Pandemi COVID-19 memang sudah berlalu tetapi dampaknya terhadap dunia sangat luar biasa. Hampir semua sektor terkena dampak pandemi, tak terkecuali industri properti khususnya komersial. Banyak perubahan yang terjadi di sektor properti komersial sehingga para pelaku industru harus beradaptasi dengan perubahan yang ada.
Dampak pandemi COVID-19 terhadap pertumbuhan industri properti jelas sesuatu yang tak dapat diabaikan. Salah satu dampak buruk yang ditimbulkan pandemi adalah penurunan jumlah penjualan properti komersial. Bagaimana tidak, sikap masyarakat berubah karena pandemi yang mengakibatkan munculnya berbagai jenis pembatasan, seperti mobilitas, kegiatan ekonomi, dan sosial. Hal ini tentunya sangat berdampak terhadap kondisi perekonomian masyarakat dan negara.
Suahasil dalam acara Property Outlook 2022 menyampaikan bahwa pandemi membuat ekonomi menurun dan masyarakat mulai mengurangi pembelian aset yang bersifat jangka panjang, seperti properti. Adanya ketidakpastian investasi jangka pendek menyebabkan penjualan properti, khususnya komersial, langsung turun drastis.
Banyak investor dan developer properti komersial yang merasa ragu untuk melakukan proyek karena fluktuasi pasar dan ketidakstabilan kondisi ekonomi. Alhasil, perkembangan proyek baru pun terhambat dan hal ini memengaruhi pertumbuhan industri secara keseluruhan.
Tak hanya itu saja, penurunan permintaan terhadap ruang kantor dan toko juga terjadi. Penyebabnya tak lain karena munculnya tren kerja jarak jauh atau work from home (WFH) sehingga perilaku konsumen pun berubah. Sementara, properti komersial seperti mal, perhotelan, dan ritel juga terkena dampak pandemi. Jenis properti ini mengalami penurunan okupansi dan juga pendapatan.
Meskipun properti komersial kembali bergeliat, penting bagi para pelaku industri untuk memahami dampak negatif pandemi terhadap lanskap industri. Hal ini agar para pengembang maupun investor properti bisa merancang strategi yang efektif untuk mendukung pertumbuhan sektor bisnis ini di masa mendatang.
Pasca pandemi COVID-19, banyak industri mulai mengalami perubahan dan peningkatan yang signifikan, tak terkecuali industri properti komersial. Para pemangku kepentingan di sektor ini terus menyesuaikan diri terhadap dinamika baru dalam perilaku konsumen.
Melansir dari laporan Bank Indonesia (BI) terkait Perkembangan Properti Komersial pada triwulan II 2023, sektor properti komersial mengalami peningkatan secara cukup signifikan. Peningkatan ini tak hanya terjadi pada kategori sewa, tetapi juga penjualan. Faktor pendorongnya adalah karena tingginya tingkat permintaan terhadap properti komersial setelah mengalami perlambatan pasokan karena pandemi.
Masih mengutip dari laporan BI, indeks harga pada sektor properti komersial dengan kategori sewa menyentuh angka 3,57%. Artinya, terjadi peningkatan dalam kategori sewa properti komersial bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang hanya sekitar 2,33%.
Kenaikan harga properti komersial pada kategori sewa didorong oleh naiknya permintaan terhadap properti hotel di lima kota besar. Adapun kelima kota yang dimaksud di sini adalah Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, dan Balikpapan.
Selain kategori sewa, indeks harga properti komersial dengan kategori jual juga mengalami peningkatan meskipun kecil, yakni sekitar 0,48%. Namun jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya, kenaikan indeks harga tersebut cukup masif.
Kenaikan harga jual properti komersial ini selaras dengan naiknya harga gedung perkantoran di sejumlah kota besar. Adapun kota yang dimaksud adalah Surabaya dan sejumlah kawasan industri, seperti Depok, Tangerang, Bogor, Bekasi, dan Semarang.
Sebenarnya, tren di balik meningkatnya permintaan properti komersial disebabkan oleh dua hal utama, yakni meningkatnya permintaan bangunan sewa dan kebangkitan bisnis ritel. Hal tersebut disampaikan oleh Albert Luhur selaku Executive Director PT Summarecon Agung Tbk.
Namun jika ditelisik secara lebih mendalam, perubahan perilaku konsumen lah yang menjadi pendorong utama tren meningkatnya properti komersial. Seperti yang mungkin sudah diketahui, perdagangan elektronik (e-commerce) sedang mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir. Di samping itu, permintaan akan gudang dan fasilitas distribusi juga meningkat pesat. Alhasil, perusahaan logistik pun berlomba-lomba untuk mendapatkan gedung di area yang strategis guna memenuhi kebutuhan pengiriman barang.
Selain industri e-commerce, industri teknologi dan start-up juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan permintaan properti komersial, dalam hal ini adalah ruang kantor. Perusahaan-perusahaan ini lebih memilih lokasi kantor yang menawarkan lingkungan kerja inovatif. Konsep kantor fleksibel juga menjadi prioritas mereka. Hal ini lantaran banyak sekali perusahaan yang menerapkan model kerja hybrid setelah pandemi, yakni karyawan bisa bekerja di kantor atau di rumah.
Lebih lanjut, properti seperti pusat perbelanjaan juga mengalami peningkatan okupansi. Para pelaku bisnis di sektor ini terus beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen. Mereka menjawab perubahan tersebut dengan menyediakan ruang-ruang untuk para pelaku bisnis kecil dan menengah (UKM). Sebab, UKM biasanya mencari lokasi dengan biaya sewa yang terjangkau dan memiliki fleksibilitas kontrak.
Di samping itu, prinsip keberlanjutan tampaknya juga ikut menjadi pendorong dalam tren permintaan properti komersial. Konsumen makin menyadari akan pentingnya ruang terbuka hijau dan dampak lingkungan dari properti yang mereka gunakan. Sebab itu, banyak sekali properti komersial, seperti pusat perbelanjaan atau gedung-gedung perkantoran, yang sekarang ini memiliki area terbuka hijau dan menerapkan prinsip efisiensi energi. Sebagai contoh, gedung utama Kementerian PUPR yang menerapkan konsep green building sebagai upaya mengurangi dampak lingkungan akibat konstruksi bangunan.
Dalam menghadapi tren meningkatnya permintaan properti komersial, para pengembang properti harus bisa memahami dinamika pasar yang cenderung fluktuatif. Terus berinovasi dalam desain, pengelolaan ruang, hingga pemanfaatan teknologi dapat menjadi kunci utama kesuksesan. Di samping itu, kolaborasi antar industri, termasuk dengan pemerintah dan sektor swasta lainnya, juga diperluka guna mendukung pertumbuhan industri properti komersial.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pandemi COVID-19 telah menciptakan transformasi yang cukup signifikan dalam industri properti komersial. Saat pandemi terjadi, terlihat banyak sekali penurunan penjualan atau sewa properti komersial karena ketidakpastian kondisi ekonomi.
Namun setelah pandemi berlalu, sektor properti komersial mulai memperlihatkan geliatnya, baik itu dalam kategori penjualan maupun sewa. Peningkatan ini terjadi karena perubahan perilaku konsumen, pertumbuhan e-commerce, dan bisnis ritel.
Guna menghadapi tren ini dan mempertahankannya, para pelaku industri harus terus berinovasi dan memahami dinamika pasar yang terjadi. Penting juga bagi mereka untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung perkembangan industru properti komersial.