Pernah mendengar istilah FOMO atau Fear of Missing Out? Secara umum, FOMO adalah perasaan cemas yang muncul ketika seseorang merasa khawatir jika tertinggal informasi, tren, atau bahkan pengalaman yang dianggap penting oleh sejumlah kalangan.
Di era media sosial seperti sekarang ini, fenomena FOMO makin marak terjadi. Terlebih sekarang banyak kreator konten yang secara sengaja menampilkan kehidupan mereka secara terus-menerus. Meskipun terlihat sepele, FOMO bisa berdampak buruk pada kehidupan, termasuk kondisi finansial dan kesehatan mental.
Harus dipahami bahwa FOMO bukan hanya soal rasa ingin tahu atau takut ketinggalan informasi. Fenomena ini juga memicu banyak dampak negatif, di antaranya:
Dorongan untuk mengikuti tren terkini atau gaya hidup yang sedang naik daun sering kali membuat orang tidak segan-segan untuk mengeluarkan uang hanya untuk membeli hal-hal yang sebenarnya tidak diperlukan. Contohnya membeli gadget terbaru atau bahkan mengikuti acara-acara tertentu hanya karena influencer melakukannya.
Hal ini kerap dialami oleh generasi muda dan ini bisa dibuktikan dari survei Institute Credit Karma yang dilansir oleh Radar Jogja. Dalam survei tersebut disebutkan bahwa 76% gen Z dan 69% milenial terlilit utang karena perilaku FOMO. Generasi muda ini sering kali tidak jujur dengan kondisi keuangannya sendiri sehingga mereka berutang hanya untuk mengikuti tren.
Perasaan tertinggal bisa berdampak terhadap kondisi psikologis. Orang yang FOMO umumnya cenderung mudah stres dan merasa cemas, terutama jika mereka merasa hidupnya kurang menarik dibandingkan dengan orang-orang yang dilihat di media sosial. Faktanya, pengguna media sosial hanya memperlihatkan apa yang bagus dari kehidupan mereka dan ini sering kali membuat orang lain merasa juga harus mengikuti apa yang mereka lakukan tanpa menyadari kondisi pribadi.
Salah satu dampak buruk dari FOMO adalah menurunnya produktivitas. Waktu dan energi yang dihabiskan orang FOMO untuk terus-menerus memantau apa yang dilakukan orang lain bisa mengganggu fokus dan bahkan produktivitas dalam kegiatan sehari-hari, termasuk saat bekerja. Pasalnya, pikiran mereka selalu tertuju pada apa yang sedang ngetren di media sosial dan seolah-olah mereka merasa harus selalu mengikuti setiap pembaruan berita yang ada agar tetap relevan.
Keinginan untuk selalu mengikuti tren tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu kondisi keuangan pribadi bisa membuat orang terjebak dalam utang. Misalnya, kebiasaan anak muda sekarang yang dengan mudahnya menggunakan layanan paylater untuk membiayai gaya hidup yang sebenarnya tidak sesuai dengan pendapatan mereka demi kepuasan instan.
Dampak buruk ini tentu bisa menjadi makin parah dan merugikan diri sendiri. Sebab itu, harus ada kesadaran diri sendiri bahwa FOMO bisa merugikan diri sendiri dan bahkan orang-orang yang kita sayangi.
Mengatasi FOMO memerlukan kesadaran diri dan strategi yang tepat. Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan untuk menghindari kebiasaan FOMO:
Memiliki prioritas keuangan adalah salah satu langkah penting untuk mengurangi atau bahkan menghindari FOMO. Cari tahu apa yang sebenarnya kamu butuhkan dan apa yang penting bagi kamu. Kamu bisa membuat anggaran sesuai dengan prioritas tersebut. Dengan cara ini, maka kamu bisa lebih mudah dalam menahan godaan untuk membeli sesuatu yang tidak perlu.
Langkah selanjutnya adalah jangan malas untuk membuat anggaran bulanan secara realistis. Hal ini termasuk anggaran untuk tabungan dan investasi. Pastikan pula kamu konsisten dalam mengikuti anggaran ini agar kamu bisa mengendalikan pengeluaran dan menghindari pembelian yang bersifat impulsif.
Media sosial sering menjadi salah satu pemicu utama FOMO. Untuk itu, batasi waktu yang kamu habiskan untuk doom scrolling di media sosial dan usahakan untuk fokus pada kegiatan yang lebih produktif atau menyenangkan di dunia nyata. Dengan begitu, kamu tak hanya bisa menghindari FOMO tetapi juga kondisi lainnya yang sering disebabkan oleh penggunaan media sosial secara berlebihan, seperti stres dan gangguan kecemasan.
Salah satu cara untuk menghindari FOMO adalah jangan berekspektasi berlebihan. Kamu harus belajar menyadari bahwa tak semua yang ditampilkan di media sosial sesuai dengan kebutuhan atau keinginan dan kondisi keuangan kamu. Kelola ekspektasi dengan realistis agar kamu tidak merasa tertekan untuk selalu mengikuti setiap tren yang ada di media sosial.
Mulai sekarang, cobalah untuk menyadari bahwa setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda-beda. Mungkin di luar sana ada orang di bawah umur 30 tahun sudah memiliki segalanya, seperti karier yang mapan dan bahkan rumah sedangkan kamu belum. Harus disadari bahwa setiap orang memiliki start, effort, dan dukungan yang berbeda-beda, jadi otomatis hasilnya pun beda.
Jika kamu memiliki kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain, maka itu hanya akan membuat kamu merasa tertekan dan cemas. Untuk itu, belajarlah untuk fokus pada pencapaian dan kebahagiaan kamu sendiri.
Salah satu cara untuk menghindari kebiasaan FOMO adalah dengan bergaul dengan orang-orang yang memiliki pandangan hidup positif dan bahkan tidak terlalu terpengaruh oleh tren. Cara ini bisa membuat kamu merasa lebih nyaman dengan pilihan hidup kamu sendiri.
Jadi, menghindari FOMO bukan berarti kamu harus menutup diri dari tren yang ada. Namun, penting untuk selalu mempertimbangkan dampak dari setiap tindakannya terhadap kondisi finansial atau bahkan kesehatan mental kamu.
Dengan menetapkan prioritas, mengelola ekspektasi, atau fokus pada apa yang benar-benar penting, maka kamu bisa menjalani hidup dengan lebih tenang, bahagia, dan bebas dari rasa tertekan untuk selalu mengikuti arus yang dijalani oleh banyak orang.