Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah mengatakan bahwa generasi milenial susah punya rumah. Banyak dari mereka memutuskan untuk berumah tangga dan kemudian membutuhkan rumah. Hanya saja, mereka tidak bisa karena daya belinya rendah, bahkan jika dibandingkan dengan orang tua mereka dahulu (generasi X) pada usia yang sama.
Menurut data Indonesia Property Watch (IPW), hanya sekitar 40,95% kaum milenial yang sudah memiliki hunian dengan uangnya sendiri. Sementara 39,05% lainnya memiliki rumah dengan bantuan dana dari orang tua mereka.
Bahkan ada pula yang dibelikan sepenuhnya oleh orang tua, yakni sekitar 12,38%. Lainnya tidak membeli karena mendapatkan warisan dari orang tua. Data ini menunjukkan bahwa daya beli generasi milenial masih rendah karena disebabkan oleh sejumlah alasan. Berikut di antaranya:
Harga tempat tinggal cenderung naik setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR), harga hunian di kota-kota besar di Indonesia mengalami peningkatan hingga 39,7% selama satu dekade terakhir.
Di sisi lain, kenaikan UMR hanya mencapai 10% setiap tahunnya. Dari sini bisa dilihat adanya kesenjangan yang begitu luas antara kenaikan upah yang rendah dan kenaikan harga hunian yang begitu fantastis. Nah, inilah alasan utama yang membuat milenial susah punya rumah.
Inflasi tak hanya membuat harga bahan makanan meningkat drastis. Harga properti residensial pun juga mengalami kenaikan. Ini karena harga material bangunan juga ikut naik. Belum lagi ditambah lonjakan harga bahan bakar, sudah pasti ikut memengaruhi harga material bangunan.
Di sisi lain, inflasi juga membuat suku bunga meningkat. Sepanjang tahun 2022, Bank Indonesia mengalami kenaikan suku bunga hingga 2% sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi. Namun hal ini berdampak pada kredit KPR yang mana makin mahal. Inilah yang membuat sejumlah kaum milenial mengurungkan diri untuk membeli hunian.
Generasi milenial dianggap sebagai generasi dengan tingkat konsumsi yang tinggi. Terlebih pada hal-hal yang bersifat kurang esensial. Alasannya bukan karena mereka tidak memiliki kesadaran diri akan harga rumah yang cenderung terus naik. Justru karena mereka merasa harus mengalihkan skala prioritas hidup mereka.
Jika mengajukan KPR misalnya, mereka harus hidup serba hemat. Jadi, mau tidak mau mereka harus mengorbankan hal-hal yang mereka sukai, seperti liburan, beli tiket konser, dan sebagainya. Skala prioritas ini umumnya dipengaruhi oleh adanya tuntutan untuk selalu eksis, baik di dunia maya maupun nyata.
Uang muka tinggi menjadi alasan mengapa milenial susah punya rumah. Upah mereka kerap kali tidak cukup untuk disisihkan sebagai DP untuk mengajukan KPR. Hal ini dibarengi juga dengan tingkat suku bunga KPR yang cenderung fluktuatif.
Memang, ada lembaga pembiayaan yang menerapkan skema fixed rate atau bunga tetap. Hanya saja, masih sedikit bank yang menerapkannya. Umumnya lembaga perbankan menggunakan floating rate untuk pembiayaan KPR. Alhasil, kaum milenial pun makin kesulitan dengan angsuran yang harus dibayarkan per bulan.
Bukan hal yang mustahil bagi kaum milenial untuk memiliki hunian. Apalagi dengan bujet yang dikumpulkan sendiri. Nah, berikut sudah ada tips agar generasi milenial punya rumah dengan dana sendiri.
Pertama dan yang paling utama adalah menentukan bujet hunian yang kamu inginkan. Hal ini harus kamu sesuaikan dengan jenis hunian impian kamu. Apakah kamu mau bangun sendiri dari nol, beli jadi, atau KPR?
Pertimbangkan semuanya dengan matang. Pastikan pula sesuai dengan pemasukan bulanan kamu saat ini. Wajib pula untuk mempertimbangkan karier kamu ke depannya. Kalau karier kamu termasuk aman, hal ini bisa makin mempermudah kamu dalam mengumpulkan bujet untuk memiliki hunian.
Faktor utama yang menghalangi milenial untuk punya rumah adalah tidak adanya bujet untuk uang muka KPR. Kalau keputusanmu sudah bulat ingin mengajukan KPR, itu berarti mulai dari sekarang kamu harus sudah menabung untuk uang muka. Bagaimana caranya?
Cara yang paling efektif adalah dengan menyisihkan setidaknya 30% dari gaji kamu setiap bulannya. Setiap sudah gajian, langsung sisihkan uang tersebut dan masukkan ke rekening khusus. Kalau bisa, masukkan ke produk keuangan seperti reksa dana agar makin untung. Bahkan juga jauh lebih menguntungkan daripada menggunakan rekening konvensional.
Tips selanjutnya agar milenial punya rumah adalah dengan mencari pemasukan tambahan, khususnya bagi kaum pekerja yang gaji utamanya pas-pasan. Kalau hanya mengandalkan pekerjaan utama, tentu bakal sulit untuk mengumpulkan dana untuk membayar DP rumah. Di samping itu, kebutuhan pokok jelas harus lebih diutamakan.
Jadi, mau tidak mau, kamu tetap harus cari pekerjaan sampingan agar bisa segera memiliki hunian sendiri. Jenis pekerjaannya bisa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Pastikan tidak mengganggu pekerjaan utama dan tidak menyalahi kebijakan tempat kamu bekerja. Sebab, ada jenis pekerjaan yang pekerjanya tidak boleh memiliki sampingan.
Sebagai contoh, kamu bekerja sebagai desainer grafis di suatu perusahaan. Nah, kamu bisa mencari penghasilan tambahan dengan membuka jasa desain grafis atau menjadi freelancer. Kuncinya adalah kamu bisa memanfaatkan kekuatan media sosial agar banyak yang tertarik menggunakan jasa kamu.
Mampu mengelola keuangan bulanan sudah menjadi kewajiban bagi semua orang. Apalagi buat milenial yang mau punya rumah sendiri. Pokoknya, keuangan bulanan harus seimbang antara pengeluaran dan pendapatan. Pengeluaran tidak boleh lebih besar dari penghasilan bulanan.
Kamu bisa menerapkan metode 50:30:20, yakni 50% untuk kebutuhan paling pokok, 30% untuk keinginan pribadi, dan 20% untuk tabungan DP rumah. Seperti yang disebutkan tadi, kamu bisa mengganti yang 30% untuk menabung uang muka rumah. Sisa 20% harus cukup untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan kalau bisa harus ditekan lagi.
Upayakan pula untuk mencatat pengeluaran apa saja yang dibutuhkan. Jangan sampai membeli sesuatu di luar catatan pengeluaran bulanan. Apalagi membeli hal-hal yang sifatnya tidak signifikan.
Kalau sudah melakukan keempat tips di atas, saatnya kamu menentukan kapan target waktu untuk mengumpulkan DP rumah. Misalnya, kamu mau beli hunian KPR di kota A dengan harga Rp200 juta dan DP 20%. Jadi, kamu perlu menabung uang muka sebanyak Rp40 juta.
Katakan gaji kamu Rp5 juta, kamu bisa menabung DP selama 2 tahun lebih sedikit. Dengan catatan, setiap bulannya kamu harus menyisihkan Rp1,5 juta untuk tabungan uang muka. Ingat, makin lama menunda memiliki rumah, makin tinggi harganya.
Makin dini kamu mulai menabung, tidak ada lagi istilah milenial susah punya rumah. Kuncinya adalah menabung untuk DP rumah terlebih dahulu. Jangan lupa juga untuk memilih jenis pembiayaannya. Kalau kamu cari yang aman dan mudah dengan angsuran ringan, kamu bisa menggunakan layanan Dana Rumah.
Layanan pembiayaan kepemilikan hunian ini dipersembahkan oleh Danasyariah. Menariknya, pembiayaan Dana Rumah tidak hanya untuk rumah baru saja, tetapi juga untuk rumah bekas dan take over. Tertarik mengajukan? Klik di sini untuk informasi lebih lanjut.