Pertumbuhan properti dalam sektor pariwisata merupakan sesuatu yang tak bisa diabaikan dan perlu untuk terus didukung. Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang makin beragam, properti di kawasan pariwisata menjadi instrumen investasi yang menarik. Terlebih bila kawasan tersebut termasuk kawasan strategis yang menjadi akses perjalanan terbatas atau Travel Corridor Arrangement (TCA).
Akses perjalanan terbatas atau lebih dikenal dengan istilah Travel Corridor Arrangement (TCA) merupakan kebijakan pemerintah dari suatu negara untuk memberikan akses perjalanan khusus untuk bisnis, pariwisata, atau kepentingan kedinasan dengan negara tertentu. Sering juga disebut dengan istilah Reciprocal Green Lane (RGL), ada dua wilayah di Indonesia yang menjadi pintu akses untuk perjalanan terbatas, yakni Batam dan Bali.
Batam misalnya, kota ini ditunjuk oleh pemerintah RI sebagai penyelenggara TCA karena potensi sektor perdagangan dan pendidikannya. Selain karena kedua sektor tersebut, sektor pariwisata juga menjadi sektor yang diunggulkan. Setelah Batam ditetapkan sebagai TCA, ketiga sektor tersebut, khususnya pariwisata, akan mengalami mengalami pertumbuhan yang pesat.
Makin banyak pengunjung yang melakukan perjalanan dan transit di Batam, makin banyak pula objek wisata di Batam. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan pariwisata suatu wilayah, maka sektor properti juga diuntungkan. Bagaimana keuntungannya? Simak terus artikel berikut.
Industri pariwisata merupakan salah satu sektor yang turut mendorong perkembangan bisnis properti di banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Bahkan, kedua sektor industri ini saling berkesinambungan. Hal ini diamini oleh Co-founder dan Managing Director Lamudi, Kian Moini yang menyatakan bahwa industri pariwisata memengaruhi pertumbuhan real estat di negara berkembangan, seperti Indonesia, Sri Lanka, dan Meksiko.
Tingginya kunjungan wisatawan ke Tanah Air turut menggairahkan infrastruktur. Tujuannya bukan hanya untuk mengakomodasi para wisatawan, tetapi juga untuk menarik lebih banyak pengunjung. Saat jumlah wisatawan makin banyak, maka pada saat itu pula terjadi peningkatan permintaan infrastruktur.
Jadi, properti pariwisata adalah properti yang dibangun untuk kebutuhan pariwisata. Contohnya adalah properti untuk mendukung kegiatan pariwisata seperti hotel, homestay, villa, restaurant, kafe, dan lain sebagainya.
Dibukanya akses perjalanan terbatas di wilayah tertentu seperti Batam, Bali, dan Bintan juga menjadi pendorong pertumbuhan industri properti pariwisata. Bagaimana kaitannya? Simak dalam pembahasan selanjutnya berikut ini.
Melihat penjelasan di atas, adanya akses perjalanan terbatas sangat memengaruhi pertumbuhan sektor pariwisata di suatu wilayah. Bila tingkat kunjungan wisata di suatu wilayah mengalami peningkatan, maka juga akan terjadi peningkatan permintaan infrastruktur. Lebih khususnya lagi adalah infrastruktur yang mendukung kegiatan wisata atau sebagai akomodasi.
Lagi pula, wisatawan datang ke suatu kawasan wisata pastinya tidak hanya satu hari saja. Mereka tentunya ingin berlama-lama di daerah tersebut karena memang tujuannya untuk rekreasi atau untuk transit sebentar sebelum melanjutkan perjalanan ke daerah tujuan. Sebab itu, mereka membutuhkan tempat menginap, makan, rekreasi, dan lain sebagainya.
Jadi, bisa dipahami bahwa meningkatnya aktivitas pariwisata karena adanya akses perjalanan terbatas jelas dapat memengaruhi pertumbuhan properti pariwisata. Selain memengaruhi tingkat pertumbuhan properti pariwisata, TCA juga memengaruhi aspek lain dalam sektor properti. Untuk lebih jelasnya, simak poin-poin berikut.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, seiring dengan bertambahnya jumlah orang yang melakukan perjalanan terbatas, makin berkembang pula sektor pariwisata di daerah tersebut. Pada akhirnya, permintaan properti seperti hotel dan jenis penginapan lainnya juga meningkat. Contohnya adalah resor, vila, indekos, dan jenis properti lainnya untuk sewa jangka pendek.
Dengan meningkatnya kegiatan pariwisata, maka pertumbuhan properti juga makin meningkat. Peningkatan ini juga berpotensi meningkatkan aliran dana investasi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Akibatnya, harga properti di kawasan tersebut mengalami apresiasi sehingga menjadi sektor yang mampu mendatangkan banyak keuntungan bagi para investor.
Umumnya, wilayah-wilayah yang masuk dalam kategori TCA atau untuk akses perjalanan terbatas memiliki banyak proyek strategis. Proyek-proyek tersebut akan terus berlanjut dan secara langsung memengaruhi kondisi pasar properti yang pada akhirnya akan makin menguat. Proyek-proyek baru untuk mengakomodasi wisatawan dan penduduk lokal, seperti ruang komersial dan kompleks perumahan, juga bisa meningkat.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan sektor pariwisata, kawasan-kawasan TCA seperti Batam dan Bali mungkin akan menghadapi kekhawatiran terkait pembangunan berkelanjutan. Di Bali misalnya, proyek-proyek properti harus dipastikan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan alam dan warisan budaya Bali. Pengembangan properti seyogianya harus dengan menerapkan prinsip berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Meningkatnya pertumbuhan properti pariwisata ternyata juga secara langsung berdampak positif terhadap peningkatan pembiayaan dan kredit properti. Jika permintaan properti meningkat, kemungkin lembaga keuangan perbankan dan non-perbankan bisa memberikan akses yang lebih mudah dan menarik terhadap kredit dan pembiayaan properti bagi penduduk lokal maupun investor.
Jadi, akses perjalanan terbatas dapat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata di suatu wilayah. Makin banyak pengunjung yang datang, makin meningkat pula aktivitas pariwisata di daerah tersebut. Bila sektor pariwisata mengalami pertumbuhan, otomatis sektor properti juga akan terkena dampak positifnya.
Makin banyak orang yang datang, makin banyak pula proyek-proyek properti, khususnya properti untuk akomodasi seperti hotel, restoran, vila, resor, dan jenis penginapan lainnya.