Mampu mengelola keuangan pribadi adalah sebuah keharusan bagi siapa saja, termasuk mereka yang memutuskan ingin berkeluarga. Pasalnya, operasional rumah tangga membutuhkan pengelolaan keuangan yang baik. Mengatur keuangan memang bukan hal yang mudah, namun bukan berarti tak bisa dilakukan.
Sama halnya dengan mengatur keuangan sendiri, keuangan keluarga juga harus dikelola dengan penuh ketelitian. Sebab, semakin bertambah anggota keluarga, semakin banyak pula kebutuhan finansial yang harus dipenuhi. Di antaranya seperti kebutuhan pokok sehari-hari, pendidikan anak, kesehatan, dan masih banyak lagi.
Di sisi lain, keuangan dapat memengaruhi kondisi harmonis rumah tangga. Ini lantaran sebagian besar konflik dalam rumah tangga dipicu karena masalah finansial.
Nah, Islam mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, tak terkecuali soal mengatur keuangan dalam rumah tangga. Adapun tata cara mengelola keuangan keluarga menurut syariah Islam adalah sebagai berikut:
Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk bisa mengelola keuangan dalam rumah tangga dengan baik. Langkah pertama dimulai dengan memahami apa saja yang termasuk dalam kebutuhan keluarga. Misalnya tagihan utilitas (air, listrik, telepon, internet, dll), cicilan rumah, kendaraan, tabungan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Seluruh kebutuhan tersebut harus dibuat pos-posnya sendiri. Selain itu juga harus dipenuhi secara semestinya tanpa dilebih-lebihkan. Sementara dalam syariah Islam, prioritas keuangan dibagi menjadi empat jenis, yakni sedekah atau zakat, tabungan, utang, dan kebutuhan dalam berumah tangga.
Sementara dalam rumah tangga, ada tiga jenis kebutuhan, yakni:
Salah satu kunci utama dalam mengelola keuangan pribadi adalah mampu menjalani hidup hemat dan sederhana. Pun begitu jika sudah berkeluarga, meskipun penghasilan terus bertambah, bukan berarti pengeluaran juga harus bertambah.
Rasulullah dan para sahabat mengajarkan umat Islam untuk menjalani hidup sederhana, tak peduli seberapa banyak harta yang dimiliki. Hidup sederhana bukan berarti harus menjalani hidup miskin dan tak mampu memenuhi kebutuhan hidup.
Hidup sederhana yang dianjurkan dalam Islam adalah membatasi diri untuk tidak hidup secara berlebihan. Tak masalah hidup dengan banyak harta, asalkan sebagian harta tersebut digunakan untuk berbagai dengan orang-orang yang benar-benar membutuhkan. Ini agar harta yang dimiliki membawa manfaat bagi sendiri maupun orang lain.
Cara mengatur keuangan yang selanjutnya adalah dengan memastikan pengeluaran tidak melebihi pemasukan. Bila dalam suatu keluarga hanya suami yang mencari nafkah, maka istri dianjurkan untuk menyesuaikan pengeluaran sesuai dengan batas pendapatan suami.
Istri harus bisa mengatur pengeluaran seefisien mungkin. Caranya dengan menggunakan skala prioritas agar pengeluaran bisa dikontrol. Kebutuhan yang sifatnya paling krusial, seperti kebutuhan pokok, cicilan rumah, dan sebagainya, itulah yang harus diutamakan.
Dalam syariah Islam, pemasukan keluarga harus dikelola dengan prinsip kebutuhan di samping manfaat. Maksudnya adalah hanya berbelanja hal-hal yang benar-benar dibutuhkan dan juga bermanfaat.
Umat Islam dianjurkan untuk menerapkan sikap pertengahan dalam menjalani hidup. Pun begitu dalam hal mengelola pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cara membelanjakan pendapatan tak boleh berlebihan dan tak boleh terlalu ketat hingga banyak kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi dengan sempurna.
Mengatur keuangan keluarga dengan sikap berlebihan hanya akan merusak jiwa dan membuat pendapatan tak bermanfaat. Begitu juga dengan sikap kikir, pendapatan yang harusnya membawa manfaat malah justru menganggur dan tak membawa manfaat sama sekali.
Dalam mengatur keuangan rumah tangga, baik suami maupun istri wajib menentukan tujuan keuangan keluarga. Ini agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan dengan baik. Berikut adalah beberapa tujuan keuangan keluarga:
Agar tujuan keuangan keluarga tercapai, maka perlu dilakukan pencatatan cash flow keluarga. Caranya adalah sebagai berikut:
Itulah tata cara mengatur keuangan keluarga secara syariah. Inti dari tips mengatur keuangan di atas adalah pengeluaran tidak boleh melebihi pendapatan, pembelanjaan pendapatan harus sesuai kebutuhan, serta tak boleh boros maupun terlalu kikir.
Jangan lupa juga untuk berbagi dengan sesama bila kebutuhan keluarga sudah terpenuhi. Ini agar pendapatan yang didapatkan tidak mendatangkan musibah, melainkan manfaat bagi keluarga sendiri dan tentunya orang lain.