Di tengah era perkembangan ekonomi dan keuangan global, peran industri properti berkelanjutan makin menjadi fokus penting, khususnya dalam mendukung perwujudan inklusi keuangan. Apa itu properti berkelanjutan dan apa itu inklusi keuangan? Apa kaitan dari keduanya? Simak selengkapnya dalam uraian berikut ini.
Properti berkelanjutan adalah suatu pendekatan yang difokuskan pada proses konstruksi, pengelolaan, dan perawatan atau pemeliharaan produk properti dengan mempertimbangkan berbagai dampak yang kemungkinan muncul terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Konsep berkelanjutan atau sustainability dalam industri properti sejatinya merupakan bentuk investasi jangka panjang yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan. Dengan memperhatikan berbagai aspek sustainability, diharapkan proyek-proyek properti bisa menjadi pendorong utama dalam menjaga ekosistem alam agar tetap stabil, asri, dan bebas dari potensi bencana yang mengancam masa depan karena adanya pembukaan lahan untuk pembangunan yang tidak diperhitungkan dengan matang.
Berdasarkan data, lingkungan buatan manusia diketahui telah ‘berkontribusi’ sekitar 40% dari total emisi karbon yang ada di bumi saat ini. Dengan kata lain, industri konstruksi dan properti memainkan peran penting dalam menurunkan emisi karbon.
Untuk bisa mewujudkan properti berkelanjutan, para pengembang harus menerepkan prinsip-prinsip utama dari properti berkelanjutan. Adapun prinsip yang dimaksud adalah:
Sebenarnya masih ada prinsip-prinsip lain yang dapat dilakukan guna menerapkan konsep berkelanjutan dalam industri properti. Namun yang paling penting adalah masyarakat dan pengembang sudah mau berusaha untuk menerapkan prinsip berkelanjutan. Masyarakat pun kian menyadari pentingnya menjaga lingkungan dan tak sedikit dari mereka yang memburu properti ramah lingkungan, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta.
Inklusi keuangan adalah adanya akses terhadap berbagai produk, layanan, dan lembaga jasa keuangan formal yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan setiap individu dalam kelompok masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Dalam Peraturan OJK Nomor 76/POJK.07/2016, peningkatan akses dapat diwujudkan melalui pemberian edukasi kepada masyarakat terkait, produk, jasa, dan sistem keuangan serta ketersediaan layanan finansial yang bersifat formal.
Namun ketersediaan akses terhadap produk, layanan, dan sistem keuangan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini juga harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti efektivitas dan efisiensi, biaya terjangkau, serta layanan berkualitas.
Nah, inklusi keuangan sendiri dapat diukur menggunakan beberapa variabel. Adapun variabel yang dimaksud antara lain adalah kuantitas kepemilikan rekening, jumlah penggunaan rekening khususnya untuk menabung dan melakukan transaksi dalam satu tahun terakhir. Transaksi di sini mencakup transfer, pinjaman dana, dan menarik uang.
Tujuan dari inklusi keuangan sendiri adalah untuk mengentaskan kesenjangan terhadap akses layanan keuangan antara masyarakat yang belum bisa mengakses layanan keuangan formal dengan masyarakat yang sudah berhasil mendapatkan akses tersebut. Lantas, apa hubungan inklusi keuangan dengan properti berkelanjutan?
Pada dasarnya, inklusi keuangan tak hanya mencakup soal jumlah masyarakat yang memiliki rekening bank. Hal ini juga merujuk pada tingkat akses masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan lainnya, seperti asuransi dan kredit. Kredit dalam hal ini juga tak hanya berkaitan dengan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan tertentu, tetapi juga kredit untuk kepemilikan properti hunian.
Nah, properti berkelanjutan turut andil dalam menjembatani kesenjangan akses terhadap layanan keuangan yang pada akhirnya dapat mendorong inklusi keuangan. Pertama-tama, proyek properti berkelanjutan bisa menciptakan ekonomi yang berkelanjutan karena segala proses yang terlibat dalam proyek dapat menekan biaya jangka panjang dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya.
Hal tersebut tak hanya menguntungkan bagi para pengembang, tetapi juga menciptakan peluang baru bagi sektor perbankan untuk lebih terlibat dalam pendanaan proyek-proyek properti berkelanjutan.
Properti berkelanjutan juga bisa mendorong pertumbuhan sektor properti itu sendiri. Seiring dengan banyaknya proyek-proyek properti berkelanjutan, otomatis kebutuhan akan tenaga kerja juga makin meningkat. Pada akhirnya, hal tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal. Makin sejahtera masyarakat, makin luas pula akses yang bisa mereka dapatkan terhadap produk dan layanan keuangan.
Selain itu, proyek-proyek properti berkelanjutan juga bisa membuka pasar baru bagi sektor keuangan, baik itu perbankan maupun non-perbankan. Dengan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap properti berkelanjutan, otomatis para pengembang membutuhkan banyak suntikan dana. Hal ini dapat mendorong lembaga perbankan maupun non-perbankan untuk mempermudah proses pengajuan pendanaan proyek bagi pengembang. Pada akhirnya, terciptalah inklusi keuangan yang berkelanjutan.
Dengan kata lain, properti berkelanjutan tak hanya berdampak positif terhadap lingkungan. Konsep ini juga berfungsi sebagai agen perubahan dalam mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif secara finansial. Dalam hal ini, kerja sama anatra pengembang properti, lembaga keuangan, dan pemerintah bisa menciptakan suatu ekosistem yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.