Di era digital yang makin maju, teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) sudah menjadi bagian krusial dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dunia bisnis. Dengan kemampuan untuk mendorong efisiensi operasional bisnis, membantu membuat keputusan, hingga mempercepat proses bisnis, AI telah membawa perubahan yang cukup signifikan bagi banyak perusahaan.
Namun, di balik manfaat yang besar, AI juga menghadirkan sejumlah ancaman yang tak bisa diabaikan. Kejahatan berbasis AI menjadi salah satu permasalahan serius yang perlu dihadapi dan ditanggulangi oleh para pelaku bisnis.
Kecerdasan buatan atau yang lebih dikenal dengan AI merupakan teknologi yang memungkinkan mesin untuk bisa meniru fungsi kognitif manusia, seperti belajar, berpikir, dan mengambil keputusan. AI bisa digunakan untuk berbagai macam tujuan, mulai dari pengolahan data hingga otomatisasi tugas yang kompleks.
Dalam konteks bisnis, AI kerap digunakan untuk meningkatkan produktivitas, mengelola interaksi dengan pelanggan, dan menganalisis data dalam jumlah besar untuk menghasilkan wawasan yang lebih mendalam.
Namun, penggunaan AI yang tidak mengindahkan regulasi dan etika juga membawa dampak buruk. Teknologi ini bisa dimanipulasi oleh individu atau kelompok tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindakan kejahatan, seperti pencurian data, penipun, dan manipulasi informasi.
Seiring dengan berkembangnya teknologi AI, risiko kejahatan berbasis AI pun makin mengalami peningkatan. Oleh sebab itu, para pelaku bisnis wajib memahami potensi ancaman ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Penggunaan AI dalam bisnis tak selalu berujung pada hal-hal yang bersifat positif. Berikut beberapa kejahatan berbasis AI yang kerap terjadi dalam dunia bisnis:
Deepfake merupakan teknologi AI yang digunakan untuk membuat video, gambar, atau audio palsu yang terlihat dan terdengar sangat meyakinkan. Teknologi ini bisa digunakan untuk hal yang positif tetapi juga bisa digunakan untuk melakukan tindak kejahatan, seperti menyebarkan informasi palsu, menipu pelanggan, atau bahkan mencemarkan nama baik perusahaan.
Sebagai contoh, pelaku kejahatan bisa menggunakan deepfake untuk membuat video yang terlihat seolah-olah berasal dari seorang eksekutif perusahaan. Mereka kemudian menggunakan video tersebut untuk menyebarkan informasi yang menyesatkan dengan tujuan merusak reputasi perusahaan terkait.
Phising merupakan upaya untuk menipu seseorang agar memberikan informasi pribadi, seperti kata sandi rekening, dengan menyamar sebagai entitas yang sah. Dengan bantuan teknologi seperti generative AI, pelaku kejahatan bisa membuat email phising yang terlihat sangat meyakinkan, bahkan lengkap dengan logo perusahaan dan gaya bahasa yang digunakan perusahaan yang dicatut namanya. Serangan semacam ini bisa mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan bagi pelanggan dan tentu saja perusahaan.
AI bisa membuka peluang bagi para hacker untuk melakukan peretasan sistem keamanan suatu perusahaan dengan lebih efisien. Dengan menggunakan teknologi machine learning, hacker bisa mengidentifikasi celah dalam sistem keamanan perusahaan secara lebih cepat. Di samping itu, AI juga bisa digunakan untuk menciptakan malware yang lebih canggih hingga sulit dideteksi oleh sistem keamanan yang masih biasa.
Nah, untuk melindungi perusahaan atau bisnis dari ancaman kejahatan berbasis AI seperti di atas, ada beberapa langkah yang harus diambil:
Salah satu cara untuk mencegah kejahatan penggunaan AI dalam bisnis adalah dengan menggunakan AI itu sendiri. Menurut data, AI memainkan peran krusial dalam penanganan kejahatan siber, bahkan di skala internasional bisa menangani 75% sister keamanan siber.
AI bisa digunakan untuk mendeteksi adanya anomali dalam sistem, memprediksi potensi serangan sebelum terjadi, dan melindungi data-data penting dari akses yang mencurigakan. Sebagai contoh, AI bisa digunakan untuk memantau lalu lintas jaringan sekaligus mengidentifikasi aktivitas mencurigakan sehingga tindakan pencegahan bisa segera diambil.
Karyawan dalam perusahaan kerap kali menjadi target utama dalam serangan siber seperti phising. Oleh sebab itu, penting sekali untuk memberikan edukasi dan pelatihan kepada karyawan terkait bahaya kejahatan berbasis AI dan bagaimana cara menghindarinya. Dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan para karyawan, maka perusahaan bisa meminimalkan risiko menjadi korban dari serangan berbasis AI.
Autentikasi multifaktor merupakan metode keamanan yang memerlukan lebih dari satu jenis verifikasi sebelum mengizinkan akses ke sistem. Dengan menggunakan sistem ini, maka perusahaan bisa meningkatkan keamanan akses ke sistem perusahaan dan meminimalkan risiko pencurian data oleh orang-orang tidak bertanggung jawab yang menggunakan AI untuk melakukan peretasan.
Teknologi AI terus mengalami perkembangan dan relatif sangat cepat, pun begitu dengan ancaman yang ditimbulkan. Oleh sebab itu, penting bagi para pelaku bisnis untuk terus memantau perkembangan AI dan memperbarui sistem keamanan yang mereka gunakan secara berkala. Sebab, dengan mengikuti tren terbaru dalam AI dan keamanan siber, maka mereka bisa selangkah lebih maju dari para pelaku kejahatan siber.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kejahatan berbasis AI merupakan ancaman nyata yang harus dihadapi oleh setiap pelaku bisnis. Dengan memahami potensi risiko yang ditimbulkan oleh AI dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, maka perusahaan bisa melindungi bisnis dari kerugian yang ditimbulkan oleh kejahatan ini.
Menerapkan sistem keamanan berbasis AI, memberikan pelatihan kepada karyawan, dan juga menggunakan teknologi autentikasi multifakor merupakan beberapa langkah penting yang bisa diambil untuk menjaga bisnis agar tetap aman. Ingatlah pula bahwa dalam menghadapi kejahatan berbasis AI, kewaspadaan dan kesiapan merupakan kunci utama untuk menghindari berbagai bentuk kerugian yang tidak diinginkan.