Tren properti hunian terus mengalami perkembangan setiap tahunnya. Hal ini menghadirkan dinamika baru dalam industri properti, khususnya di tahun 2024 ini. Masyarakat modern, khususnya generasi milenial dan Z, memandang properti lebih dari sekadar tempat tinggal. Mereka memandang rumah sebagai sebuah investasi strategis yang dapat mencerminkan gaya hidup serta nilai-nilai pribadi.
Dalam acara Urban Forum Gathering and Tree Planting 2023, sejumlah pelaku industri properti membahas pergeseran paradigma ini. Mereka memprediksi bahwa pasar properti Tanah Air akan sangat dipengaruhi oleh kebutuhan sekaligus preferensi generasi milenial.
Pasar properti, khususnya hunian, tak hanya diprediksi akan mengalami pertumbuhan jumlah transaksi pada 2024, melainkan juga mengalami transformasi, baik dalam hal desain maupun preferensi konsumen.
Perusahaan real estat Cushman & Wakefield Indonesia memprediksi pertumbuhan pasar properti di tanah air pada 2024, khususnya produk perumahan tapak. Pemberitaan mengenai kondisi pasar properti saat ini cukup ramai di kalangan pebisnis dan investor properti, terlebih tahun 2024 merupakan tahun politik. Namun, Cushman & Wakefield melihat adanya keberlanjutan pertumbuhan, khususnya terkait kebijakan dan insentif dari pemerintah.
Salah satu faktor yang diyakini akan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan permintaan perumahan adalah keringanan uang muka atas properti, seperti perumahan subsidi. Para pengembang juga terus menawarkan berbagai promo menarik, seperti promo suku bunga KPR bersubsidi untuk calon pembeli dari kalangan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Meskipun 2024 identik sebagai tahun politik yang biasanya diiringi dengan berbagai sentimen negatif, para pengembang justru memandang tahun ini sebagai sebuah peluang. Sebab, angka permintaan properti rumah tapak akan meningkat karena adanya kebijakan yang memperbolehkan warga negara asing (WNA) untuk memiliki properti dengan syarat mudah, yakni memiliki paspor.
Meskipun dampaknya mungkin tidak begitu besar, kebijakan tersebut dapat membuka peluang bagi pelaku industri properti perumahan untuk meraup keuntungan dari diversifikasi konsumen. Tak hanya itu saja, insentif pajak juga turut menjadi penggerak pertumbuhan pasar properti dalam negeri.
Melalui kebijakan yang bernama Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), permintaan terhadap perumahan diprediksi akan tetap mengalami pertumbuhan sepanjang tahun 2024. Secara kumulatif, kenaikan pasar properti perumahan sepanjang tahun 2024 tampaknya akan meningkat hingga 2,8% yoy. Hal ini menciptakan harapan bagi para pelaku industri properti perumahan bahwa sektor ini tetap dinamis dan akan tetap menarik bagi para calon konsumen.
Tren pasar properti di tahun 2024 juga menggambarkan peta dinamika yang sangat dipengaruhi oleh preferensi sekaligus kebiasaan konsumen, khususnya dari kalangan milenial dan Z. Keduanya merupakan generasi yang saat ini menjadi target pasar utama bagi industri properti, lebih utamanya adalah perumahan.
Menariknya, fenomena ini muncul dengan begitu jelas dari data yang dikeluarkan oleh pihak BCA, lebih tepatnya berasal dari data KPR BCA. Dalam data tersebut, dapat diketahui bahwa lebih dari setengah debitur yang mengajukan KPR adalah masyarakat generasi milenial. Hal ini menunjukkan bahwa minat para milenial terhadap program KPR sangatlah tinggi. Di samping itu, data tersebut juga menjadi bukti nyata bahwa milenial juga ingin memiliki tempat tinggal sendiri sekaligus memahami bahwa properti dapat menjadi investasi yang menjanjikan.
Lebih lanjut, generasi milenial menunjukkan adanya pandangan baru terkait kepemilikan rumah. Banyak dari mereka bercita-cita untuk memiliki tempat tinggal sendiri terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berkeluarga. Sebab, memiliki rumah sendiri merupakan wujud pencapaian sekaligus investasi jangka panjang. Jadi, properti rumah tak hanya menjadi tempat tinggal, melainkan juga penanda status dan identitas bagi generasi milenial.
Sementara itu, terkait jenis properti, generasi milenial tampaknya lebih mengutamakan rumah baru dengan kisaran harga Rp500-Rp1 miliar. Preferensi ini menunjukkan bahwa properti dengan harga terjangkau tetap menjadi fokus utama karena sejalan dengan tren kepemilikan rumah di usia muda.
Gaya hidup yang jauh lebih beragam dari kalangan milenial, terutama mereka yang bekerja di sektor informal, seperti kreator konten juga memengaruhi tren konsumen properti rumah. Mereka cenderung lebih memilih properti rumah dengan harga terjangkau dan biasanya didapat langsung dari pengembang atau broker.
Para pelaku industri properti yang menghadiri acara Urban Forum Gatering and Tree Planting 2023 juga mengonfirmasi bahwa target konsumen industri perumahan tak hanya melihat rumah sebagai kebutuhan pokok, melainkan juga sebagai wujud dari ekspresi diri dan gaya hidup. Di samping itu, fasilitas KPR juga masih menjadi pilihan utama untuk mempermudah generasi milenial memiliki hunian mereka sendiri.
Namun, tak menutup fakta bahwa tak sedikit konsumen properti yang kesulitan mengajukan KPR dari perbankan konvensional karena jenis pekerjaan mereka. Sebagai alternatifnya, mereka memilih menggunakan pembiayaan dari lembaga non-perbankan, contohnya seperti Danasyariah. Perusahaan fintech P2P ini menawarkan pembiayaan pemilikan properti bagi seluruh kalangan masyarakat, termasuk mereka yang bekerja di bidang informal, seperti pekerja lepas.
Fakta juga menunjukkan bahwa pasar properti rumah tinggal pada kelas menengah, yakni dari rentang harga Rp300 juta-Rp1 miliar didominasi oleh generasi milenial atau first home buyers. Mereka bahkan berpotensi menjadi penggerak utama pertumbuhan sektor properti Tanah Air untuk saat ini maupun di masa mendatang. Hal ini ditandai dengan makin meningkatnya minat para generasi milenial untuk membeli properti.
Sementara itu terkait jenis perumahan, milenial lebih menyukai perumahan yang dekat dengan akses transportasi massal. Mereka juga termasuk generasi yang peduli dengan isu lingkungan, terutama semenjak pandemi. Sebab itulah, mereka cenderung mencari hunian yang menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Para milenial mencari rumah dengan lebih memperhatikan aspek kesehatan, seperti kualitas udara di lokasi, pencahayaan, pengelolaan air, dan lingkungan sekitarnya.
Melihat perubahan preferensi konsumen ini, para pengembang jelas tak dapat menghindar dari permintaan tersebut. Ini artinya pengembang harus memperhatikan aspek-aspek lingkungan seperti ruang terbuka hijau, air bersih, dan lain sebagainya dalam melangsungkan proyek-proyek konstruksi perumahan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa preferensi konsumen terhadap properti hunian pada 2024 akan mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Mayoritas dari konsumen tersebut merupakan generasi milenial. Mereka merupakan generasi yang melek akan pentingnya keberlanjutan. Sebab itu, mereka memilih rumah yang menerapkan prinsip go green atau eco living.
Selain itu, mayoritas milenial mengutamakan program KPR untuk mewujudkan impian bisa memiliki rumah sendiri, baik itu melalui lembaga perbankan maupun non-perbankan. Melihat dinamika ini, para pengembang diharapkan untuk tetap relevan dalam memenuhi kebutuhan target utama pasar properti saat ini.