Bicara soal cerita inspirasi tokoh terkenal, Islam punya banyak, bahkan semenjak Rasulullah masih hidup. Tidak hanya berpengaruh dalam SAINTEK, tetapi juga bidang ekonomi. Salah satunya adalah Abdurrahman bin Auf, sahabat Rasulullah yang mendapat julukan “Sang Bertangan Emas”.
Tentu ada alasan mengapa beliau disebut demikian. Kabarnya beliau adalah sosok pengusaha yang cerdas dan dermawan. Penasaran dengan kisah beliau? Simak sampai habis artikel berikut ini.
Melansir dari berbagai sumber, Abdurrahman bin Auf lahir pada 581 M atau tahun ke-10 pada tahun Gajah di Makkah. Kabarnya, usia beliau lebih muda daripada Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah salah satu tokoh ternama dari Bani Zuhrah yang merupakan kerabat dekat Rasulullah.
Besar dengan pola asuhan yang baik dari ayahnya sendiri, Abdurrahman menjadi sosok yang juga memiliki kepribadian yang baik. Sebab itu, beliau dikenal sebagai sosok yang pemberani, dermawan, dan bijaksana.
Sebelum memeluk Islam, Abdurrahman bin Auf dikenal dengan nama Abdu Amru. Beliau juga menjadi satu dari sepuluh orang pertama yang memeluk Islam. Sebab itu, banyak buku yang menyebutkan bahwa beliau adalah salah satu sahabat Rasulullah yang dipastikan masuk surga.
Bukan tanpa alasan mengapa Abdurrahman bin Auf disebut tokoh inspiratif dunia dari peradaban Islam. Keberhasilannya sebagai seorang pengusaha bermula saat beliau ikut hijrah dengan Rasulullah dengan Madinah.
Tidak berbeda jauh dari Muhajirin lainnya, Abdurrahman juga harus meninggalkan semua harta bendanya di Makkah. Sebab itu, beliau tidak memiliki apa pun begitu tiba di Madinah. Diriwayatkan HR Anas bin Malik, Abdurrahman dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan sosok dari kaum Anshar, yakni Sa’ad bin al-Rabi’ al-Anshari.
Sa’at kemudian berkata pada Abdurrahman, “Wahai saudaraku! Saya adalah penduduk Madinah dan harta bendaku banyak. Maka dari itu, pilih dan ambillah!”
Abdurrahman lalu menjawab, “Semoga Allah SWT senantiasa memberkatimu dan juga harta serta keluargamu. Tapi, tunjukkanlah di mana letak pasarmu.” Sa’at lalu mengajaknya menuju pasar di Madinah. Nah, di sinilah ide cemerlang muncul di benak Abdurrahman, mengingat beliau sudah tidak memiliki apa-apa.
Sesampainya di pasar, beliau langsung melakukan riset kecil untuk mengembangkan ide bisnisnya. Banyak pelajaran yang beliau dapat saat melakukan riset pasar tersebut, salah satunya adalah tingginya biaya sewa tanah di pasar tersebut.
Lalu, Abdurrahman menawarkan kerja sama dengan saudara barunya tersebut untuk bersama-sama mengelola lahan kosong di dekat pasar. Sa’at lah yang membeli tanah tersebut dan Abdurrahman lah yang mengelolanya. Di tangan beliau, lahan tersebut kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa kaveling.
Beliau kemudian menyewakannya ke para pedagang dengan harga yang lebih rendah dibanding di pasar. Alhasil, banyak saudagar di Madinah yang berbondong-bondong pindah ke lahan tersebut.
Nah, dari sinilah Abdurrahman bin Auf berhasil merintis usaha sebagai taipan properti. Bahkan termasuk yang paling berhasil dari semua sahabat Rasulullah. Jadi, tidak heran bila beliau disebut sebagai salah satu tokoh inspiratif dari dunia Islam dalam bidang properti.
Berbagai sumber menyebutkan bahwa Abdurrahman bin Auf mendapat julukan “Sang Bertangan Emas”. Julukan ini muncul karena apa pun yang dia kelola, pasti menjadi sesuatu yang menguntungkan. Ibaratnya seperti mengangkat batu lalu di bawahnya ada banyak logam mulia.
Menariknya, kecerdasan Abdurrahman dalam mengelola suatu bisnis tidak membuatnya kikir, tetapi lebih berhati-hati. Beliau sadar bahwa jika tidak hati-hati dan terlalu puas dengan kejayaan yang baru saja diraihnya, maka langkahnya di hari esok akan makin sulit.
Agar bisnis tetap berjalan dan membawa manfaat bagi semua orang, Abdurrahman menerapkan satu prinsip utama, yakni rajin bersedekah. Tidak perlu ambil untung banyak-banyak saat berbisnis, sedikit pun pasti bisa membawa keberhasilan asalkan ditelateni. Kalau keuntungan sudah banyak, jangan lupa banyak-banyak sedekah.
Contohlah Abdurrahman bin Auf, makin banyak keuntungan yang beliau dapat, makin banyak pula sedekah yang diberikan. Dalam hidupnya, beliau memiliki komitmen untuk menyumbangkan hartanya demi perjuangan peradaban Islam. Beliau adalah tokoh inspiratif yang justru takut bila hartanya justru membawa mudharat. Sebab itu, beliau sedekahkan.
Kedermawanan Abdurrahman bin Auf dapat dilihat saat terjadi Perang Tabuk. Beliau menyumbangkan separuh harta kekayaannya untuk keperluan umat Islam saat Perang Tabuk dan untuk keluarganya, masing-masing sebanyak 2000 dinar.
Tak hanya itu, beliau juga mendermakan ratusan keping emas untuk biaya transportasi. Kala itu, Umar bin Khattab melihatnya dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Abdurrahman adalah sebuah kesalahan. Pasalnya, beliau dianggap tidak meninggalkan apa-apa untuk keluarganya.
Kemudian Rasulullah mempertanyakan kebenaran klaim tersebut. Abdurrahman bin Auf pun menjawab bahwa beliau telah meninggalkan cukup harta untuk keluarganya. Dari sini pula, apa yang dilakukan oleh Abdurrahman bin Auf dapat dijadikan teladan.
Saat bersedekah, pastikan keluarga yang menjadi tanggungan kamu sudah terpenuhi kebutuhannya terlebih dahulu. Kalau sudah, barulah orang-orang yang benar-benar membutuhkan.
Kisah inspiratif Abdurrahman bin Auf tak selesai sampai di situ saja. Sebagai sahabat Rasulullah, beliau juga ikut membantu mengurus keluarga Rasulullah dan juga umat Islam lainnya pada saat itu. Kalau diibaratkan dalam organisasi zaman sekarang, Abdurrahman bin Auf bisa dibilang sebagai treasurer atau fundraiser.
Sebab, saat umat muslim di Madinah kekurangan kebutuhan, beliau langsung memberikan separuh hartanya. Bahkan beliau tak segan-segan untuk menjual tanahnya yang saat itu dihargai sekitar 40.000 dinar. Hasil penjualannya langsung beliau bagikan ke orang-orang Bani Zuhrah, yakni kaum dari Aminah, ibu Rasulullah.
Cerita lain yang cukup terkenal mengenai Abdurrahman bin Auf adalah saat beliau mendatangkan 700 unta ke Madinah. Di setiap punggung unta tersebut banyak barang-barang dagangan. Tentu saja, orang-orang Madinah takjub dengan kegemuruhan tersebut.
Kabarnya, unta-unta tersebut dibeli oleh Abdurrahman bin Auf setelah berdagang dari Syria. Beliau kemudian membagikannya ke umat muslim yang ada di Madinah. Beliau juga mendermakan 500 kuda, 40.000 dinar, dan 40.000 dirham untuk para mujahidin. Semuanya ditujukan demi kemuliaan seluruh umat muslim.
Abdurrahman bin Auf menghembuskan napas terakhirnya di usia 75 tahun, namun ada sumber lain yang mengatakan pada usia 72 tahun. Sesuai wasiatnya, beliau dimakamkan di Baqi dan diimami oleh sahabat Rasulullah bernama Utsman bin Affan.
Itulah kisah tentang Abdurrahman bin Auf, tokoh inspiratif dari dunia Islam. Ketenaran nama beliau tak hanya karena menjadi sahabat Rasulullah, tetapi juga karena kecerdasannya. Seperti yang disebutkan, beliau tahu bagaimana caranya mengelola suatu bisnis, khususnya properti, agar mendatangkan manfaat untuk banyak pihak.
Tidak perlu langsung mengambil untung banyak, sedikit demi sedikit lama-lama pasti menjadi bukit. Kalau sudah menjadi bukit, ingat bumi. Maksudnya adalah jangan lupa sedekah agar mendatangkan berkah.
Sudah merasa terinspirasi dengan kisah tadi? Kalau kamu mau seperti Abdurrahman bin Auf yang jago dalam bisnis properti, kamu bisa memulainya dari sekarang. Caranya adalah dengan menjadi pendana di pembiayaan properti Danasyariah. Dengan bergabung bersama Danasyariah, kamu bisa ikut mendanai pembiayaan kepemilikan rumah atau pembelian barang material. Keuntungan yang kamu dapatkan tentunya juga halal, aman, dan pastinya bisa disisihkan untuk sedekah.