Waspada! Ini Risiko Lamar Kerja Pakai AI

Waspada risiko lamar kerja pakai AI. Yuk, cari tahu kelemahannya dan cara aman menggunakan AI untuk melamar kerja.
Sumber : Envato

Saat ini, kecerdasan buatan (AI) makin banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan, tak terkecuali dalam proses melamar pekerjaan. Mulai dari menulis resume, membuat surat lamaran, hingga latihan wawancara, AI dianggap mampu mempermudah pencari kerja saat ini.

Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan oleh AI, ada hal yang harus kamu waspadai. Banyak ahli menyebut bahwa risiko melamar kerja pakai AI justru bisa merugikan para pencari kerja. Terlebih lagi, jika penggunaan AI tidak disertai dengan strategi yang tepat.

Fenomena ini makin relevan setelah diterbitkannya survei dari Career Group Companies 2025 yang dilansir oleh Liputan6. Survei tersebut menyebutkan bahwa sekitar 65% kandidat menggunakan AI dalam salah satu tahap melamar kerja. Angka ini jelas cukup masif, tetapi juga menunjukkan adanya tantangan baru.

Kencenderungan Pencari Kerja Menggunakan AI

lamar kerja pakai AI
Sumber : Envato

Tak ada salahnya menggunakan AI untuk membantu mempersiapkan proses melamar kerja, seperti membuat resume dan surat lamaran kerja. Entah teman, saudara, atau bahkan dirimu sendiri pasti pernah melakukannya. Alasannya sederhana, yakni cepat, praktis, dan hasilnya terlihat rapi.

Namun, para HRD mulai menyadari adanya kemiripan pola dalam dokumen-dokumen lamaran kerja dari para kandidat. Jessye Kass Karlin, seorang HR dan mantan career trainer, mengatakan ia bisa langsung mengidentifikasi dokumen lamaran yang dihasilkan oleh AI. Format dan gaya bahasa yang digunakan nyaris identik sehingga lamaran para kandidat terlihat seragam. Padahal, tujuan utama dari resume dan surat lamaran adalah menonjolkan sisi unik dari setiap pelamar.

Tentu, hal ini menimbulkan masalah. Jika semua lamaran memiliki pola yang sama, otomatis pihak perusahaan akan kesulitan untuk menentukan siapa kandidat yang benar-benar menonjol. Namun, justru ini membuat pelamar yang tidak sepenuhnya menggunakan AI dan masih memprioritaskan penggunaan kata-kata autentik dan jujurlah yang berpeluang menarik perhatian pihak HR.

Risiko yang Mengintai di Balik AI

AI memang sangat membantu. Namun, ada beberapa risiko yang harus kamu pahami jika menggunakan AI untuk membantu proses melamar kerja:

1. Informasi tidak akurat

AI sering kali “mengarang” informasi agar sesuai dengan prompt pengguna. Misalnya, ketika kamu meminta AI untuk membuat resume sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang mau kamu lamar. AI bisa saja menambahkan detail informasi, seperti pengalaman atau keterampilan kerja yang sebenarnya tidak kamu miliki. Akibatnya, ketika kamu lolos proses seleksi dokumen dan lanjut wawancara, maka kamu akan kesulitan untuk menjawab pertanyaan tentang hal yang tercantum dalam resume kamu.

2. Terlalu seragam

Seperti yang disampaikan Karlin, banyak surat lamaran dan resume hasil AI terlihat mirip satu sama lain. Hal ini membuat HR cenderung langsung curiga bahwa dokumen-dokumen tersebut tidak sepenuhnya ditulis oleh pelamar. Jadi, dokumen lamaran yang penulisannya seragam justru membuat kandidat tidak memiliki keunikan dan membuat peluang mereka lolos lebih kecil.

3. Terlalu bergantung pada kata kunci

Dokumen lamaran kerja, seperti resume yang dibuat oleh AI cenderung dipenuhi dengan kata-kata kunci yang dirancang untuk melewati sistem Applicant Tracking System (ATS). Namun, hasilnya sering kali terasa kaku dan kurang memiliki emosi. Padahal, HR sangat menghargai tulisan yang menunjukkan dampak nyata dari pekerjaanmu sebelumnya, bukan sekadar daftar istilah.

Dengan kata lain, melamar kerja pakai AI ada risikonya. Alih-alih membantu, penggunaan AI justru bisa menghilangkan peluang kamu untuk lolos proses melamar kerja. 

Cara Aman dan Efektif Pakai AI untuk Melamar Kerja

lamar kerja pakai AI
Sumber : Envato

Meski memiliki risiko, bukan berarti kamu tidak boleh menggunakan AI. AI tetap bisa menjadi alat yang bermanfaat asalkan kamu tahu cara menggunakannya dengan bijak. Berikut beberapa cara aman menggunakan AI dalam proses melamar kerja:

1. Gunakan sebagai alat bantu, bukan pengganti

AI sebaiknya digunakan hanya untuk memperbaiki tata bahasa atau mencari ide, bukan menulis seluruh dokumen dari nol. Kamu bisa menulis dulu draf awal dengan kata-katamu sendiri agar terlihat autentik. Setelah itu, minta bantuan AI untuk menyederhanakan bahasa atau mungkin memperbaiki tata bahasa.

2. Cek secara manual

Jangan asal copy-paste hasil AI tanpa membacanya secara keseluruhan. Pastikan tak ada informasi yang salah, terkesan berlebihan, atau tidak sesuai dengan informasi yang kamu masukkan. Ingat, jika ada kebohongan terungkap saat proses wawancara, otomatis kamu tidak akan lolos tes kerja.

3. Sesuaikan dengan identitas diri kamu

Dokumen melamar kerja seperti resume harus bisa mewakili siapa kamu sebagai profesional. Jadi, pastikan resume kamu mengandung sentuhan personal yang bisa menunjukkan karakter, nilai, atau motivasi. Kamu bisa membuat drafnya terlebih dahulu dan meminta bantuan AI untuk menyempurnakan tata bahasanya.

4. Jangan 100% menggunakan AI

Ingat, terlalu mengandalkan AI bisa membuat otak kamu malas untuk berpikir, termasuk dalam memahami proses rekrutmen. Pasalnya, melamar kerja bukan sekadar mengirimkan dokumen, tetapi juga tentang refleksi diri, apakah posisi yang kamu lamar sesuai dengan kemampuan dan tujuan karier kamu.

5. Ingat tujuan utama

Menurut Jen DeLorenzo, seorang career trainer, yang dilansir oleh Merdeka.com perusahaan ingin mempekerjakan dirimu, bukan alat yang kamu gunakan. Untuk itu, gunakan AI sebagai alat bantu, bukan untuk mewakili siapa kamu.

Jadi, kuncinya adalah keseimbangan. Kamu bisa menggunakan AI sebagai alat bantu, bukan pengganti. Tetap tonjolkan keunikan dan pengalaman kerjamu secara orisinal agar perekrut bisa memahami siapa kamu sebenarnya. Sebab, pada akhirnya yang dicari oleh perusahaan adalah manusia dengan keterampilan, motivasi, dan value yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Leave a Reply