Properti komersial merupakan salah satu sektor properti yang cukup banyak peminatnya. Seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, seperti pabrik, perkantoran, gudang, dan lain sebagainya, otomatis pasar properti komersial terus mengalami peningkatan. Industri properti logistik atau pergudangan menjadi salah satu produk properti yang menjadi sorotan utama dalam sektor properti komersial.
Setelah melalui badai pandemi COVID-19, sektor properti logistik menawarkan peluang investasi yang menggiurkan. Hal ini didasari oleh infrastruktur dan teknologi yang terus berkembang.
Properti logistik, atau yang biasa disebut juga dengan pergudangan, merupakan fasilitas yang digunakan untuk melakukan penyimpanan dan distribusi barang. Biasanya infrastruktur pergudangan dilengkapi dengan akses yang mudah untuk kendaraan pengangkut, sistem keamanan, dan infrastruktur pendukung lainnya.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan perdagangan elektronik atau secara online lewat e-commerce atau marketplace dan industri manufaktur, permintaan akan gedung pergudangan modern juga terus meningkat. Adanya perubahan pola konsumen dan kemajuan inovasi teknologi menjadi faktor pendorong perusahaan untuk mencari ruang penyimpanan yang efisien dan lebih terkelola dengan baik.
Oleh sebab itu, properti logistik atau pergudangan menjadi salah satu produk properti yang menarik bagi investor. Di sisi lain, jenis properti ini tak akan lekang oleh waktu sebab kebutuhan manusia terhadap barang sejatinya akan terus meningkat dan makin variatif.
Pertumbuhan permintaan terhadap properti logistik di Indonesia dipicu oleh tiga faktor utama. Berikut penjelasan lengkapnya.
Pada 2023, aktivitas e-commerce di Indonesia mencapai angka Rp533 triliun, sekitar Rp84 triliun lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. Angka ini diprediksi akan terus naik pada beberapa tahun yang akan datang. Data We Are Social pada 2021 juga menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan pengguna layanan e-commerce terbanyak di dunia, yakni sebesar 88,1%.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, seiring dengan meningkatnya aktivitas e-commerce, maka permintaan akan ruang penyimpanan atau gudang juga akan meningkat. Sebab, e-commerce telah mengubah pola perdagangan global di mana perusahaan dagang harus mampu memenuhi permintaan konsumen secara lebih cepat dan efisien melalui pemesanan lewat internet.
Sebagai solusinya, maka distribusi barang harus lebih efektif dan efisien sehingga bisnis e-commerce juga bisa mencapai kesuksesan. Infrastruktur logistik atau pergudangan menjadi infrastruktur utama untuk mendukung operasional bisnis e-commerce yang dituntut untuk bisa makin cepat dan efisien.
Perkembangan infrastruktur yang masih, seperti pelabuhan atau jaringan transportasi yang makin memadai, telah memperluas askesibilitas ke lokasi-lokasi pergudangan. Hal ini memungkinkan perusahaan logistik untuk bisa lebih efisien dalam mengelola rantai pasok mereka. Dengan begitu, mereka bisa lebih memaksimalkan layanan yang diberikan kepada pelanggan.
Lebih lanjut, akses yang mudah ke fasilitas pergudangan juga memungkinkan perusahaan untuk bisa mengoptimalkan proses distribusi barang dengan cara memangkas biaya dan waktu pengiriman barang.
Meskipun pandemi COVID-19 telah menimbulkan ketidakpastian ekonomi global, nyatanya sektor properti logistik tetap mampu bertahan bahkan cenderung mengalami peningkatan. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Sebab, saat pandemi terjadi, banyak masyarakat beralih ke sistem belanja online karena adanya pembatasan aktivitas.
Hal tersebut mendorong lebih banyak perusahaan untuk terjun ke dunia bisnis online yang mana membutuhkan infrastruktur logistik yang solid. Hasilnya, permintaan terhadap ruang pergudangan, khususnya yang dekat dengan kawasan perkotaan dan pusat distribusi utama meningkat secara signifikan.
Ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi dengan sektor properti logistik di masa depan. Melansir dari berbagai sumber, berikut beberapa prediksi tersebut.
Salah satu tren yang akan membentuk masa depan properti logistik adalah penggunaan teknologi pintar dan otomatisasi. Perkembangan teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data analytics, hingga robotika telah memungkinkan pengembangan smart logistics yang dapat mengoptimalkan operasional logistik.
Contohnya, penggunaan sensor IoT untuk memantau suhu, kelembaban, serta kondisi lingkungan lainnya dalam gudang yang mana dapat membantu meminimalkan potensi kerusakan barang dan memastikan keamanan stok barang. Selain itu, penggunaan robot dan sistem otomatisasi bisa membantu proses picking dan packing yang pada akhirnya bisa meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya tenaga kerja.
Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan tuntutan keberlanjutan, masa depan properti logistik tampaknya akan melibatkan pengembangan infrastruktur gudang yang lebih berkelanjutan secara lingkungan. Hal ini termasuk penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan, seperti bahan daur ulang dan teknologi energi terbarukan. Menerapkan praktik desain yang dapat meminimalkan dampak lingkungan juga termasuk dalam konsep berkelanjutan. Penggunaan teknologi hijau, seperti lampu LED dan sistem manajemen energi yang cerdas, juga akan menjadi standar dalam infrastruktur sekaligus operasional bangunan gudang di masa depan.
Keamanan akan menjadi salah satu aspek utama yang perlu diperhatikan dalam infrastruktur properti logistik, terutama mengingat meningkatnya ancaman keamanan siber karena tingginya aktivitas digital pada e-commerce. Pengembangan teknologi keamanan yang lebih memadai, seperti kamaera CCTV dan sistem keamanan yang terintegrasi dengan AI akan menjadi teknologi yang dapat melindungi gudang dan seisinya.
Jadi, properti logistik merupakan jenis properti yang memiliki prospek menjanjikan di masa depan. Para investor yang mampu memahami potensi pertumbuhan sektor ini dan mampu mengelola risiko-risiko yang ada, pastinya dapat memanfaatkan peluang ada dalam pertumbuhan properti logistik.
Namun perlu diketahui bahwa permintaan terhadap properti lostik juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas manufaktur. Makin sedikit aktivitas produksi di manufaktur, maka hanya sedikit pula gudang yang terisi, pun begitu juga sebaliknya. Jadi, hal tersebut merupakan salah satu bentuk risiko yang perlu dikaji lebih dalam agar potensi kerugian dari investasi properti logistik tidak begitu besar.