaga stabilitas daya beli masyarakat yang tergolong kelompok bawah.

Sementara itu, dari sisi fiskal, alokasi dana Rp23,59 triliun berasal dari APBN dan sisanya dari non-APBN. Ini artinya, pemerintah benar-benar serius dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi global yang tidak stabil.

Kendati demikian, tak semua pihak menilai kebijakan ini akan memberikan dampak yang signifikan. Esther Sri Astuti, Ekonom dari Indef, melalui Investor.id, menyampaikan bahwa paket stimulus ekonomi ini cenderung condong ke arah konsumsi, bukan ke investasi atau ekspor. Padahal, untuk bisa memulihkan kondisi ekonomi dan memberikan dampak yang berkelanjutan, maka ketiga mesin ekonomi ini harus bergerak serentak.

Namun, pendekatan pemerintah ini tetap ada sisi positifnya. Sederhananya begini, ketika konsumsi rumah tangga terjaga, otomatis permintaan domestik meningkat dan akhirnya mendorong sektor-sektor usaha lainnya. 

Dampak Stimulus terhadap Konsumsi dan Pasar Domestik

Hingga sekarang, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga, yaitu mencapai lebih dari 50%. Oleh sebab itu, menjaga daya beli masyarakat adalah pendekatan yang logis.

Analoginya begini, ketika kamu mendapatkan diskon tiket kereta api, otomatis kamu bakal punya sisa anggaran yang bisa kamu gunakan untuk keperluan lain. Nah, inilah pola yang coba digerakkan oleh pemerintah agar ekonomi dalam negeri tetap berputar.

Sementara itu, Kepala Riset Praus Capital, Marolop Alfred Nainggolan, melalui Kontan menilai bahwa stimulus dan libur panjang masa sekolah bisa mendongkrak ekonomi, khususnya di sektor pariwisata, hiburan, ritel, serta makanan dan minuman. Namun terlalu banyak libur juga bisa mengurangi produktivitas ekonomi secara agregat.

Lebih lanjut, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) melalui Tempo juga menyarankan agar pemerintah lebih fokus pada kelas menengah dengan stimulus yang sifatnya produktif. Misalnya berupa pemberian insentif bunga KPR untuk rumah pertama, potongan PPh orang pribadi, atau subsidi ongkos transportasi publik dan kendaraan listrik. Tujuannya bukan hanya untuk menjaga stabilitas konsumsi, tetapi juga memicu produktivitas untuk jangka panjang.

Dengan kata lain, saat ini pemerintah memang sudah berada di jalan yang tepat. Kendati demikian, masih ada yang harus diperbaiki dari kebijakan soal paket stimulus tersebut. Konsumsi memang harus dijaga, tetapi jangan sampai peluang untuk sektor yang berdampak jangka panjang malah tertutup, seperti investasi. 

Peluang Investasi di tengah Stimulus Ekonomi

Pemerintah memang lebih memfokuskan paket stimulus ekonomi untuk mendongkrak konsumsi domestik. Namun, jika konsumsi meningkat, otomatis omzet para pelaku usaha di sektor makanan dan minuman, ritel, transportasi, hingga pariwisata juga akan ikut terkerek. Saham-saham emiten seperti AMRT, MYOR, ICBP, GIAA, hingga BIRD diprediksi juga akan mengalami lonjakan permintaan.

Di samping itu, stimulus ini juga berpotensi meningkatkan pertumbuhan sektor properti, khususnya jika pemerintah mau menambahkan insentif seperti subsidi bunga KPR dalam kebijakan paket stimulus. Pasalnya, ketika daya beli kelas menengah ditopang melalui insentif pajak, otomatis permintaan terhadap hunian juga akan ikut meningkat.

Lebih lanjut, stimulus ini sekaligus menjadi sinyal positif bagi para pelaku UMKM atau individu yang ingin menanam modal ke sektor produktif. Misalnya, penambahan bantuan sosial dan BSU bisa mendorong masyarakat akar rumput lebih berani untuk melakukan belanja rumah tangga. Ini artinya, pelaku usaha kecil yang target pasarnya adalah konsumen menengah bawah akan mengalami lonjakan permintaan.

Namun, perlu diperhatikan juga bahwa efek dari kebijakan stimulus ini terkadang hanya bersifat jangka pendek. Terlebih, jika regulasi ini tidak disertai dengan reformasi struktural maupun perbaikan kondisi pasar modal. Kendati demikian, banyak analis pasar tetap menunjukkan optimisme terhadap beberapa sektor, seperti konsumer dan pariwisata.

Bukan hanya itu, paket stimulus ekonomi ini juga diprediksi dapat meningkatkan kepercayaan investor, baik lokal maupun asing. Ini karena ketika kebijakan fiskal diterapkan secara konsisten dan ekspansif, maka kepercayaan terhadap stabilitas kondisi ekonomi nasional juga akan ikut membaik.

Stimulus Ekonomi untuk Genjot Roda Perekonomian

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa stimulus ekonomi 2025 bukan hanya jawaban terhadap tantangan global saat ini. Kebijakan ini juga menunjukkan tekad kuat pemerintah untuk menjaga stabilitas daya beli masyarakat, meningkatkan konsumsi, dan pada akhirnya memberi sinyal positif bagi sektor usaha lainnya.

Meskipun masih ada yang harus diperbaiki, kebijakan ini diharapkan tetap bisa memberikan efek yang positif. Pasalnya, apabila konsumsi masyarakat meningkat, otomatis roda ekonomi tetap berputar dan ini akan menjadi efek domino bagi banyak sektor lainnya, termasuk investasi.

Leave a Reply