• Home
  • Finance
  • Property
  • Tech. & Bisnis
  • Halal Lifestyle
  • Danasyariah.id
Site Logo
  • Social Campaign

Banyak Siswa SMP Kini Belum Bisa Baca, Apa Penyebabnya?

blog post2
by blog post2
26/05/2025
192
  • CSR perusahaan
  • dampak social
  • gerakan masyarakat
  • kampanye edukatif
  • kolaborasi social
  • perubahan social
  • program social
Baru-baru ini Indonesia dikejutkan dengan banyaknya siswa SMP di Bali yang belum bisa membaca. Apa kira-kira penyebab dari masalah literasi ini?
Sumber : Envato

Pernahkah kamu membayangkan bahwa di tahun 2025 ini ada banyak anak SMP yang masih kesulitan membaca? Sayangnya, ini benar-benar terjadi di Indonesia. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ratusan siswa SMP di Indonesia saat ini masih belum bisa membaca.

Salah satu contoh nyata datang dari Buleleng, Bali, di mana ratusan siswa teridentifikasi mengalami kesulitan membaca. Fenomena ini tak hanya mengejutkan tetapi juga mengkhawatirkan. Pasalnya, kemampuan membaca adalah tonggak dari seluruh belajar. Nah, pertanyaannya adalah bagaimana mungkin fenomena ini terjadi di era serba digital?

Potret Krisis Literasi di Indonesia

Siswa SMP
Sumber : Envato

Krisis literasi sudah lama menyerang Indonesia. Data dari Program for International Student Assessment (PISA) 2018 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-71 dari 77 negara dalam hal literasi membaca. Artinya, Indonesia masuk ke dalam daftar 10 negara dengan tingkat literasi paling rendah di dunia. Bahkan kemampuan literasi lulusan S1 di Jakarta berada di bawah kemampuan literasi lulusan SMP di Denmark. Memprihatinkan bukan?

Sementara itu, UNESCO juga mengungkapkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001%. Jadi, dari 1.000 orang, hanya 1 yang gemar membaca. Ini jelas ironi mengingat Indonesia adalah salah satu negara dengan pengguna gawai dan media sosial terbanyak di dunia.

Menurut laporan We Are Social tahun 2017, orang Indonesia bisa menghabiskan waktu lebih dari 9 jam sehari di depan layar. Sayangnya, sebagian besar waktu tersebut digunakan untuk scrolling media sosial, bukan untuk membaca.

Fakta lain yang makin memperkuat gambaran krisis ini adalah temuan di daerah Buleleng, Bali. Dari sebanyak 34.062 siswa, terdapat sekitar 155 siswa yang tidak bisa membaca sama sekali dan 208 siswa tidak lancar membaca. Jelas ini bukan angka kecil dan parahnya lagi, fenomena ini tak hanya terjadi di Bali, tetapi juga di daerah lain yang sayangnya belum tersorot media.

Apa yang Salah?

Ada banyak faktor penyebab di balik krisis literasi di Indonesia, baik dari dalam diri siswa itu sendiri maupun dari sistem pendidikan itu sendiri.

Jika dilihat dari sisi internal siswa dan keluarganya, ada banyak faktor yang membuat anak tidak bisa membaca. Adapun faktor yang dimaksud antara lain rendahnya motivasi belajar, ketidaksesuaian pembelajaran dasar di jenjang SD, gangguan belajar seperti disleksia, dan kurangnya peran keluarga.

Bahkan dalam beberapa kasus, siswa juga mengalami trauma akibat menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, perundungan, atau bahkan kehilangan anggota keluarga. Faktor-faktor ini secara psikologis dapat berdampak besar terhadap kemampuan belajar mereka.

Sementara itu dari sisi eksternal, masalah seperti pandemi COVID-19 dan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) meninggalkan ‘trauma’ yang cukup serius. Banyak siswa di Indonesia tidak mendapatkan pembelajaran membaca secara tuntas saat masih SD. Begitu mereka naik ke jenjang SMP, kemampuan dasar tersebut belum terbentuk sempurna. Belum lagi, tidak semua orang tua atau wali siswa terlibat dalam pendidikan anak. Banyak dari mereka tidak mampu membersamai anak dalam proses belajar karena merasa itu adalah tugas guru.

Bukan hanya itu saja, persoalan sistem pendidikan yang sering berganti kebijakan juga turut menjadi faktor penyebab rendahnya literasi di Indonesia. Masalah guru juga ikut disorot karena banyak guru belum memiliki kompetensi pedagogis yang memadai. Sering kali mereka lebih disibukkan dengan pekerjaan administratif. Akibatnya, guru yang seharusnya fokus mendidik justru gagal dalam membangun budaya literasi di kelas.

Dampak Jangka Panjang Krisis Literasi

Siswa SMP
Sumber : Envato

Krisis membaca ini bukan sekadar masalah akademik. Fenomena ini justru bisa menjadi bom waktu yang menimbulkan dampak masif bagi generasi muda yang digadang-gadang bakal menjadi kunci terwujudnya Indonesia Emas 2045.

Namun tanpa adanya kemampuan membaca yang baik, otomatis siswa akan kesulitan memahami pelajaran lain, seperti matematika, sains, dan ilmu sosial. Hal ini tentu dapat menghambat perkembangan intelektual dan emosional mereka.

Lebih dari itu, kamu bisa membayangkan apa jadinya jika generasi saat ini tak mampu memahami informasi dengan baik. Mereka akan menjadi individu yang sulit mengambil keputusan, rentah terhadap hoaks, dan bahkan kurang kritis dalam berpikir. Ini jelas sangat berbahaya, apalagi pemerintah memiliki cita-cita Indonesia Emas 2045. Jadi, bagaimana mungkin impian tersebut bisa diwujudkan jika SDM-nya belum melek literasi?

Bukan hanya itu saja, rendahnya literasi juga berpengaruh terhadap kemampuan kerja dan produktivitas seseorang di masa depan. Jadi, tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai, maka peluang kerja juga ikut mengecil.

Apa yang Bisa Dilakukan? 

Apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah literasi di Indonesia? Pada dasarnya, masalah ini adalah tanggung jawab bersama, mulai dari pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat.

1. Perbaikan kualitas guru

Pemerintah perlu melakukan pelatihan secara berkelanjutan bagi guru agar mereka tidak hanya ahli dalam bidang studi, tetapi juga dalam teknik mengajar membaca. Pendidikan guru juga harus berbasis data di lapangan dan dievaluasi secara rutin. Mereka juga harus dibebaskan dari tugas administratif yang menumpuk agar lebih fokus mengajar.

2. Evaluasi kurikulum

Kurikulum seyogianya tak boleh berubah hanya karena pergantian menteri. Harus ada peta jalan pendidikan Indonesia untuk jangka panjang, setidaknya 20-30 tahun ke depan. Ini ditujukan agar pembelajaran bisa konsisten dan berjalan secara berkesinambungan.

3. Bangun budaya membaca sejak dini

Tak sedikit orang tua Indonesia yang berpikir bahwa pendidikan anak mereka sepenuhnya adalah tugas guru di sekolah. Padahal, orang tua memiliki peran besar dalam mengedukasi anak. Kaitannya dengan literasi adalah orang tua seharusnya mampu memberikan contoh nyata kepada anak terkait kebiasaan membaca. Sebab, anak-anak cenderung meniru dari lingkungan terdekat. Jika orang tua lebih sering membaca buku daripada scrolling media sosial, otomatis anak juga akan ikut meniru.

Jadi, krisis literasi yang baru-baru ini terjadi di kalangan siswa SMP adalah cermin dari kegagalan sistemik yang harus segera ditangani. Jangan anggap enteng masalah anak SMP yang tidak bisa membaca. Justru, ini juga menjadi masalah kita semua sebagai bangsa.

Kalau kamu memang peduli dengan masa depan Indonesia, kamu bisa memberikan contoh dari hal kecil seperti mengajak adik atau anakmu membaca buku. Sebab dari membaca, kita belajar berpikir dan dari berpikir, maka kita bisa menciptakan dunia yang lebih baik.

  • CSR perusahaan
  • dampak social
  • gerakan masyarakat
  • kampanye edukatif
  • kolaborasi social
  • perubahan social
  • program social

Categories

  • Dana Syariah Insight (625)
  • Finance (125)
  • Fintips (124)
  • Lifestyle (184)
  • Property (224)
  • Social Campaign (59)
  • Tech. & Bisnis (107)
  • Technology (80)

Tags

AI & data aplikasi keuangan bank syariah budgeting bulanan cara atur uang Cicilan KPR Cicilan Rumah Dana dana syariah digitalisasi usaha edukasi syariah ekonomi syariah fintech syariah inovasi bisnis insight danasyariah investasi pribadi investasi syariah KPR KPR Syariah Kredit KPR Kredit Rumah Kredit Syariah literasi finansial manajemen keuangan peluang usaha pembiayaan syariah pengelolaan gaji perencanaan keuangan perkembangan industri perkembangan teknologi perubahan social program social Rumah Komersil Rumah Syariah startup Indonesia teknologi bisnis teknologi konsumen teknologi syariah tips finansial harian tips hemat tips keuangan tips menabung tools bisnis tren digital tren keuangan syariah

Leave a Reply Cancel reply

Copyright © 2018