Tren Digital Banking: Akankah Bank Konvensional Tergusur?

Digital banking menjamur di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Lantas, apakah keberadaan bank digital ini bisa mengancam eksistensi bank konvensional?
Sumber : Envato

Beberapa tahun terakhir industri perbankan di Indonesia mengalami perkembangan pesat. Salah satu inovasi yang muncul adalah digital banking atau perbankan digital. Inovasi ini telah mengubah cara masyarakat berinteraksi dengan layanan keuangan. Lewat digital banking, semua kegiatan transaksi bisa dilakukan lewat ponsel, mulai dari transfer, menerima transfer, hingga melakukan investasi.

Namun di tengah menjamurnya perbankan digital, muncul pertanyaan besar, apakah digital banking benar-benar akan menggantikan bank konvensional? Simak selengkapnya dalam pembahasan berikut ini.

Menilik Tren Digital Banking

Digital banking
Sumber : Envato

Digital banking atau perbankan digital adalah bentuk layanan perbankan yang bisa kamu akses secara daring, tanpa perlu ke kantor fisik. Melalui bank digital, semua transaksi bisa dilakukan melalui aplikasi atau situs web, mulai dari buka rekening, transfer dana, bayar tagihan, bahkan termasuk mengatur investasi.

Kemunculan perbankan digital tidak terjadi begitu saja tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu pendorong utamanya adalah kondisi pandemi COVID-19 yang membuat banyak orang memilih untuk beralih ke layanan keuangan online demi keamanan dan efisiensi.

Menurut data Bank Indonesia, nilai transaksi digital banking di Tanah Air menyentuh angka Rp58.478,2 triliun sepanjang tahun 2023. Angka ini menunjukkan adanya lonjakan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2022 yakni sekitar 13,5% yoy.

Di samping itu, munculnya bank-bank digital murni seperti Jago, Blu, SeaBank, Neo, dan masih banyak lagi, turut menambah warna dalam ekosistem perbankan Tanah Air. Mereka menawarkan sejumlah keunggulan, seperti:

  • Suku bunga tabungan tinggi (bahkan bisa mencapai 8,75% per tahun untuk layanan deposito)
  • Biaya administrasi rendah atau bahkan gratis
  • Antarmuka aplikasi yang ramah pengguna
  • Layanan 24/7 tanpa batasan waktu operasional

Di sisi lain, regulasi dari pemerintah juga sudah mulai menyesuaikan. OJK menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 12/POJK.03/2021 yang mengatur soal pendirian sekaligus operasional bank digital. Ini artinya, negara sudah memberi lampu hijau untuk melancarkan transformasi ini.

Dampak Tren Perbankan Digital

Digital banking
Sumber : Envato

Menjamurnya perbankan digital membawa banyak dampak bagi masyarakat, penyelenggara industri perbankan, dan negara secara keseluruhan. Berikut beberapa dampak dari tren perbankan digital:

1. Bagi masyarakat

Salah satu dampak positif dari kehadiran bank digital bagi masyarakat adalah kemudahan akses. Lewat inovasi ini, masyarakat bisa mendapatkan layanan perbankan 24/7 dari mana saja. Hal ini tentu sangat membantu masyarakat yang tinggal jauh dari akses perbankan offline

Selain itu, aplikasi bank digital juga kerap dilengkapi dengan fitur edukasi, pelacakan keuangan, dan pengingat tagihan. Fitur-fitur ini bisa mendorong pengguna untuk meningkatkan literasi finansial mereka sehingga lebih sadar terhadap kondisi finansial.

Namun bagi masyarakat yang belum familiar dengan teknologi, mereka mungkin akan mengalami kesulitan jika harus mengakses layanan bank digital. Di sisi lain, perusahaan bank digital yang tidak memperhatikan sistem keamanannya akan rentan terhadap ancaman keamanan data yang bisa merugikan masyarakat. 

2. Bagi penyelenggara industri perbankan

Bagi bank konvensional, inovasi bank digital bisa membantu memangkas biaya operasional seperti sewa lahan, sewa gedung, gaji karyawan cabang, hingga pengelolaan dokumen fisik. Inovasi ini juga memungkinkan perusahaan untuk bisa menjangkau lebih banyak nasabah tanpa memandang batasan geografis.

Hanya saja, implementasi digital banking membutuhkan investasi besar di awal, baik dalam hal infrastruktur IT maupun sumber daya manusia yang ahli di bidang ini. Di samping itu, bank konvensional juga harus bersaing dengan bank digital murni yang biasanya mengandalkan promo untuk menarik nasabah. Hal ini membuat bank konvensional kesulitan bersaing tanpa menurunkan margin keuntungan.

3. Bagi negara

Menjamurnya bank digital di Indonesia turut membantu pemerintah mencapai target inklusi keuangan nasional setiap tahunnya. Sebab, inovasi keuangan digital ini membuat lebih banyak masyarakat memiliki akses rekening bank dan bisa menikmati layanan keuangan lainnya.

Bukan hanya itu saja, bank digital juga turut membantu regulator seperti OJK dan BI untuk memantau pergerakan dana secara real-time karena bank digital memiliki sistem yang terintegrasi. Secara keseluruhan, tren digital banking bisa memperkuat ekosistem ekonomi digital nasional yang menjadi salah satu tujuan pembangunan ekonomi negara.

Namun jika industri ini tidak diatur dengan ketat, maka model bisnis digital yang cenderung agresif dapat memicu terjadinya risiko gagal bayar. Pemerintah juga harus terus memperbarui kebijakan agar bisa menjaga keseimbangan antara inovasi keuangan digital dan perlindungan konsumen. 

Digital Banking vs Bank Konvensional

Nah, di tengah menjamurnya bank digital, khususnya yang murni, otomatis keberadaan bank konvensional mulai terancam. Persaingan antara keduanya bisa diibaratkan seperti ojek online dan ojek pangkalan. Satunya menawarkan kecepatan dan teknologi, satunya lagi unggul dalam hal jaringan dan kredibilitas jangka panjang.

Secara garis beras, digital banking mendukung proses transaksi yang cepat dan mudah, fleksibilitas waktu, biaya lebih efisien, dan fitur keuangan yang inovatif. Sementara itu, bank konvensional unggul dalam hal kepercayaan nasabah karena jaringannya sudah tersebar luas, layanan langsung, dan produk pinjaman serta investasi yang lebih lengkap.

Melihat kondisi tersebut, tentu bank konvensional tak tinggal diam. Banyak pemain lama di Indonesia mulai bertransformasi menjadi hybrid bank dengan mengembangkan aplikasi mobile banking. Misalnya saja BCA Mobile dari BCA, BRIMo dari BRI, Livin’ dari Mandiri, BTN Mobile Banking dari BTN, dan BNI Mobile Banking dari BNI.

Namun, hal yang menjadi kendala utama bagi bank konvensional adalah kecepatan inovasi. Digital banking murni cenderung bisa bergerak lebih cepat karena tak perlu terbebani dengan sistem dan birokrasi lama. Sementara itu, bank konvensional masih harus mengelola jaringan cabang, SDM dan bahkan sistem legacy yang rumit.

Jadi, baik bank digital maupun konvensional sebenarnya masih sama-sama dibutuhkan. Satunya dibutuhkan karena kemudahan bertransaksi secara digital, satunya lagi dibutuhkan untuk bisa mendapatkan layanan keuangan perbankan yang belum ditawarkan oleh bank digital murni, seperti layanan ATM.

Jadi, mana yang kamu gunakan sekarang, bank digital atau konvensional atau justru keduanya?

Leave a Reply