Pentingnya Peran Perempuan dalam Literasi Keuangan Syariah

Perempuan memiliki peran penting dalam literasi keuangan syariah. Yuk, pahami kontribusi mereka dalam membangun ekonomi keluarga dan bahkan negara.
Sumber : Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, perempuan kerap mengemban peran sebagai pusat dari keputusan keuangan keluarga. Mulai dari mengatur pengeluaran rumah tangga hingga menentukan prioritas kebutuhan anak, perempuan memiliki tanggung jawab dalam menjaga stabilitas finansial, terlebih jika mereka menjadi tulang punggung.

Namun, di tengah pesatnya pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia, ternyata masih banyak yang belum memahami potensi dan tanggung jawab perempuan dalam sistem keuangan ini. Padahal, perempuan memiliki peran yang cukup penting.

Melalui literasi yang tepat, perempuan bisa mengelola keuangan secara cerdas, halal, dan bahkan turut membangun ketahanan ekonomi keluarga yang berdampak terhadap ekonomi negara. Lantas, seperti apa peran perempuan dalam konteks literasi keuangan syariah?

Potensi Besar Perempuan dalam Ekonomi Syariah

literasi keuangan syariah
Sumber : Freepik

Di Indonesia, jumlah penduduk perempuan mencakup hampir setengah dari total populasi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, jumlah penduduk perempuan mencapai 49,48% dari total penduduk Indonesia.

Angka tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi yang besar dalam ekonomi, termasuk dalam ekonomi syariah. Bukan hanya itu saja, data bahkan menunjukkan bahwa sekitar 64,5% pelaku UMKM adalah perempuan. Fakta ini semakin menguatkan bahwa mereka bukan hanya konsumen, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi di berbagai level.

Keberadaan perempuan dalam sistem keuangan syariah juga sangat relevan. Terlebih sistem ini memiliki karakteristik yang menekankan nilai-nilai keadilan, keseimbangan, dan keberkahan. Selain itu, dalam prinsip ekonomi Islam sendiri, perempuan memiliki kebebasan untuk berkarya, berkontribusi, dan mandiri secara finansial, tanpa melupakan kewajiban utama mereka dalam keluarga. 

Oleh sebab itu, tidak berlebihan sama sekali jika perempuan disebut sebagai jembatan yang menghubungkan antara keberhasilan ekonomi skala mikro dan pertumbuhan ekonomi nasional berbasis syariah.

Lebih lanjut, perempuan adalah mitra strategis dalam proses pengambilan keputusan keuangan dalam struktur keluarga modern. Oleh karena itu, peran perempuan tidak hanya pasif. Mereka juga harus aktif dalam memahami, memanfaatkan, dan bahkan terlibat dalam pengembangan produk-produk keuangan syariah yang ada di pasar.

Literasi Keuangan Syariah: Kunci Pemberdayaan Perempuan

Berbicara soal literasi keuangan syariah, jelas ini bukan sekadar kemampuan dalam memahami cara mengelola uang. Literasi dalam hal ini juga menyakut soal membangun kesadaran akan pentingnya prinsip syariah dalam menjalankan setiap transaksi keuangan, baik pribadi maupun keluarga.

Dalam praktiknya, literasi ini mencakup beberapa hal terkait akad-akad syariah, pentingnya menghindari transaksi yang berunsur riba, hingga bagaimana caranya memilih produk yang sesuai dengan prinsip keuangan Islam, seperti tabungan, asuransi, hingga investasi.

Sayangnya, tingkat literasi keuangan syariah secara menyeluruh di Indonesia masih tergolong rendah. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan dari OJK pada 2025, indek literasi keuangan syariah baru mencapai sekitar 43,42% dan 13,41% untuk inklusi keuangan syariah. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak sekali ruang yang harus diisi, terutama dalam pemberdayaan perempuan terkait keuangan syariah.

Lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan produk keuangan syariah tentu tidak diam. Misalnya Prudential Indonesia bersama Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) aktif menyelenggarakan edukasi keuangan syariah “Financial Literacy for Women” di berbagai daerah di Indonesia.

Platform fintech syariah seperti Danasyariah juga aktif menyelenggarakan kampanye literasi keuangan syariah perempuan sebagai bagian dari upaya pemberdayaan ibu modern. Salah satunya dalam agenda “Moms Gathering: Special National Family Day” pada Juni 2025 yang dihadiri oleh 120 momfluencer di Jabodetabek. Selain untuk memperkenalkan produk-produk Danasyariah, agenda ini juga diselenggarakan untuk mendorong literasi keuangan syariah ibu-ibu rumah tangga.

Tentunya, edukasi yang diberikan tak hanya ditujukan untuk membantu perempuan dalam merencanakan keuangan pribadi, tetapi juga turut meningkatkan kapasitas mereka sebagai agen perubahan di tengah masyarakat.

Dampaknya terhadap Keluarga dan  Masyarakat

literasi keuangan syariah
Sumber : Freepik

Ketika perempuan memahami keuangan syariah, dampaknya tak hanya dirasakan oleh perempuan sendiri, tetapi juga keluarga. Perempuan yang paham keuangan syariah cenderung akan sangat berhati-hati dalam mengelola keuangan rumah tangga, menghindari utang yang bersifat konsumtif, dan bahkan memprioritaskan nilai keberkahan dalam setiap transaksi.

Lebih jauh, perempuan yang melek soal keuangan syariah juga mampu mengajarkan nilai-nilai Islam kepada anak-anaknya. Misalnya, mengajarkan pentingnya memiliki tabungan sejak dini, menentukan mana yang termasuk kebutuhan dan keinginan, serta memilih produk yang halal. Dengan demikian, perempuan turut membentuk generasi yang tak hanya cerdas secara finansial tetapi juga religius.

Sementara itu di tingkat komunitas, perempuan yang aktif dalam sistem keuangan syariah bisa turut menjadi fasilitator edukasi di lingkungan sekitar mereka. Mereka bisa berbagi pengalaman atau memberikan penyuluhan terkait keuangan syariah di lingkungan tempat tinggalnya. Inilah alasan mengapa pemberdayaan perempuan dalam konteks keuangan syariah bisa memiliki efek domino yang cukup besar.

Peran Institusi dan Kolaborasi Strategis

Upaya meningkatkan peran perempuan dalam keuangan syariah tentunya tidak hanya menjadi tanggung jawab individu. Butuh yang namanya dukungan aktif dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, atau bahkan organisasi non-profit. 

Misalnya saja, Prudential Syariah bersama organisasi non-profit Indonesia Muslim Women menggagas program edukatif berbasis syariah, khusus untuk perempuan. Bukan hanya itu saja, mereka juga membuka akses luas bagi perempuan di berbagai jenjang untuk menjajaki karier di bidang keuangan syariah. Bahkan saat ini, sekitar 60% tenaga kerja di Prudential Syariah adalah perempuan yang mana ini menunjukkan komitmen nyata perusahaan terhadap prinsip kesetaraan.

Selain dari sektor swasta, pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memiliki tanggung jawab dalam memastikan bahwa literasi dan inklusi keuangan syariah terus meningkat. Salah satu langkah nyata yang diambil OJK adalah membentuk Komite Pengembangan Keuangan Syariah yang bertugas untuk memperkuat kolaborasi antara pihak regulator dan pelaku industri.

Dengan kolaborasi yang kuat antar berbagai pihak, tentu perempuan Indonesia akan memiliki peluang lebih luas untuk belajar, berkembang, dan berkontribusi dalam sistem keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.

Jadi, dengan mendongkrak literasi keuangan syariah, khususnya bagi perempuan, perempuan tidak hanya mampu menjaga kestabilan finansial keluarganya, tetapi sekaligus menjadi agen perubahan yang dapat memperkuat ekonomi negara. 

Untuk itu, sudah saatnya bagi kita semua untuk mengakui dan mendukung penuh peran perempuan dalam membangun ekosistem keuangan syariah yang adil, inklusif, dan pastinya penuh dengan keberkahan.

Leave a Reply