Bagi umat muslim dunia, Rasulullah dan para sahabat Rasul adalah suri teladan dalam banyak aspek kehidupan, termasuk perihal mengatur keuangan pribadi. Salah satu sahabat Rasulullah yang dapat dijadikan teladan dalam hal ini adalah Salman Al Farisi. Beliau terkenal memiliki cara mudah untuk mengatur keuangan. Bagaimana caranya? Simak selengkapnya di bawah ini.
Dalam mengelola keuangan, Salman Al Farisi memiliki cara jitu untuk mengatur keuangannya, yakni dengan menggunakan rumus 1:1:1. Satu dirham untuk memenuhi keperluan keluarga, satu untuk sedekah, dan satu untuk dikembangkan atau balik modal.
Cara sederhana tersebut dapat dijadikan inspirasi bagi umat muslim yang ingin mewujudkan kesejahteraan finansial. Nah, berikut ulasan lengkap mengenai rumus 1:1:1 ala Salman Al Farisi untuk mengatur keuangan.
Keperluan konsumtif bisa beragam; ada yang pokok, ada juga yang sifatnya tidak begitu signifikan. Contohnya seperti langganan layanan streaming, beli tiket konser, makan di luar, dan masih banyak lagi.
Tak sedikit orang yang menghabiskan hampir semua pendapatan per bulan untuk memenuhi keperluan konsumtif yang tidak signifikan. Alhasil, banyak dari mereka yang tidak memiliki tabungan atau bahkan terlilit utang.
Untuk itu, kamu harus pandai dalam mengatur pengeluaran per bulan. Mana kira-kira kebutuhan yang sifatnya pokok dan mana yang tidak. Setiap menerima upah bulanan, langsung sisihkan anggaran khusus untuk kebutuhan pokok. Jangan sampai digunakan untuk hal lain. Boleh-boleh saja menyisihkan upah untuk memenuhi keinginan tetapi jangan berlebihan.
Ahli keuangan mana pun pasti menganjurkan setiap orang untuk menyisihkan pendapatan sebagai dana untuk membeli aset atau modal usaha. Orang yang melek finansial pasti akan mengalokasikan hartanya untuk membeli aset. Sementara itu, orang yang masih awam umumnya dihabiskan untuk liabilitas.
Aset adalah modal atau barang yang bisa mendatangkan pemasukan tambahan. Sementara itu, liabilitas adalah hal-hal yang mendatangkan pengeluaran. Perlu diketahui juga bahwa aset tak melulu berupa barang fisik, tetapi ada juga yang tak kasat mata. Contohnya adalah keterampilan dan penguasaan ilmu.
Buat kamu yang sudah bekerja, terus meningkatkan kompetensi adalah hal yang sangat dianjurkan. Kamu bisa memanfaatkan internet atau menggunakan sebagian dari upah untuk mengikuti pelatihan tertentu. Ini bisa menjadi aset bagi kamu untuk meningkatkan karir dan kesejahteraan hidup.
Cara selanjutnya dalam mengatur keuangan ala Rasulullah dan sahabat adalah dengan bersedekah. Sedekah tak hanya memberikan manfaat bagi yang menerima, tetapi juga yang melakukannya.
Sedekah membuat hati menjadi lebih bahagia dan tenteram. Selain itu, sedekah juga bisa dijadikan bekal di hari akhir kelak. Dengan catatan, sedekah dilakukan secara ikhlas, bukan mengharap pamrih. Sedekah bisa kamu lakukan setiap bulan dengan menyisihkan sebagian gaji bulanan sekitar 2,5%.
Salman Al Farisi dan sahabat Rasul lainnya sangat menekankan pentingnya bersedekah. Namun, ada salah satu hadis Rasulullah yang menyebutkan bahwa menyedekahkan satu bukit tak akan bisa menyamai satu mud sedekah dari para sahabat Rasul.
Dengan kata lain, teruslah bersedekah sesuai dengan kemampuan finansial masing-masing. Tak perlu memaksakan diri hingga lupa menafkahi anggota keluarga sendiri. Sebab, kebutuhan orang yang menjadi tanggungan kamu adalah prioritas utama sebelum bersedekah ke orang lain.
Buat kamu yang mau menerapkan cara mengelola keuangan ala sahabat Rasul di atas, pasti masih butuh sedikit motivasi untuk memulainya. Mungkin kamu juga bertanya-tanya, kenapa sih mengatur keuangan itu penting. Jawabannya bisa kamu temukan di bawah ini.
Alasan pertama mengapa kamu harus bisa mengatur keuangan adalah agar punya dana darurat. Dana darurat bisa kamu gunakan untuk mencukupi kebutuhan tak terduga yang tidak akan bisa kamu penuhi dengan anggaran tetap.
Jadi, penggunaan dana ini juga bersifat tidak tetap. Sebab, kamu tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi di hari esok. Dalam hal ini, dana darurat ibarat sedia payung sebelum hujan. Kalau sudah punya dana darurat, kamu tak perlu pusing mencari dana ke sana kemari untuk mencukupi kebutuhan dadakan.
Semua orang pasti memiliki tujuan ekonomi, seperti membeli rumah, melanjutkan pendidikan, melakukan ibadah haji, dan lain sebagainya. Semua ini perlahan-lahan dapat dicapai dengan belajar mengatur keuangan.
Mengatur keuangan bisa dimulai dengan mengurangi pengeluaran tidak penting dan menabung. Niscaya pasti semua tujuan yang kamu dambakan bisa segera terwujud secara perlahan-lahan. Namun ingat, tak ada yang instan di dunia ini. Kuncinya adalah sabar sambil tetap tekun mengelola keuangan.
Pada dasarnya, makin banyak pendapatan, makin besar pula pengeluaran dan risikonya. Sebagai contoh, menyisihkan sebagian pendapatan untuk membeli produk keuangan, seperti saham. Sementara itu, saham adalah instrumen keuangan yang tinggi risiko meskipun keuntungannya juga menggiurkan.
Bila tidak hati-hati dan asal membeli saham karena tergiur dengan keuntungannya, bisa jadi uang kamu akan hilang. Dengan belajar cara-cara mengelola keuangan, niscaya risiko semacam ini bisa diminimalkan.
Kamu tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok. Seandainya kamu harus meninggalkan dunia ini untuk selamanya, apakah sudah ada warisan yang bisa kamu tinggalkan untuk keluarga kamu? Apa malah meninggalkan utang menumpuk?
Dengan belajar mengelola keuangan mulai dari sekarang, tentu kamu bisa menyiapkan kebutuhan untuk masa depan. Jadi, jangan sampai keluarga sudah kehilangan kamu untuk selamanya, tapi mereka masih harus menanggung utang-utang kamu.
Mampu mengelola keuangan dengan baik membantu kamu untuk mencapai financial freedom atau merdeka secara finansial. Contohnya, kamu bisa bebas membeli apa saja yang kamu inginkan tanpa harus pinjam dana sana sini. Dengan catatan, semuanya masih dalam batas wajar.
Kamu juga bakal bebas dari rasa khawatir karena tidak mampu memenuhi kebutuhan finansial yang tak ada habisnya. Sebab, dengan pengelolaan keuangan yang baik, kamu akan tahu bagaimana caranya memproduktifkan uang agar memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Salah satu caranya adalah dengan menggunakan sebagian pendapatan sebagai modal dan untuk disedekahkan. Seperti apa yang dilakukan oleh sahabat Rasul, Salman Al Farisi. Dengan begitu, mengatur keuangan tak hanya bisa mendatangkan manfaat duniawi, tetapi juga manfaat di hari akhir nanti.
Semoga artikel ini bermanfaat.